Gerakan literasi gizi masyarakat desa sangat penting dilakukan, karena hal ini berhubungan langsung dengan urusan kesehatan masyarakat. Selain itu literasi gizi juga masih berhubungan dua hal: edukasi dan pemberdayaan masyarakat.
Dengan adanya pemahaman gizi yang baik maka kesehatan masyarakat juga akan membaik. Sebagaimana dijelaskan Ketua Koalisi Perlindungan Kesehatan Masyarakat, Rusmani Roesli bahwa Indonesia masih mengalami beban ganda gizi yang cukup tinggi. Literasi gizi yang masih rendah menyebabkan asupan makanan yang buruk.
Masalah Gizi di Desa Harus Segera Diperbaiki
Hasil penelitian Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) menyebut ada 21 juta orang Indonesia yang mengalami kurang gizi. Data tersebut juga menyebutkan terdapat 21,6% anak Indonesia mengalami stunting.
Masalah ini harus segera diatasi agar tidak memberikan dampak yang lebih besar. Anak dengan kondisi stunting akan berpengaruh pada tumbuh-kembangnya terutama pada perkembangan otak.
Ketersediaan dan akses pangan di pelosok desa merupakan salah satu penyebab dari masalah pemenuhan gizi masyarakat Indonesia. Masyarakat berpendapatan rendahlah yang paling minim aksesnya untuk mendapat pangan bergizi.
Masyarakat prasejahtera harus menggunakan sebagian besar pendapatannya untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarga, mengingat harga pangan-pangan bergizi tidak murah.
Maka dari itu, gerakan literasi gizi masyarakat desa mesti menawarkan edukasi tentang produksi pangan bergizi secara mandiri. Tidak hanya menerangkan materi mengenai makanan apa saja yang bergizi.
Baca juga : Kandungan Gizi Hanjeli Sangat Baik untuk Anak-anak
Literasi gizi yang berisi tentang jenis-jenis pangan yang bergizi saja tidak cukup. Hal itu bahkan tidak akan berguna saat masyarakat tak mampu mengakses pangan-pangan tersebut.
Untuk itu, literasi gizi masyarakat desa mesti punya target untuk mendorong lahirnya masyarakat yang terampil dalam memproduksi pangan bergizi secara mandiri.
Pemahaman masyarakat yang baik tentang pemenuhan gizi seimbang mesti terhubung dengan sumber pangan lokal yang dapat dimanfaatkan. Lebih baik lagi jika bisa membuat lingkungan desa dipenuhi dengan sumber pangan bergizi.
Jika sudah mandiri dalam memproduksi pangan, untuk urusan perut, masyarakat desa tidak perlu segalanya mesti membeli. Pendapatannya bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan lainnya.
Hal ini perlu jadi perhatian bagi para relawan di pedesaan yang berbasis pertanian. Bukan hanya mengajarkan untuk mengelola pertanian, tetapi juga perlu untuk mendorong masyarakat dalam memenuhi gizi keluarga.
Di masa mendatang, masyarakat prasejahtera masih dalam ancaman kekurangan gizi. CIPS memperkirakan bahwa pemenuhan pangan untuk wilayah miskin masih ada di bawah standar asupan kalori harian.
Maka dari itu, literasi gizi masyarakat desa merupakan langkah penting untuk perbaikan akses pangan bergizi masyarakat prasejahtera.
Sementara itu terdapat fakta tentang minimnya pemenuhan gizi yang seimbang yang ditemukan Koalisi Perlindungan Kesehatan Masyarakat. Lembaga tersebut menyebut bahwa masih banyak orang tua yang cenderung memberikan makanan kepada anaknya dengan kadar karbohidrat yang tinggi, sedangkan asupan proteinnya tidak diperhatikan. Pemenuhan gizi yang tidak seimbang itu bisa meningkatkan risiko stunting.
Ketika sudah stunting, anak bukan hanya akan terlihat pendek secara fisik, tetapi juga perkembangan otaknya akan terhambat. Kondisi seperti ini semakin mempersulit masyarakat prasejahtera untuk bisa bangkit dari kemiskinan.
Baca juga : Memperkuat Pangan Bergizi Memperbaiki Ekologi
Pentingnya Literasi Gizi Masyarakat Desa
Literasi gizi sangat penting untuk untuk pemahaman dan pemenuhan gizi seimbang di masyarakat. Pemahaman yang minim pada gizi akan memengaruhi keputusan masyarakat untuk menentukan bahan makanan yang seharusnya dikonsumsi. Literasi gizi masyarakat desa akan berdampak pada pemilihan, persepsi, dan pola makannya.
Ada begitu banyak bahan pangan lokal bergizi tinggi yang dapat dimanfaatkan masyarakat. Melakukan budidaya di sekitar tempat tinggal akan sangat membantu untuk akses gizi masyarakat yang efektif.
Untuk bisa sampai di tahap itu butuh proses edukasi yang panjang. Kunci komunikasinya: berikan penjelasan yang mudah dipahami masyarakat.
Dalam hal gizi masyarakat, Yayasan Odesa Indonesia terus berusaha untuk menjalankannya dengan pemberdayaan dan edukasi. Bersama para relawan dan masyarakat lokal, Odesa berupaya untuk membumikan gizi lewat pengelolaan pertanian baik di ladang atau pun di pekarangan.Praktik budidaya tanaman bergizi tersebut utamanya berguna untuk pemenuhan pangan dan penghematan ekonomi keluarga prasejahtera. Odesa mendorong terjangkaunya akses gizi dengan cara menyediakan bibit-bibit tanaman kelor dan beragam jenis buah-buahan.
Donasi Sekarang
183,7 juta (68%) orang Indonesia kekurangan gizi akibat kemiskinan. Odesa Indonesia punya program jitu dengan mengajak orang miskin menanam kelor dan pepaya.
Terjangkaunya gizi mesti diawali dengan mudahnya akses pada sumber gizi tersebut. Dan literasi gizi terbaik mesti ditempuh dengan langkah-langkah yang nyata.***
Penulis: Arinda Eka Putri
Penyunting: Abdul Hamid
Admin: Fadhil Azzam