Tukar pemikiran atau diskusi secara informal lebih menjanjikan untuk sebuah kemajuan. Dengan pertemuan yang bersahabat, setiap individu tidak memiliki beban untuk berbicara. Identitas sosial, kelas/kasta atau apapun bisa mencair dalam suasana santai.
Herry Dim, Pengurus Senior Yayasan Odesa Indonesia memanfaatkan peluang untuk memajukan warga desa yang sejak 2016 silam telah mendapatkan pendampingan. Menurut Herry Dim, para pengurus Odesa atau siapa saja semestinya sering masuk desa dengan tujuan pemberdayaan.
“Banyak desa-desa yang kosong oleh gagasan baru karena tidak ada peran pemerintah atau tokoh informal. Akibatnya, tidak terjadi kemajuan sementara zaman terus bergerak maju. Karena itu Yayasan Odesa mulai tahun ini menetapkan program khusus pendampingan warga desa dengan mewajibkan para pengurusnya bergiliran mendatangi desa-desa secara informal dengan tujuan untuk bertukar ilmu dan pengalaman antar warga kota dan warga desa,” kata Herry Dim saat pertemuan dengan warga Kampung Waas Desa Mekarmanik Cimenyan Kabupaten Bandung, Sabtu 28 Mei 2022.5.30
Herry menambahkan, Yayasan Odesa Indonesia sudah berhasil mengondisikan kegiatan literasi di banyak kampung di Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung. Tujuannya ialah memajukan anak-anak desa agar lebih cepat maju dalam baca-tulis, berpikir dan juga menolong keluarga miskin agar tetap bisa sekolah dengan program beasiswa.
“Warga desa di kampung-kampung kawasan Kecamatan Cimenyan ini sangat senang jika kedatangan warga kota yang mengajak dialog, bertukar pikiran, apalagi membawa program pendidikan atau pertanian. Mereka sangat open dan mengharap kaum intelektual di kota seperti dosen, pengusaha, tokoh agama, penulis, seniman dan lain sebagainya,” kata Pelukis yang tinggal di Kopo Bandung tersebut.
Pertemuan Malam
Sementara itu Poedji Irawan, seorang seniman yang belakangan ini bergabung dengan Odesa Indonesia juga mengambil peran penghidmatan dengan rutin menemani di perkampungan. Ia mengatakan sangat senang dan berjanji setiap bulan minimal 3 kali masuk perdesaan untuk kegiatan diskusi dengan warga di Desa Cikadut, Mekarmanik dan Desa Cimenyan.
“Pertemuan siang hari sudah sering dilakukan. Saya memilih malam hari karena tidak menganggu pekerjaan para petani dan kampung mereka menjadi semarak dengan kehadiran pengurus Odesa. Mereka senang karena suasana yang biasanya sepi jadi ramai,” katanya.
Menurut Poedji, perbukitan Bandung Utara merupakan surga dunia. Kalau kita ke perbukitan malam hari kita bisa menikmati pemandangan luar biasa karena Bandung Raya terlihat semua dari ketinggian bukit,” kata pengusaha sepatu kulit ini di sela kegiatan pertemuan dengan warga Cisanggarung Desa Cikadut Bandung, Selasa, 24 Mei 2022.
Poeji merasakan manfaat biasa bertemu dengan para petani. Selain bisa memberikan pengetahuan-pengetahuan tentang kehidupan usaha, seni dan budaya, juga mendapatkan manfaat besar karena pengalaman hidup petani banyak yang menarik untuk dijadikan hikmah kehidupan.
“Kurang pergaulan itu bisa menurunkan kualitas hidup. Karena itu misi gerakan temu warga desa ini adalah menghidupkan akalbudi dengan saling berbagi pengalaman hidup,” kata Poedji.
Tetapi yang terpenting dari itu menurut Poedji, kesediaan dirinya menjadi teman para petani di malam hari adalah karena ada dorongan untuk kemanusiaan. Sebab menurutnya, banyak orang miskin yang hidupnya tidak tertolong.
“Sering ada lansia yang kekurangan beras dan juga tidak mampu lagi bekerja. Di situ kami menghimpun bantuan beras. Ada anak sekolah yang jarang berangkat karena alasan sepele tas-nya rusak atau sepatunya rusak dan mereka minder tidak jadi berangkat. Juga ada banyak kisah janda yang terlantar dengan beban ekonomi yang memprihatinkan. Kita pikirkan hal-hal seperti ini dengan mendekati orangtuanya di malam hari,” papar Poedji.
Rombongan Ikhlas
Saking semangatnya Poedji bergiat di desa-desa, pada bulan Mei 2022 ia mendirikan klub khusus untuk pelayanan fakir-miskin di perdesaan dengan nama Romli.
Organisasi ini kepanjangan dari Rombongan Lilahi ta’ala, sebuah komunitas kesukarelaan di bawah Odesa Indonesia untuk menjalankan misi kebaikan malam hari dengan tugas memobilisasi warga Kota Bandung untuk berempati dengan ilmu dan donasi.
”Siapa yang mau bergabung berkegiatan bersama kami, masuk jaringan Romli. Komunitas ini cair dan tidak terikat penuh dengan peraturan karena kami ingin mengedepankan kebebasan yang bertanggungjawab. Dengan kata lain, kegiatan ini selalu berpijak pada kesadaran kemanusiaan dan tidak boleh pamrih pada target tertentu. Mari kita ke desa di malam hari,” kata Poedji. (test.odesa.id)
Tentang Romli: Rombongan Lilahi Ta’ala atau Rombongan Liar?