Mengenang Eman Hermawan 23 Juli 1967 – 15 Juni 2022
Oleh FAIZ MANSHUR Ketua Odesa Indonesia
Eman Hermawan. Namanya luas dikenal oleh kalangan aktivis pergerakan reformasi di Yogyakarta. Saat itu saya mengenalnya sebagai fasilitator Gender yang bernaung di bawah Lembaga Kajian islam Sosial (LKiS).
Selain aktif sebagai orang pergerakan Mas Eman juga menulis beragam buku tentang politik dan sosial.
Saya mengenalnya sejak tahun 1997 karena sering main di LKiS dan juga bertemu dengan anekaragam kegiatan aktivitas pergerakan politik.
Sempat beberapa bulan atau bahkan satu tahun tak jumpa. Tetapi pada suatu hari (kalau tidak salah di akhir tahun 1999), saya bertemu kembali dengan Mas Eman.
Saat itu, beberapa pekan setelah Budiman Sudjatmiko keluar dari penjara menelpon saya. Budiman minta tolong diantar untuk acara kaderisasi PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia).
Saat pelaksanaan acara itulah saya bertemu kembali dengan Mas Eman. Teringat juga Mas Khoiron, PMII Senior saat itu, (mantan Anggota Komnas HAM) menjadi moderator.
Satu tahun tak jumpa dengan Mas Eman di situlah kemudian bersambung kembali karena kita bertukar nomor ponsel. Rupanya Mas Eman sudah pindah Jakarta karena menjadi pendiri dan pengurus Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Setelah pertemuan itu, saya sering bertemu Mas Eman karena setiapkali ke Yogya Mas Eman sering mengajak bertemu.
Sering ia iseng mengajak saya sekadar ngobrol tak jelas, mentraktir makan dan berbicara banyak hal tentang politik.
Sebagai yunior saya senang kalau diajak senior yang telah berpengalaman. Banyak sudut pandang politik yang berbeda dan karena itu menyegarkan pemikiran.
Waktu beranjak. Bertahun-tahun saya tak berjumpa Mas Eman. Tetapi ketika Facebook muncul, tahun 2009, kami kembali terhubung.
Mas Eman mengetahui saya di Bandung. Dia suka pertanian dan saya sering memamerkan kegiatan kecil saya di kebun dengan kelinci.
Ia pun mendatangi saya. Bahkan setiapkali ke Bandung ia selalu menghubungi saya dan seperti biasa kami pun rutin makan bersama.
Saat saya bersama (Alm) AE Priyono mulai mengaktifkan Civic Islam, Mas Eman juga menyapa saya dan mengajak panjang lebar diskusi tentang gagasan ini.
Mas Eman tertarik dengan isu Civic-Islam karena memang jauh sebelumnya ia banyak berurusan dengan aktivitas kewargaan/kewarganegaraan.
Berlanjut kemudian Civic-Islam menjelma Odesa Indonesia (tahun 2016). Lagi-lagi Mas Eman merapat secepatnya.
Ia datang karena tertarik dengan kegiatan kami di Yayasan Odesa yang mengambil peran gerakan sosial di bidang pertanian.
Ia menginap di rumah selama dua malam. Berdiskusi panjang lebar tentang masalah-masalah sosial, ekonomi, kewirausahaan dan juga urusan agama.
Satu tahun kemudian ia kembali datang, saya ingat bulan Januari 2019. Ia kembali menginap dua malam di rumah saya, dan melanjutkan banyak diskusi tentang masalah-masalah gerakan sosial.
Kebetulan ada video rekamannya di Kajian Sosial Pertanian Eman Hermawan 1 – YouTube
Kajian Pertanian dan Gerakan Sosial Bersama Eman Hermawan 2
Akhir tahun 2019 Mas Eman juga kembali datang, mengajak istrinya bermain-main di rumah saya dan mengajak diskusi tentang herbal. Tahun 2020 datang Covid, sejak saat itulah setiap kali rencana kembali ke Odesa urung.
Pada masa pandemi Covid-19, saya sering mendapat kabar Mas Eman sakit-sakitan, termasuk stroke. Saya juga pernah mendengar kabar Mas Eman terkena Covid-19.
Dua minggu setelah sembuh, ia berkabar kepada saya akan liburan di Odesa. Tapi niat belum terealisasi karena Mas Eman sibuk di Belitung.
Sampailah pada hari ini. Pagi tadi saya mendapatkan kabar Mas Eman Wafat. Saya sangat berduka.
Eman Hermawan yang saya kenal adalah, seorang aktivis pergerakan. Ia tidak mendikotomikan model gerakan politik formal vs gerakan informal. Baginya, gerakan adalah cara pandang sekaligus aksi.
Tugas orang pergerakan akan merealisasikan tujuan-tujuan pergerakan itu sendiri di manapun tempat dan dengan ragam modelnya.
Itulah mengapa sekalipun Mas Eman posisinya sebagai politisi partai politik, ia tidak meninggalkan aktivitas gerakan sipil. Berdiri pada dua kaki inilah yang justru membuat dirinya merasa bahagia.
Segenap aktivitas sosial bagi Eman Hermawan adalah tempat belajar sekaligus mengajar. Ia senang menemui anak-anak muda baik mahasiswa atau pemuda desa.
Saat berada di Odesa misalnya, ia benar-benar belajar tentang model gerakan. Sebelum diskusi dengan saya pun dia banyak membaca catatan-catatan Odesa.
Mas Eman memiliki garis hidup yang dilakoni dengan cara sederhana. Ia bisa menikmati apa yang ada dan bergaya hidup sederhana. Setiapkali ketemu dengan saya urusannya juga urusan yang sederhana.
Saat bertemu dia pun bertukar pemikiran dengan saya, dan tentu saja seperti biasa, kita harus berbeda, alias harus berdebat. Kalau tidak ada yang diperdebatkan ya kami saling meledek.
BEBERAPA PEMIKIRAN EMAN HERMAWAN. DI SAMPAIKAN SAAT DI ODESA:
“Aku percaya Odesa karena para pengurus melakukan dengan tindakan yang bisa dipercaya masyarakat. Maksudnya percaya adalah karena apa yang dilakukan Odesa adalah gerakan pendampingan, bukan sekadar pelatihan. Maksudnya dipercaya masyarakat karena Odesa melakukan pelayanan, bukan sekadar menyalurkan bantuan. Proses ini yang akan meyakinkan tentang apa yang disebut perubahan.”
“Sabar dalam gerakan itu penting. Masalah gerakan besar itu tidak penting. Banyak anggaran disertai publikasi yang mewah dalam kegiatan seringkali tidak berdampak kecuali hanya sehari, ya sebagai berita. Lain halnya dengan gerakan serius yang dilakukan keseharian dan penuh tanggungjawab seperti yang Odesa lakukan.”
“Ada kenyataan di mana uang besar bukan penentu. Apalagi sumber dan alurnya tidak jelas. Aku mengalami betapa banyak uang mubazir, bahkan itu untuk urusan gerakan sosial. Di jakarta banyak uang berseliweran tetapi ternyata tidak bisa itu diperlakukan untuk gerakan perubahan masyarakat. Duit celeng dipangan asu. Maksudnya, uang jahat larinya ke penjahat. Kita tidak usah bertanya mengapa uang begitu banyak tetapi tidak menghasilkan dampak. Itu sudahlah. Lagi pula gerakan sosial itu lebih membutuhkan tindakan nyata, lebih butuh banyak waktu. Uang sedapatnya dijalankan juga lebih menjamin kesuksesan ketimbang uang besar tetapi tidak punya keseriusan dalam gerakan.”
“Soal pangan ini bukan soal untuk makanan, bukan urusan perut. Aku senang dengan program odesa karena misalnya pertaniannya juga terhubung untuk menjawab krisis lingkungan. Bahkan yang cocok adalah manakala urusan pupuk. Dengan model pertanian tanah tertutup dan memodifikasi soal jenis-jenis tanaman, urusan pupuk kemudian menjadi selesai. Selesai artinya para petani bisa menyuburkan tanah tanpa ilmu pengetahuan yang njlimet”.
“Kita perlu terus mendorong anak-anak muda untuk kreatif. Terutama anak muda yang terhubung dengan pertanian dan pangan. Apalagi pemuda yang di desa. Ke depan kita butuh banyak aktor-aktor perubahan sosial dari kalangan desa yang itu membutuhkan kreativitas urusan daun, biji, bibit, benih dan juga hasil olahan pangan.”
“Kita perlu memperkuat pendidikan pertanian dan gerakan sosial sekaligus dengan eksperimen-eksperiman yang tujuannya untuk menjawab masalah di masyarakat, bukan pendidikan yang hanya pelatihan sehabis itu tidak menimbulkan dampak. Model yang dilakukan Odesa ini yang menjanjikan perubahan nyata. Soal lambat atau butuh kesabaran itu memang.”
“Anak-anak muda yang di Odesa harus bersyukur karena Odesa menyelenggarakan kesempatan kalian belajar sungguh-sungguh. Para pengurus punya inisiatif memulai hal yang cocok untuk para pemuda desa, dan juga bertanggungjawab memberikan modal-modal pertanian. Bukan hanya soal uangnya, tapi modal perhatian dan juga modal ilmu. Ini yang paling penting.”
“Urusan demokrasi politik tak akan selesai jika kita hanya bicara politik formal, apalagi hanya urusan pemilu. Kita butuh tindakan berdemokrasi ini dengan memanfaatkan kesempatan aksi langsung berkelanjutan di lapangan. Bertani menjadi bagian penting dalam agenda pembaharuan hidup.”
“Jangan takut kalian berada di desa. Selagi apa yang kita lakukan itu punya alasan yang kuat, orang akan mengikuti. Saya berkeliling Indonesia, dan banyak menyaksikan tindakan-tindakan kecil bermanfaat besar karena apa yang dilakukan itu punya landangan pemikiran dan teruji dalam mengatasi persoalan yang ada di ruang lingkup lokal. Kalau kita kuat dalam pemikiran, setiap tindakan kita akan bermanfaat bagi banyak orang dan orang akan mengikuti kita.”
“Odesa Indonesia itu tempatnya belajar bagi aktivis politik. Sebab buat apa jadi politisi kalau tidak mengerti problem rakyat dan tidak tahu cara mengurainya. Di Odesa masalah-masalah perdesaan dibicarakan, didiskusikan dan dimusyawarahkan lalu diselesaikan. Ini yang penting bagi calon pemimpin. Belajar memimpin butuh kolektivitas dan Odesa menyediakan itu untuk proses pembelajaran.” []