Kisah Pertanian Kelor Israel
Setelah mempelajari pertanian Moringa/Kelor di beberapa dari internet, saya “menuju” Israel. Membaca sekian materi tentang pertanian Israel terkait dengan Moringa/Kelor, kesimpulannya negeri ini memang edan; dalam hal pertanian, inovasinya selalu mampu melampaui negara-negara lain.
Negara lain baru berusaha mempercepat tanaman kelor sekalipun di tanah subur –Israel Selatan sekalipun di tanah gersang– mampu menghasilkan panen yang luar biasa.
Pertanian Israel mampu mengatasi problem alam karena memaksimalkan ilmu pengetahuan baru dan teknologi canggih. Bahkan untuk urusan panen pun mereka tidak memetiknya, melainkan menggunakan mesin besar.
Moringa/Kelor sudah ada sejak lama di sekitar Laut Mati wilayah Israel. Nenek Moyang dari Bani Musa sudah sering memanfaatkannya sebagai makanan sehari-hari dan menggunakannya sebagai obat saat ada orang sakit dengan memanfaatkan bijinya.
Orang-orang Israel sudah tidak punya rujukan valid sejak kapan tanaman tersebut mulai ada karena tak ada catatan secara khusus yang bisa membuktikan awal mula keberadaan di sekitar Laut Mati.
Budidaya Pertanian Kelor Odesa di Bandung Utara
Yang mereka ketahui, sebelum mengenal kasiat Moringa/Kelor dengan kandungan gizi yang ditemukan belakangan ini, mereka sudah menganggap tanaman itu bagian dari rumpun tanaman “Taman Eden” yang tertulis di Al-Kitab; bagian dari makanan yang dikonsumsi Bangsa Israel zaman Nabi Musa yang mengonsumsi tanaman ini untuk makanan sehari-hari terutama saat musim semi.
Namun sebagaimana masyarakat di negara lain, Israel juga baru mengenal manfaat besar dari Moringa/Kelor pada beberapa puluh tahun terakhir.
Seiring dengan penemuan-penemuan kandungan gizinya yang hebat di era 1990-an, negara yang penduduknya hanya 8,3 juta tersebut terus mengembangkan ilmu pengetahuan guna mendapatkan hasil maksimal bertani Moringa/Kelor di tanah yang gersang.
Kandungan Gizi Kelor di Pertanian Israel
Di kawasan Laut Mati, Moringa/Kelor yang tumbuh di sana mampu menghasilkan kandungan vitamin E yang maksimal, kalsium dan Omega 3,6 dan 9 yang lebih tinggi dari varietes lain yang ditanam di wilayah manapun di seluruh penjuru dunia.
Temuan ini dianggap anugerah karena selama 60 tahun terakhir kandungan gizi buah dan sayuran di sebagian besar wilayah itu mengalami penurunan rata-rata 25 persen.
Dengan demikian mengembangkan Moringa/Kelor berarti orang Israel, terutama di Kawasan Laut Mati itu mendapatkan solusi baru terhadap problem gizi.
Tanaman Moringa di Israel tidak sekadar ditanam, tapi diberi perhatian secara khusus. Dengan perubahan pertanian yang inovatif, termasuk dalam pasca panennya, beberapa pertanian di Israel mampu menjadikan Moringa/Kelor sebagai makanan yang diterima oleh masyarakat selain juga menjadikan alam lebih baik.
Perusahaan Pertanian di Laut Mati Israel, Curt Landry, menyatakan bahwa Moringa/kelor mengandung 90 nutrisi.
Manfaat “Pohon Kehidupan: ini sangat penting bagi kehidupan masyarakat karena kemampuan gizinya untuk kekebalan tubuh. Wajar jika kemudian tanaman ini disebut “Pohon Kehidupan”. Banyak studi berhasil menunjukkan Moringa/Kelor mampu memperkuat sistem kekebalan tubuh.
Sementara pada pengetahuan umum lain, Moringa/Kelor di Israel juga mengacu pada hasil penelitian yang telah luas diketahui, bahwa pohon ini mengandul kelebihan, 7 kali Vitamin C dari jeruk, 3 kali Besi bayam, 4 kali Kalsium susu, 4 kali Vitamin A wortel, 2 kali Protein susu, 3 kali Kalium Pisang, 3 kali Vitamin E almond.
Salahsatu pertanian yang berhasil mengembangkan Moringa/Kelor di Israel Selatan mampu mempermudah tanaman itu berkembang dengan hasil tinggi serupa dengan Moringa/Kelor yang ditanam di area pertanian tropis.
Bahkan pada satu area tertentu, eksperimen tanam Moringa/kelor dengan pengairan rutin itu dalam 76 hari mampu memanen dengan menghasilkan 5,5 kg daun (beserta batangnya) dalam satu meter persegi.
Dengan hasil ini para promotor pertanian Kelor mudah menjelaskan kepada petani manakala muncul pertanyaan apakah Moringa/Kelor mampu menghasilkan nilai ekonomi lebih baik dari tanaman lain.
Pertanian Kelor Israel Menjawab Problem Manusia
Perkembangan pertanian Moringa/Kelor di Israel memiliki problem yang sama di seluruh penjuru dunia, bahwa setiap petani selalu skeptis.
Pasalnya pengetahuan petani sangat minim terhadap pohon ajaib ini. Semua orang biasanya menolak karena tidak pernah tahu kegunaan. Semua mulanya menentang karena belum tahu cara menjualnya.
Karena alasan itu, kelompok industri pertanian dari en.Moringa mencoba melakukan pendekatan secara khusus kepada petani dengan cara membuat sebuah program percontohan untuk menunjukkan manfaat komersial bertanam Moringa/Kelor di desa Kefar Hayyim, di kawasan Lembah Herfer.
Usaha terus dilakukan dengan mempromosikan Moringa/Kelor. Kefar Haim membuka kesempatan bagi orang yang tertarik untuk memamen Moringa/Kelor.
Masyarakat yang tertarik bisa memesan biji kelon, dan petugas akan mengirimkan biji berjumlah 5 buah dalam amplop disertai petunjuk budidayanya.
Terdapat pula kegiatan edukasi bagi para siswa. Pada beberapa Sekolah Pertanian seperti di Caduri, Ein Shemer, Maagan Michael, Ben Shemen dan Shuval, siswa mempelajari dan mengeksplorasi Moringa/Kelor sebagai bagian dari mata-pelajaran penting sampai akhir sekolah.
Menyadari bahwa pekerjaan pertanian di Israel itu sangat mahal, maka kebutuhan teknologi canggih terus dikembangkan. Prinsip pertanian Israel adalah setiap budidaya tanaman harus ekonomis secara otomatis.
Israel memperhatikan sungguh-sungguh manfaat besar “Pohon Kehidupan” ini. Tidak semata melihat sisi ekonomis, melainkan sampai urusan problem kemanusiaan.
Pengetahuan tentang Moringa/Kelor di kawasan Laut Mati meluas. Masyarakat Israel sudah percaya bahwa Moringa/Kelor sangat baik digunakan untuk suplemen makanan, terutama bagi mereka yang menderita asma, kelainan kulit atau bagi orang yang sedang berjuang melawan penyakit lainnya.
Masyarakat mungkin tetap menggunakan obat khusus dari medis, tetapi mereka mengerti bahwa Moringa/Kelor adalah teman yang baik untuk memasok gizi sehingga penyakit akan lebih cepat hilang.
Pertanian Kelor Odesa di Bandung Utara
Pada tahun 1997-1998 di Senegal pernah terjadi maltrunisi (gizi buruk/kekekurangan gizi) pada bayi. Pada sebuah desa 600 bayi hidup empot-empotan penuh tangis.
Lembaga “Moringa Dead Sea” dari Israel turun mengirim makanan untuk ibu yang menyusui sekaligus memberikan suplemen Moringa kepada anak-anak yang kebanyakan perut buncit kurus.
Hanya dalam waktu 90 hari peningkatan berat badan bayi dan anak-anak mengalami kemajuan. Ibu menyusui mampu memproduksi air susu lebih produktif dan mencukupi kadar gizi. Enam bulan kemudian urusan gizi selesai.
Lembaga Moringa Dead Sea misalnya, membuat gerakan yang penting bagi kemanusiaan dengan tujuan membuka lapangan kerja baru, meningkatkan pendapatan yang lebih baik, dan bantuan-bantuan kemanusiaan terkait dengan kesehatan di seluruh Israel.
Bahkan belakangan ini, mereka juga mengembangkan lapangan pekerjaan pertanian Moringa/Kelor di Togo sekaligus untuk menjawab masalah kekurangan gizi di negeri itu.-Faiz Manshur.
Bibit dan Teh Kelor Taoci Bandung
Baca Hari-hari Terakhir Fidel Castro bersama Kelor
Baca Fidel Castro dan Kelor
Baca Mengenal Moringa Kelor dan Manfaatnya
Baca Odesa Garap Pendidikan Tani Remaja
Sumber:
www.deadseamoringa.com
www.en.moringa.co.il/
www:www.elijahlist.com
Komentar ditutup.