Kawasan Bandung Utara (KBU) dikenal mengalami krisis lingkungan yang akut karena banyaknya lahan yang digunakan hunian dan bisnis secara liar dan pertanian tak ramah lingkungan.
Pada bidang pertanian terdapat puluhan ribuan tanah yang minim pohon karena di sana praktik pertanian monokultur sayuran merajalela. Tak banyak orang menanam pohon dan lebih memilih sayuran sebagai mayoritas tanaman yang diandalkan.
Begitu juga di sekitar kawasan hutan Arcamanik Kabupaten Bandung, seringkali masih banyak petani menanam sayuran secara monokultur dan terus mengurangi jumlah pohon pinus.
Krisis lingkungan ini bisa dibilang akut dengan dampak yang luar biasa hebat dan merugikan rakyat. Dampak-dampak nyata dari lapangan sering dirasakan warga antara lain, susutnya air sehingga menyulitkan kehidupan rumah tangga petani.
Bersamaan dengan itu banyak orang kota yang berbisnis air, mengambil air dari kawasan Cimenyan ditarik dijual ke kota sementara warga di sekitarnya tidak mendapatkan manfaat dari air bersih tersebut.
Kedua, berbareng dengan perubahan iklim, suhu panas bumi di musim kemarau yang panjang semakin panas dan menyulitkan kerja petani. Para petani juga terkena dampak dari kegiatan ekonomi yang menurun karena jika pada 15 tahun silam bisa memanen hasil pertanian selama 5kali saat ini hanya bisa 2 kali panen dengan resiko kegagalan satu kali. Dampak buruk yang tak kalah besar dan menyangkut jutaan manusia di Kota Bandung adalah munculnya banyak lumpur di musim hujan membanjiri kota Bandung.
Memiliki Bibit Tanaman Konservasi Pertanian
Terhadap masalah-masalah ini, penting rasanya kita memahami suara dari orang di Kawasan Bandung Utara. Tentu saja orang itu juga memiliki kepedulian terhadap masalah terkait.
Kita mengenal Organisasi Odesa Indonesia yang isinya bukan saja wartawan, dosen dan penulis, melainkan juga petani. Ada ratusan petani yang tergolong aktif berkegiatan dengan Odesa Indonesia sejak 2016 dan terdapat lebih 2.800 petani dan buruh tani yang terhubungan dengan kegiatan Odesa.
Dalam memilih bibit tanaman konservasi membutuhkan pengetahuan yang khusus dan di situlah peran leader. Di Yayasan Odesa Indonesia Bandung ada pengalaman dari petani yang penting untuk dijadikan sumber pengetahuan bagi kita. Ada Mang Ujang Rusmana, 45 tahun, seorang petani yang sejak 2016 menjadi motor penggerak gerakan pangan dan ekologi Yayasan Odesa Indonesia. Dia sosok penting dalam gerakan Odesa Indonesia karena sejak awal perintisan Odesa Mang Ujang Rusmana yang mendapatkan mandat bekerja untuk mengkomunikasikan visi dan misi Odesa dalam bidang pertanian, literasi, sanitasi dan kerja amal sosial lainnya.
Saya, Fadhil Azzam, relawan literasi Odesa Indonesia mewancarai Mang Ujang Rusmana untuk sebuah pengumpulan pengalaman praktik konservasi bersama petani. Pada sesi tulisan ini kita akan fokus pembicaraan tentang apa dan kenapa jenis tanaman tertentu harus diutamakan sedangkan yang lain didudukkan secara sekunder.
Mang Ujang, bisakah diceritakan jenis-jenis bibit tanaman yang diurus Odesa untuk para petani? Saya ingin mendapatkan ceritanya.
Bibit tanaman untuk petani itu banyak yang dibutuhkan. Bisa jenis penghasil buah, penghasil biji, penghasil kayu, dan penghasil daun,penghasil akar, atau kombinasi kesemuanya. Tetapi untuk pohon perlindungan alam tidak bisa sembarangan kita memilihnya karena yang melakukan adalah petani.
Petani itu pikirannya adalah hasil ekonomi karena itu harus menghitung juga keuntungan buat petani. Jangan hanya menyuruh petani menanam pohon tetapi apa hasil dari menanam itu tidak jelas.
Jadi, tanaman apa yang dipilih?
Untuk jenis buah antara lain alpukat, duren, sirsak, nangka, pepaya, sawo, jeruk, mangga, manggis, dan lain sebagainya. Banyak kebutuhan pohon buah karena ladang pertanian Cimenyan ini memang sangat cocok untuk buah-buahan.
Dulu pemerintah hanya menyumbang bibit kayu untuk ditanam. Sering saya mendapatkan bibit secara tiba-tiba dan tidak memperhitungkan keadaan dan kebutuhan bibit para petani. Akibatnya banyak petani tidak mau menanam.
Bibit yang masuk ke desa hanya ditanam sebagian, yang lain kalaupun ditanam karena merasa tidak enak. Akibatnya tidak dirawat dan mati. Itu fakta puluhan tahun yang kami rasakan. Itu bukti tidak pasnya program pemerintah kepada para petani. Lagi pula tanaman kayu itu kalau untuk panen harus ditebang lagi. Artinya tujuan untuk perlindungan alam juga tidak akan tercapai.
Karena itu saya senang di odesa karena setiap ada bantuan bibit para petani ditanyai dulu apa kebutuhannya. Memang tidak semua permintaan dipenuhi dan bahkan sebagian harus diberi masukan. Tetapi dengan komunikasi itu akhirnya para petani bisa menanam pohon dan sekarang banyak menghasilkan panen.
Ekonomi mereka meningkat karena memiliki hasil panen tambahan dari buah tanpa harus mengganti tanaman sebelumnya.
Mereka juga dapat makanan dari pohon karena buah-buahnya enak dimakan seperti jeruk, sirsak, pepaya yang sudah kita rasakan. Dan tentu saja target dari Odesa Indonesia memperbaiki udara bisa tercapai karena banyaknya dedaunan dari pohon buah.
Jika Anda ingin Berkontribusi dalam Perbaikan Lingkungan Hutan Bisa Berdonasi di Sini
Memilih Bibit Tanaman Konservasi Pertanian: Usia dan Okulasi
Selain pohon buah apa lagi?
Kita juga menggerakkan menanam hanjeli dan sorgum. Tetapi khusus untuk sorgum di sini ada problem burung dan saya lebih suka menanam hanjeli karena selain mudah ditanam juga hasilnya bagus untuk makanan olahan. Anak-anak desa di sini banyak yang makan hanjeli. Bagus untuk pendidikan pangan sehat.
Ohya, Odesa itu kan terkenal dengan kelor. Bagaimana dengan kelor?
Ya ini sejak awal kita merintis tanaman kelor. Khusus untuk kelor ini bukan kita mendengar dari petani karena petani tidak mengerti manfaat dari kelor. Saya sendiri dulu tidak tahu.
Tapi kita belajar bersama di Odesa dan sekarang saya senang setelah 8 tahun menjalankan program kelor banyak manfaatnya. Kalau jenis tanaman lain hanya bermanfaat untuk tiga hal misalnya, kelor bisa bermanfaat pada banyak hal, termasuk pengobatan. Banyak orang sakit yang tertolong oleh kelor karena mereka mengonsumsinya.
Kita menanam dan juga mengolahnya secara tepat. Buat saya kelor itu tanaman yang baik untuk menolong masyarakat apalagi banyak petani kesehatannya labil. Kelor bisa menjadi nutrisi untuk mempercepat penyembuhan ragam jenis penyakit. Prinsipnya kalau sakit yang kita manfaatkan kedokteran, tetapi orang sakit tidak hanya bisa mengandalkan dokter. Butuh juga makanan yang baik, dan kelor itu yang harus dimanfaatkan.
Kemarin waktu pemilihan bibit ternyata bukan hanya jenis tanaman yang dipilih, tetapi juga spefisikasi tanaman itu sendiri. Kenapa sih soal tinggi dan umur tanaman menjadi persoalan?
Ya bukan persoalan sebenarnya. Saya kan petani, jadi ngerti mana bibit yang sudah layak ditanam di ladang dan mana yang belum. Nah, sering orang kota itu mengirim bibit atau mengajukan belanja bibit dengan hitungan murahnya.
Seperti bilang harga bibit yang 20ribu untuk duren. Ya kalau dapat bibit Rp 20.000 dan tingginya 1 meter sekaligus okulasi ya saya senang juga. Tapi itu kan bukan hitungan yang wajar.
Kalau bibit duren baru 30 cm dengan usia 3 bulan lalu dibagikan ke petani, ya petaninya tertawa. Jangan merepotkan petani karena mereka akan sulit merawat pohon di ladang kalau bibitnya kecil. Konkretnya untuk bibit layak tanam di ladang seperti alpukat, duren, sirsak, nangka harus minimal 1 tahun.
Begitu juga bibit kelor, yang bagus setelah disemai dan dirawat selama 6 sampai 8 bulan baru layak tanam. Kalau masih 3 bulan sering mudah mati. Selain itu kita juga harus melihat ladang tempat menanam.
Karena Cimenyan itu kebanyakan lahan kritis yang jarang pohon, maka yang dibutuhkan bibit besar dan menanamnya pun harus melihat saat musim penghujan. Usahakan di awal musim hujan supaya dapat air selama 5 bulan.
Kalau pepaya bagaimana?
Kalau pepaya dari biji yang kemudian kita semai. Nanti kalau sudah saatnya tanam, biasanya 2 sampai 2,5 bulan berada di media tanam polibag. Barulah kita tanam. Jadi kalau ada yang mau donasi tanaman pepaya sumbangan dalam bentuk pengelolaan di Bank Pembibitan Odesa.
Dalam Catatan Odesa tanaman Kopi juga banyak karena sudah melampaui pembagian 600.000 bibit. Bagaimana itu?
Ya kami masih membutuhkan dalam jumlah banyak. Tentu bibitnya juga harus yang sudah bagus. Kita juga pernah punya program penyemaian bibit lokal dan berhasil baik.
Tetapi jika bibit itu setinggi 1 meter lebih dan bahkan 2 meter mahal-mahal….
Nah kita mau itungan untuk karena murah atau itungan keberhasilan menanam? Tujuan kita menanam itu untuk supaya pohon hidup dan menghasilkan panen yang baik. Maka semuanya harus dimulai secara baik dalam memilih benih atau bibit. Odesa ini banyak memiliki keberhasilan karena serius dalam memilih bibit.
Kemarin waktu diskusi juga ada pembicaraan bibit bagus dan tidak bagus. Salahsatunya saya mendengar keharusan bibit jenis okulasi. Mengapa itu perlu?
Tidak semua harus okulasi. Kalau bibit sirsak asal sudah besar ndak masalah karena bisa panen dalam masa 3 tahun. Tetapi kalau untuk alpukat, durian, jeruk dan lain sebagainya jelas butuh okulasi. Kalau tidak okulasi kasihan petani harus menunggu panen alpukat 8 sampai 11 tahun. Kalau yang okulasi bisa 2 tahun panen. Duren yang tidak okulasi bisa 11 tahun panen. Yang okulasi hanya butuh 4 tahun.
Cara Menyumbang Bibit Tanaman Konservasi Pertanian ke Petani Bandung Utara?
Kalau selama ini bibit tanaman itu asalnya dari mana? Bagaimana kalau orang luar menyumbang bibit ke Odesa?
Kalau asal bibit dari macam-macam bisa. Yang penting itu kondisinya sesuai syarat tumbuh. Misalnya usia bibit minimal rata-rata satu tahun dalam polibag dan untuk buah-buahan harus okulasi.
Kalau orang luar menyumbang bibit ya kami senang. Tetapi karena yang mau menanam petani sebaiknya tanya dulu ke kita di Odesa, nanti kita lihat apakah itu diminati petani atau tidak. Ada yang mau menanam dan mengurusnya enggak. Nah kalau durian, alpukat, mangga, jeruk siam, jeruk dekopon, jeruk santang, jambu dan lain-lain, termasuk jengkol dan pete juga dibutuhkan.
Kalau bibitnya masih kecil kita akan urus dulu tidak langsung dibagikan kepada petani. Dan yang terpenting kegiatan menanam juga harus pas di musim penghujan, utamakan pada bulan november dan desember. Bisa juga januari dan pebruari.
Kalau maret april kita lihat-lihat dulu. Bisa jadi tetap dilakukan penanaman pada bulan maret atau april, termasuk mei dan juni, tetapi mungkin di ladang yang petaninya memiliki air dan lokasi sekitarnya sudah banyak pohon sehingga tidak terlalu beresiko oleh panas matahari. Biasanya saya aksi tanam di musim april atau mei untuk lokasi hutan karena di sana tanah lumayan bagus dan ada banyak pohon pelindung di sekitarnya.
Ujang Rusmana: Salah Bantu Bisa Jadi Candu
Ujang Rusmana Berbincang dengan Afnan Malay SH, Tokoh Aktivis Pergerakan
Musim Hujan Datang, Odesa Gerakkan Petani Menanam