Alexander Yang Agung dan Kisah Kelor India. Peran Alexander Yang Agung dalam perkembangan tanaman Kelor terjadi ketika ia melakukan agresi ke India.
Jejak sejarah tanaman Kelor paling bisa dipertanggungjawabkan secara valid keberadaan awalnya berada di India Utara. Validitas itu paling tidak ditemukan dalam kajian-kajian ramuan obat India Kuno (Ayurvedic Medicine) di mana terdapat literatur yang menyebutkan bahwa 2000 tahun sebelum masehi masyarakat sudah menggunakannya sebagai ramuan obat pada setiap orang yang sakit. Data literatur di India tersebut mencatat terdapat 300 jenis ragam penyakit yang bisa diatasi dengan Kelor. Entah penyakitnya apa, setiap orang yang sakit selalu diberikan ramuan dari daun Kelor ini.
Politik atau lebih tepatnya perang seringkali mengubah keadaan. Di balik kerusakan yang diakibatkannya selalu menyisakan perubahan. Pada kisah Kelor ini terjadi saat Alexander Yang Agung (Alexander the Great) atau dikenal dengan Iskandar Zulkarnain (meninggal 11 Juni 323 SM pada usia muda, 32 tahun). Iskandar Zulkarnain ini adalah Raja dari Kekaisaran Makedonia, sebuah kerajaan di daerah timur laut Yunani. Ia dikenal hobi perang dan memimpin langsung setiap agresinya sampai kekuasaannya meluas dari Laut Ionia hingga pegunungan Himalaya.
Botani dan Hasil Produksi Kelor Taoci Bandung
Empat tahun sebelum meninggalnya, ia melakukan agresi ke India dan sekitarnya. Saat menyeberangi Sungai Indus (perbatasan India-Pakistan) terhenti oleh hambatan tentara Maurian. Pasukan Iskandar menang dengan kelelahan yang sangat dalam pertempuran itu. Dari situ Iskandar Zulkarnain mengenal kelebihan pasukan Maurian yang dikenal memiliki stamina dan keberanian tinggi. Tentara Maurian diakui hebat oleh tentara Iskandar Zulkarnain karena tahan sakit, tahan begadang, tahan lapar, jauh dari serangan penyakit di kamp-kamp perjalanan panjang. Faktor di balik kelebihan fisik itu karena rutinitas mereka mengonsumsi Kelor.
Tentara Raja Iskandar Zulkarnain pun mendapatkan pelajaran berharga dari para tawanan perang dan mengikuti pola makan mereka. 1,5 tahun kemudian Iskandar Zulkarnain berhasil menguasai India. Pada perayaan kemenangannya di India ia pun mengajak semua pasukan perang meminum ramuan Kelor (Kumarathi/Hindi).
Pertemuan lanjutan kita dapatkan dari cerita sejarah di Mesir Kuno yang sering menggunakan Daun Kelor sebagai perlindungan kulit saat musim panas begitu banyak merusak kulit. Orang-orang Mesir sering memeras daun Kelor dan mengoleskan pada tubuhnya. Sebagian menggunakannya untuk mandi.
Sementara orang Yunani yang sering memakan daun Kelor untuk santapan harian. Salahsatu makanan pekerja berat dan tentara adalah daun kelor. Manfaat besar ini oleh orang Yunani ditularkan kepada orang Romawi dan perkembangannya pun makin meluas hingga ke Cina beberapa abad kemudian. PERILAKU EKONOMI KELOR
Kelor Era Modern
Era demi era silih berganti. Kelor menyebar secara perlahan-lahan karena hanya diminati sebagaian orang yang merasa mendapatkan manfaat saat sakit. Pengetahuan makanan sehat dari kelor hanya dikenal secara terbatas dan itu berlaku secara umum. Penyebaran kelor ini meluas hingga Cina selatan, Pilipina, dan kawasan Asia lain sampai Indonesia. Kelor juga menyebar ke daratan Amerika Latin sejak beberapa ratus tahun silam. Demikian juga di Afrika juga sudah menyebar lama.
Pertanian Kelor Odesa di Bandung Utara
Namun sampai tahun 1980an tidak ada kajian yang menjanjikan mengenai pentingnya menggerakkan budidaya Kelor sebagai makanan penting bagi umat manusia. Kajian-kajian medis tidak pernah dilakukan, kalau pun dilakukan hasilnya belum memuaskan dan publikasinya belum meluas. Yang terjadi pada perkembangan era 1980an hingga 1990an adalah wacana tentang manfaat hasil dari pengalaman.
Kelor tetaplah tanaman marginal yang kalah dengan gegap gempita iklan makanan sehat perusahaan-perusahaan besar.
Sekarang situasi telah berubah. Sejalan dengan banyaknya riset selama 15 tahun dunia semakin dibuka oleh keyakinan akan manfaat besar bagi kelor untuk menjawab problem kesehatan umat manusia, terutama mengatasi masalah gizi buruk dan kekurangan pangan.
Lembaga dunia dari PBB seperti FAO dan WHO serta lembaga-lembaga swasta yang serius menekuni riset ini sekarang telah leluasa bergerak kemanapun untuk mendorong masyarakat lapisan bawah yang terkena problem gizi dan kemiskinan menanam dan mengonsumsi kelor. Kelor memang bisa mengobati beragam penyakit. Tapi itu bukan tujuan utama karena yang utama hidup manusia adalah tercapainya kesehatan. Menghindari penyakit adalah cara cerdas ketimbang sekadar mencari obat saat sudah terlanjur sakit.-Faiz Manshur
Baca Kelor di Negeri Yahweh
Baca Mengenal Moringa Kelor dan Manfaatnya
Baca Hari-hari Terakhir Fidel Castro bersama Kelor
Komentar ditutup.