Solidaritas untuk Rumah Reyot Cikadut
Secara umum semua kayu penyangga dan kayu perkakas atap serta pagar sudah tidak bisa digunakan lagi.
Secara umum semua kayu penyangga dan kayu perkakas atap serta pagar sudah tidak bisa digunakan lagi.
Udara sungguh asyik di sana. Tapi hidup penghuninya tentu bukan sesuatu yang mengasyikkan. Kesulitan air, pendapatan rendah, pendidikan rendah
OLEH BUDHIANA KARTAWIJAYA. Ketua Pembina Odesa Indonesia. Wartawan Senior. Rumah Instan Sederhana yang Harganya Belum Sederhana Tapi Bisa Jadi Alternatif Buat yang Penghasilannya Tidak Besar BERMULA dari mimpi untuk melakukan program bedah rumah bagi warga tak mampu, Odesa.id mencoba menelusuri Rumah Instan Sehat dan Sederhana (Risha). Rumah ini adalah inovasi dari kementerian Pekerjaan Umum dan
Rumah untuk Rakyat (Bagian pertama dari dua tulisan) Read More »
Janda tiga Anak, bekerja tiga hari dalam seminggu. Tinggal menumpang di rumah warga. Ketiga anaknya menganggur. Bu Aas (55 tahun), seorang ibu dengan tiga anak ini hidup tanpa rumah. Ia menjanda ditinggal suaminya tanpa aset apapun. Saat ini ia menumpang di rumah saudaranya dengan kamar satu ukuran 8x 3 meter. Lokasi tinggalnya di Kampung Sekabalingbing
Nenek Enoh umurnya 82 tahun. Tinggal di rumah tua yang temboknya rapuh. Atapnya bocor. Dapur buruk dan MCK-nya tidak sehat. Sekilas dari halamannya rumah itu tampak cukup dan wajar karena rumahnya sudah permanen.Tapi jika mendekat, terlebih masuk ke bagian dalam, maka kita akan melihat kenyataan rumah ini tidak layak huni. Apalagi sebagian temboknya retak dan
Ibu Konah, di rumahnya yang tidak layak huni, Tareptep Mekarmanik, Cimenyan. Nama yang tertulis di Kartu Keluarga singkat, Konah, 68 tahun, seorang Janda ini tinggal di rumah tua dengan kayu-kayu yang lapuk. Rumah panggung dengan ukuran 4 x 6 itu ditinggali bersama anaknya, Enjang Setiawan (35 tahun), yang menduda dan belum menikah lagi karena kesulitan
Keluarga Ase, berumah sempit berukuran 4 x 6, buruh tani lulusan SD. Namanya singkat Ase, lahir tahun 1991. Menikah dengan Cucu, lahiran tahun 1994. Kedunya lulusan Sekolah Dasar. Memiliki anak, Rina Febrianti (4 tahun). Mewarisi sepekat rumah orangtuanya, ia membangun rumah dengan kayu-kayu seadanya. Sarana MCK bergabung dengan tetangganya yang kondisinya kumuh dan tidak sehat.
Keluarga Pak Daing, kayu-kayu rumahnya melapuk akan ambruk. Tidak ada kamar dan tidak memiliki MCK. Keluarga Pak Daing ( 72 tahun), tinggal bersama istri, Enah (65 tahun) dan anaknya Upri (32 tahun) dan seorang cucunya. Sepanjang hidupnya ia melakoni sebagai buruh tani, bekerja di ladang-ladang milik orang. Ketidakcukupan pangan membuat dirinya hanya bisa fokus mencari
Pak Ace, berumah di gubuk dengan anaknya yang sakit, di Kampung Tareptep Mekarmanik Cimenyan. Pak Ace, 37 (tahun) tinggal bersama istrinya dan satu orang anaknya yang sakit “permanen’. Ia seorang buruh tani dengan penghasilan yang tak pasti. Menempati rumah kayunya yang sempit berukuran sekitar 4 x 6 meter. Rumahnya di Kampung Tareptep, RT 01/RW 06,
Keluarga Jajang Kandi. Buruh-tani di Waas Mekarmanik Cimenyan. Rumahnya reyot. MCK kotor. Hidup serba kekurangan membuat Jajang Kandi (33 tahun) tidak bisa berbuat banyak ketika rumah panggungnya mengalami pelapukan. Ia sudah lama khawatir makin lama tiang penyangganya makin keropos lalu ambruk. Belum lagi semakin lama bagian atapnya semakin banyak mengalami kebocoran. Saat hujan turun ia