Solusi Perubahan Iklim dengan Mengolah Tanah Pertanian 

Solusi Perubahan Iklim dengan mengolah tanah pertanian– Selama ini, kita mungkin berpikir bahwa solusi perubahan iklim adalah sumber energi terbarukan, transportasi listrik, dan masih banyak lagi. Namun tahukah kamu, tanah yang kita injak selama ini juga punya andil penting dalam mengatasi perubahan iklim lho.

Mengolah tanah krisis seperti ini bisa menjadi solusi perubahan iklim.

Sejak Revolusi Industri pertama, ada sekitar 2.000 gigaton karbon yang dihasilkan manusia. Karbon ini membentuk lapisan yang menjebak panas di bumi dan menyebabkan pemanasan global.

Salah satu penyerap karbon paling signifikan ada di bawah kaki kita. Tanah merupakan penyerap karbon terbesar ke-2 setelah lautan, yang menyimpan 3x lebih banyak karbon daripada atmosfer. Bahkan, tanah dipercaya memiliki potensi yang jauh lebih besar lho.

Solusi Perubahan Iklim Menanfatkan Kemampuan Tanah

solusi perubahan iklim.
Solusi perubahan iklim bersama petani Odesa di Cikadut Bandung. Memproduksi pangan sehat bergizi dan mencegah erosi.

Baca juga:

Peran Penting Tanah untuk Solusi Perubahan Iklim

perubahan iklim
Tanaman bisa menjadi solusi perubahan iklim.

Pembakaran batu bara, deforestasi, proses industri, hingga pengelolaan limbah buruk menjadi beberapa penyebab emisi karbon meningkat. Selama berpuluh-puluh tahun, ilmuwan mencari solusi untuk menurunkan emisi karbon.

Salah satu solusinya adalah tanah. Apabila dikelola baik, tanah bisa jadi teman kita untuk menurunkan level karbon. Sebaliknya, jika terus-terusan terjadi penebangan hutan & erosi, tanah malah melepaskan karbon dioksida ke atmosfer—yang memperparah pemanasan global.

Jadi, bagaimana caranya?

Sederhananya, kita bisa menurunkan level karbon di udara, dengan memasukkannya ke dalam tanah. Caranya? Proses fotosintesis

Tanaman merupakan jembatan untuk transfer karbon dari udara ke tanah. Mereka menyerap karbon di udara melalui proses fotosintesis & mengubahnya jadi karbohidrat untuk sumber energi.

Lalu, kenapa mengubah karbon di udara menjadi karbon tanah adalah langkah yang baik untuk mengatasi krisis iklim? Sebab, karbon di tanah bisa mengendap dalam waktu lama, puluhan hingga ratusan tahun. Selain itu, karbon punya banyak manfaat bagi tanah & mikroorganismenya.

Saat tanaman mati atau daunnya gugur, organisme di tanah akan menguraikannya. Caranya, mereka akan memakan lendir dengan kandungan karbon, yang dikeluarkan oleh akar tanaman. 

Namun, jika proses ini sudah selesai, karbon akan dirilis kembali ke udara. Itu sebabnya, penting untuk menjaga tanaman tetap hidup.

Tak hanya itu, karbon juga dapat ditarik ke lapisan tanah yang lebih dalam & disimpan dalam waktu lama. Hujan adalah salah satu faktor penyebabnya. Ia mampu melarutkan & membawa karbon jauh ke dalam lapisan tanah. 

Selain itu, beberapa senyawa karbon dapat berikatan dengan mineral dalam tanah liat—sebuah bentuk penyerapan karbon yang dapat bertahan ratusan hingga ribuan tahun. Biasanya, karbon ini berada cukup dalam di tanah (sekitar 1 meter) sehingga terhindar dari konsumsi & pelepasan kembali ke atmosfer. 

Efeknya, tanah yang kaya karbon akan bekerja seperti spons besar—ia mampu menyerap hujan & air banjir, sehingga tanah tidak akan mengalami masa kekeringan.

Solusi perubahan iklim
Solusi perubahan iklim membutuhkan kerja ekologis petani. (Aksi tanam Odesa)

Apa yang Harus Dilakukan pada Tanah Kita

Tanah bisa menerima karbon paling maksimal, saat tanah berada dalam kondisi sehat tanpa banyak gangguan. Namun sayangnya, praktik pertanian saat ini mengganggu proses penyerapan karbon ke tanah & meningkatkan risiko karbon lepas ke atmosfer.

Lalu, apa yang bisa dilakukan?

1. Memastikan Tanah Tertutup Tanaman

solusi perubahan iklim

Tanah subur adalah tempat penampungan alami bagi karbon atmosfer—yang berkontribusi pada perubahan iklim. Karbon berlebih dapat ditarik dari atmosfer melalui fotosintesis dan masuk ke dalam tanaman dan tanah, di mana ia dapat memberikan efek yang menguntungkan.

Salah satunya, kita bisa menanam tanaman penutup (cover crops). Ini merupakan tumbuhan yang ditanam untuk menggemburkan tanah, biasanya agar tanaman berikutnya tumbuh lebih sehat.

Di Odesa Indonesia praktik pertanian dengan rumus tanaman tertupup itu diterapkan dengan melibatkan ribuan petani di Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung Jawa Barat. Gerakan yang dibangun Odesa Indonesia adalah konservasi lingkungan untuk menyerap karbon, memperkuat pangan,meningkatkan ekonomi petani dan sekaligus mencegah erosi. 

Ada banyak jenis tanaman sesuai konsep pertanian ramah lingkungan (polikultur) yang ditanam di Odesa. Ada jenis tanaman pendek seperti sayuran yang telah ditanam petani dan dikembangkan dengan pertanian pekarangan. 

Ada pula tanaman penghasil pangan bergizi seperti kelor, sorgum dan hanjeli. Tak lupa, Odesa juga menyebarkan tanaman pohon tinggi penghasil buah-buahan seperti nangka, sirsak, sukun, mangga, durian, sawo, pepaya, jambu monyet, jambu biji, srikaya, dan  anekaragam jeruk. Tujuannya tentu untuk mencegah erosi, mengendalikan hama & penyakit, dan yang paling penting: Menyerap & menjaga karbon tetap di dalam tanah, agar tidak kembali dilepas ke udara.

2. Menggunakan Pupuk Organik dari Limbah Pertanian

Hindari penggunaan pestisida sintetis atau pupuk pada ladang. Sebab, racun ini dapat membunuh mikroorganisme yang tinggal di dalam & di atas tanah. Padahal, organisme ini sangat membantu proses fotosintesis & penyerapan karbon.

Sebaliknya, kita bisa mulai mengolah limbah menjadi pupuk organik. Caranya bisa dengan mengumpulkan sampah organik, seperti sisa panen tidak terpakai. Kemudian, lakukan pencacahan & diamkan selama 2 minggu di wadah kedap udara agar cepat membusuk.

Untuk pupuk padat, penggunaannya harus dikeringkan & dijemur. Sementara pupuk cair, bisa langsung digunakan di ladang. Agar mempercepat proses fermentasi dan penguraian, bisa juga menggunakan teknologi biopori: Membuat lubang vertikal di dalam tanah, agar resapan air tanah lebih baik & penguraian limbah lebih cepat.

Bumi Pucat Petani Melarat. Apa Solusinya?

Tanah Kita Berpijak Bisa Jadi Media Perubahan

Jika setiap negara meningkatkan karbon tanah setidaknya 0,4% per tahun, kita bisa mengurangi 75% emisi gas rumah kaca tahunan global. Ini baru urusan tanah saja—belum persoalan mengurangi emisi bahan bakar fosil.

Artinya, mulai fokus pada satu aspek saja seperti tanah, sudah sangat berdampak terhadap perubahan iklim. Lagi pula, fokus meningkatkan karbon tanah tidak butuh mengembangkan teknologi yang berisiko. Tanah solusi perubahan iklim yang sangat mudah & mungkin untuk diterapkan.

Kini, kita sudah lebih mengerti kenapa tanah bisa menjadi media perubahan penting untuk mengatasi krisis iklim. Sekarang saatnya membantu para petani sebagai aktor perubahan yang akan merawat tanah kita.

Praktik konservasi pertanian menjadi sangat penting karena kehidupan umat manusia senantiasa bergantung pada sumber pangan. Jika pertanian kita kuat, tentu saja dengan praktik pertanian yang ramah lingkungan, maka problem perubahan iklim akan lebih mudah diatasi. Oleh karena itu, dalam rangka mengatasi persoalan ini, kita harus banyak bekerja melibatkan petani karena para petani bisa menjadi aktor ekologi sekaligus aktor produksi pangan.

Jika kamu tertarik untuk terlibat dalam gerakan konservasi lingkungan melalui pertanian, bisa ikut terlibat di Yayasan Odesa Indonesia. Bisa aktif bersama puluhan relawan, bisa juga berdonasi untuk membantu petani dengan memberikan bantuan bibit tanaman melalui Galang Dana Kita Bisa: 

Donasi Bibit Konservasi Lahan Kritis untuk Petani Cimenyan Bandung

Selamatkan Hutan Makmurkan Petani (kitabisa.com)

Menyuburkan Tanah Jangka Panjang: Menutup dengan Kompos dan….

Amarah Tanah

Atau Hubungi Admin di WA 0821-1720-4059

Alamat Odesa Indonesia. Kampung Sekebalingbing No 8 Rt 01 Rw 10

Desa Cikadut Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung Jawa Barat.

Email: odesaindonesia@gmail.com

Penulis: Nadya Elianna

Admin: Fadhil Azzam.

 

Keranjang Belanja