MANDALA MEKAR. Tape. Orang Sunda menyebut Peuyeum. Di Kampung Cikasimukan, Desa Mandala Mekar, Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung, Rohman (55 tahun) sudah 10 tahun mengembangkan industri rakyat yang sederhana ini untuk memenuhi kebutuhan konsumen di pasar Kota Bandung.
Di kampung itu Rohman mampu mempekerjakan tetangga sekitarnya.Pembuatan tape tersebut menyerap tenaga kerja 10 orang.Masa kerja setiap pekan dua hari.
“Pemesan yang langganan ke saya itu setiap bulan meminta empat kali. Setiap pengiriman dua ton,” kata Rohman kepada test.odesa.id, Kamis, 20 April 2017.
Untuk menghasilkan tape 2 ton per minggu,Rohman membutuhkan dua kali lipat bahan baku. Harga singkong Per-Kg Rp 1.500 diterima di tempat pengolahan. Selain bahan baku pokok tersebut, Rohman juga mengeluarkan biaya tenaga kerja, ragi, kayu bakar dll untuk masa dua hari kerja dengan biaya Rp 800.000. total modal setiap proses butuh modal Rp 6.800.000. Modal ini belum termasuk ongkos angkut ke kota dengan jarak sekitar 4 km dan belum termasuk air dan listrik. Dari pengeluaran tersebut ia mendapatkan hasil per-Kg Rp 5.000 x 2.000 Kg= Rp 10.000.000.
Ditanya tentang kemasan ia menggelengkan kepala. Rohman hanya memasok hasil tape tersebut kemudian dibeli oleh pengemas lain di Kota Bandung.
“Saya hanya menjual haanya sampai dalam keranjang biasa. Nanti di Kota dikemas lagi dan dijual dengan harga Rp 10.000,” katanya.
Hasil pantauan lapangan Odesa.id, di kampung sekitar Desa Mandala Mekar dan Desa Cimenyan dan sekitarnya banyak pembuat tape. Sebagian orang memproduksi lalu menjualnya sendiri dengan sistem panggul keliling kampung. Ada pula yang memasok kebutuhan sistem grosir seperti yang dilakukan Rohman.-Sadur Sentosa/test.odesa.id