Pengertian “perbuatan baik” kebanyakan hanya kita pahami dalam ruanglingkup moralitas. Celakanya, pengertian moralitasnya pun terbatas pada dimensi manusia. Padahal dimensi kebaikan hidup manusia juga bergantung dengan baik dan buruknya tanaman dan satwa.
Melalui tulisan ini, Faiz Manshur, Ketua Odesa Indonesia memberikan cara pandang baru. Di sini akan akan dijelaskan cara melihat perbuatan baik dari 3 kategori, dan menilai perbuatan baik dengan 4 kategori.
Perlunya Memperbaiki Perbuatan Baik

Tulisan ini merupakan ringkasan dari hasil diskusi di Yayasan Odesa Indonesia bersama Ketua Odesa Faiz Manshur, pada 22 Januari 2022 lalu yang saat itu membicarakan tentang gerakan kebaikan, filantropi, gerakan sosial dan amal sosial. Mari kita simak karena isinya sangat berguna untuk memperbaiki cara pandang kita.
Perbuatan Baik Melampaui Kategori Moral
Artikel Pendukung Berbuat Baik dengan Cara Yang Baik dari Odesa Indonesia
Perbuatan baik dari sisi moral menurut Faiz Manshur, paling luas dipahami masyarakat. Hal tersebut wajar karena urusan moral juga menjadi bagian dari cara hidup atau cara survive manusia.
Secara alamiah moralitas itu akan selalu ada di masyarakat manapun, tak terkecuali pada spesies hewan.
Tetapi dalam diri manusia yang memiliki kekuatan akalbudi tak terbatas, menurut Faiz Manshur, manusia bisa mengembangkan perbuatan baiknya. Dengan cara pandang baru yang memberi nilai dalam kebaikan, tujuan manusia dalam berbuat baik bukan lagi untuk moralitas. Bahkan moralitas bukan lagi sebagai tujuan, melainkan sebagai alat agar manusia bisa menghasilkan nilai-nilai yang berkualitas dalam diri manusia dan bermanfaat untuk ekologi.
3 Kategori Perbuatan Baik dan 4 Nilai Kebaikan

1. Perbuatan Baik Dalam Tataran Moral:
Secara umum manusia akan menjalankan perbuatan baik karena alasan moralitas. Berbuat baik dalam keseharian mulai dari urusan tegur sapa dengan teman, orang tua dan orang lain hingga urusan menjalankan pekerjaan merupakan cara survive manusia.
Jika manusia tidak melakukan perbuatan baik dalam konteks moralitas tersebut bisa tersisih dari pergaulan. Karena pergaulan sangat menentukan bagi survive manusia, maka seseorang mau tidak mau harus menyesuaikan dengan norma yang berlaku.
Manakala seseorang asal-asalan dalam pergaulan atau biasa disebut “mau seenaknya sendiri”, otomatis ia akan sulit mendapatkan relasi. Bisa jadi ia dijauhi teman-temannya.
Praktik perbuatan baik manusia dilakukan dengan apa yang kita kenal dengan istilah sopan santun atau adab. Norma dalam sopan santun itu sendiri memang relatif. Dari relativitas itulah seseorang yang bergaul di sebuah kumpulan masyarakat tertentu harus bisa menyesuaikan. Pada akhirnya perbuatan baik dalam sisi moral ini merupakan salahsatu nilai dari tiga nilai lainnya yang akan kita bahas lebih lanjut.
Inilah 5 Manfaat Berbuat Baik Kepada Orang Tua
2. Perbuatan Baik Dalam Tataran Aktivitas/Kerja:
Perbuatan baik bukan semata urusan moralitas melainkan juga dalam pengertian aktivitas atau kerja. Karena manusia beraktivitas dalam pekerjaan untuk survive, maka pekerjaan itu sendiri harus baik dalam pengertian bisa memiliki nilai kebaikan.
Dalam pandangan Faiz Manshur, terdapat empat nilai perbuatan baik manusia yang saat ini perlu diketahui untuk mendeteksi apakah pekerjaan kita sudah berkualitas yang biasa saja, cukup tinggi, tinggi atau sangat tinggi.
Untuk mengukurnya kita bisa menerapkan dengan empat penilaian, Empat nilai itu menurut Faiz Manshur adalah nilai budaya, yaitu 1) nilai ekonomi, 2) nilai sains, 3) nilai moral, 4) nilai seni.
Cara menerapkan pengukuran atas pekerjaan atau aktivitas kita bisa dengan simulasi begini. Misalnya kita menjalankan sesuatu. Karena manusia harus survive maka harus punya nilai ekonomi. Apakah pekerjaan kita sudah menghasilkan produktivitas ekonomi? Jawabnya bisa 1) belum, 2) kurang, 3) cukup, 4) berlebih.
Kita tahu kesuksesan perbuatan baik dalam tataran ekonomi juga bukan satu-satunya ukuran. Karena manusia dianugeri oleh akalbudi yang tak terbatas dan itu kaitannya dengan ilmu pengetahuan, maka sebaiknya penilaian tentang aktivitas yang kita lakukan itu dihubungkan dengan nilai dari sains atau ilmu pengetahuan.
Sudahkah aktivitas kita itu produktif menghasilkan ilmu? Kalau aktivitas keseharian yang kita jalankan tidak mengandung produktivitas dalam ilmu pengetahuan maka kita pun perlu mengoreksi.
Kita bisa memicu aktivitas yang berkait dengan ilmu seperti membaca buku, ikut berdiskusi, mendengarkan para ilmuwan berbicara dan lain sebagainya. Setelah nilai ilmu pengetahuan, maka kita pun beranjak menilai dari sisi moral/akhlak.
Kita bisa bertanya, apakah dengan apa yang kita jalankan baik dalam ekonomi maupun dari pencarian ilmu tersebut sudah menghasilkan kualitas moral yang lebih tinggi atau belum? Bahkan kita pun bisa mempertanyakan, apakah aktivitas ekonomi kita itu bermoral atau tidak?
Sebab banyak orang niatnya berbuat baik tetapi di lapangan melakukan perbuatan yang tidak baik. Atau hanya mengedepankan baik bagi diri atau kelompoknya, tetapi buruk bagi yang lain. Misalnya hanya mengedepankan nilai ekonomi dengan mengeruk sumber daya alam secara ugal-ugalan. Secara ekonomi bagi pelakunya menguntungkan. Tetapi untuk pihak lain mengalami kerugian bahkan menimbulkan kesengsaraan.
Tindakan perbuatan ekonomi mestinya juga harus dinilai dengan moralitas karena untuk survive dan bahkan untuk kebahagiaan bersama mustahil jika masih banyak orang yang sengsara.
Kebahagiaan bukanlah kesenangan. Dan kebahagiaan yang berkualitas hanya bisa terwujud manakala semua pihak merasakan. Tidak akan bahagia seseorang jika keadaan timpang atau masih ada ketidakadilan sosial, apalagi disertai adanya kerusakan ekologi. Moralitas dalam hidup adalah penting sama pentingnya dengan nilai ekonomi dan nilai ilmu.
Berlanjut kemudian pada nilai yang paling berkualitas. Setelah kita bisa menyatakan bahwa perbuatan baik dari sisi ekonomi sangat produktif, dari sisi ilmu sangat meningkat dan dari sisi moral terjaga, maka kita memasuki level perbuatan baik ditingkat seni.
Seni dalam pengertian yang esensial bukanlah praktik kesenian, melainkan nilai yang memuat unsur yang bisa menimbulkan raga kagum, rasa haru, rasa terpukau, dan menciptakan kenyamanan.
Dengan kata lain perbuatan baik itu bisa disetting atau direkayasa agar secara ekonomi tercapai, secara ilmu terpenuhi, dan secara moral terjaga, sehingga menghasilkan nilai seni atau kebahagiaan.
Dengan pengertian ini, saatnya kita memahami seni sebagai nilai meliputi seni untuk survive, seni untuk membentuk karakter diri, seni untuk mengubah tatatan masyarakat, dan seni untuk membangun peradaban.
Gerakan Kebaikan Membagi Bibit Membuahkan Kebaikan
3. Perbuatan Baik Yang Memperbaiki Keadaan:
Setelah memahami dua kategori perbuatan baik di atas, pada akhirnya kita dituntut untuk melakukan perbuatan baik agar menghasilkan perbaikan. Berbuat baik yang berkualitas adalah tindakan yang mampu memberikan nilai perbaikan. Istilah kuno dari Nusantara “memayu hayuning bawana” adalah sebuah cara pandang ideologis yang penting untuk dimiliki kita semua.
Menurut Faiz Manshur, kalau orang melakukan perbuatan baik tetapi motifnya masih sekadar untuk kebaikan pada diri atau terbatas pada keluarga dan relasi terdekat itu belum berkualitas. Bahkan belum berkualitas jika belum membawa misi kebaikan untuk satwa dan tanaman karena mustahil mewujudkan tata dunia yang baik tanpa menyertakan spesies lain. Mustahil mewujud rahmat sekalian alam kalau kebaikan yang kita lakukan masih sebatas homo sentris (hanya untuk manusia semata).
Jika mau berkualitas bisa kita menerapkan cara pandang berbuat baik untuk memperbaiki keadaan, meliputi sumber daya manusia, sumber daya tanaman, dan sumber daya hewan.
Menurut Faiz Manshur hal tersebut sangat penting diperhatikan. Sebab pada faktanya banyak orang berbuat baik belum tentu memperbaiki keadaan masyarakat. Contohnya, kita tidak berdiam di rumah menahan hawa nafsu. Itu baik, tetapi kemiskinan di luar atau kerusakan alam di tempat lain tidak tertangani. Oleh karena itu Faiz Manshur menyarankan agar kita mengambil peran sosial dalam perbuatan baik secara bersama-sama supaya hasil dari maksud baik menghasilkan dampak kebaikan yang meluas.
Dalam perbuatan baik yang berkualitas, kita mesti mempertimbangkan asas manfaat. Karena itu dibutuhkan cara atau strategi. Dan cara terbaiknya ialah membangun mindset yang baru dan tidak terus menerus terkungkung oleh model tindakan lama. Harus ada inovasi agar hidup bisa berubah.
Memperbaiki cara pandang dalam perbuatan baik ini sangat mendesak, terutama untuk mengubah cara pandang dari homo sentris ke arah antroposentris. Baca ulasan lain dari Faiz Manshur tentang pentingnya manusia bekerjasama secara lintas spesies melibatkan tanaman dan hewan. []
Penulis: Amin HS.
Admin: Fadhil Azzam
Berbuat Baik: Berdonasi Untuk Petani Agar Tumbuh Kebaikan di Hutan
Berbuat Baik: Berdonasi untuk Anak Fakir Miskin Agar Tetap Sekolah
Cara Odesa dalam Menjalankan Gerakan Kebaikan untuk Menghasilkan Perbaikan