Pentingnya Pendidikan Pertanian untuk Petani Indonesia

Pentingnya Pendidikan Pertanian Bagi Petani – Pertanian adalah salah satu sektor yang menopang perekonomian Indonesia. Sebagai negara dengan kekayaan alam & SDM melimpah, Indonesia sebenarnya memiliki potensi besar untuk pertanian.

Bahkan, melansir dari Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia memiliki hampir 28,2 juta jiwa petani di Indonesia. Artinya, dari 278 juta jiwa penduduk Indonesia, lebih dari 10% nya adalah petani dan ini angka yang cukup besar.

Sayangnya, potensi pertanian hingga saat ini belum maksimal. Perubahan iklim, erosi, hingga infrastruktur buruk itu jadi masalah. Namun, ada hal yang sebenarnya lebih mendasar & perlu diselesaikan terlebih dahulu: Masalah SDM itu sendiri, atau para petaninya.

Baca juga:

Akar Masalah dengan Petani Indonesia

pentingnya pendidikan pertanian bagi petani

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, masalah pertanian tak banyak berubah dalam 10 tahun terakhir. Alasannya? Produktivitas masih rendah, kondisi finansial petani pun tak kunjung membaik.

Hasil pertanian pun tak berubah secara signifikan. Sebab, bagaimana mau mengharapkan ada perubahan, apabila cara bercocok tanam yang digunakan juga sama-sama saja?

Saya suka sebuah quotes dari Albert Einstein yang kira-kira berbunyi demikian, “Kamu tidak bisa melakukan hal yang sama terus-menerus, dan mengharapkan hasil yang berbeda.”

Kebanyakan petani di Indonesia masih terjebak dalam kebiasaan dan pola pikir yang lama. Tantangannya, mengubah kebiasaan yang sudah dilakukan turun-temurun ini tidak mudah. Banyak dari mereka yang semangat ketika musim tanam & panen, tapi tidak mau melakukan perawatan agar menjaga tanaman tetap tumbuh baik.

Selain itu, hampir 75% petani adalah tamatan SD. Petani lulusan diploma ke atas hanya 1,82%. Artinya, pendidikan untuk petani masih sangat minim. Kebanyakan hanya bertani dengan modal ilmu warisan keluarga, tanpa ada pendidikan pertanian—formal maupun non-formal.

Ditambah lagi, 58% petani sudah berusia 45 tahun ke atas. Memang betul, ini sebenarnya masih masuk kategori usia produktif (15-64 tahun). Namun, jika dibiarkan terus tanpa mendorong regenerasi, lambat laun jumlah aktor pertanian akan semakin menyusut. Produktivitas pun semakin menurun.

Sementara itu, yang muda, kurang berminat untuk menjadi petani. Berdasarkan perbincangan Odesa dengan beberapa anak keluarga petani di Kecamatan Cimenyan, banyak yang ingin menjadi blue-collar worker seperti buruk pabrik.

Mungkin, menjadi petani dianggap kurang menjanjikan. Atau bisa jadi, mereka belum banyak paham tentang potensi pertanian. Lagi-lagi, pendidikan sebenarnya bisa jadi solusi perubahan untuk para petani & generasi penerusnya.

Pentingnya Pendidikan untuk Petani

Pentingnya Pendidikan Pertanian Bagi Petani
Praktik pertanian ramah lingkungan di Desa

1.   Peningkatan Produktivitas

Selama ini, banyak petani yang gagal dalam meningkatkan produktivitas, lantaran masih belum paham teknik yang tepat. Banyak juga yang tidak melakukan diversifikasi tanaman, sehingga saat gagal panen, semuanya gagal & tidak ada yang sama sekali bisa dipanen. Tanah juga menjadi kurang subur.

Yayasan Odesa melihat bahwa perlu ada pendidikan ekologi, agar petani paham teknik ramah lingkungan yang tepat. Oleh karena itu, relawan Odesa mengajarkan cara memaksimalkan penggunaan bahan ramah lingkungan, meningkatkan kesuburan tanah, & memanfaatkan air lebih efektif.

Awal mulanya, banyak petani yang sangsi, tetapi setelah melihat hasilnya mereka mendukung program pelatihan ini. Setelah melewati pelatihan intensif & pemantauan berkelanjutan, banyak petani yang mengaku hasil panen & pendapatan meningkat. Produktivitas pun lebih maksimal.

2.   Ekosistem Lebih Terlindungi

Petani adalah lapisan masyarakat yang paling dekat dengan alam—pasti akan membawa dampak besar pada lingkungan. Oleh karena itu, perlu dibekali dengan ilmu alam tentang keragaman spesies & pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem.

Pendidikan ekologi yang diajarkan Odesa Indonesia tidak hanya membantu meningkatkan produktivitas, tetapi juga menjaga lingkungan.

Sebelumnya, pupuk dengan bahan kimia berbahaya sangat lazim digunakan. Namun, Odesa mengajarkan para petani untuk memanfaatkan sayur & buah sisa rumah tangga, untuk dijadikan pupuk organik. Selain mencegah food waste, penggunaan bahan organik mampu menekan biaya produksi dan meningkatkan kualitas panen.

Selain itu, Odesa juga membantu petani menerapkan teknik agroforestri, atau penggabungan pertanian & penanaman pohon. Selain menyuburkan tanah & menambah hasil panen, teknik ini juga membantu penyerapan karbon & mengurangi efek buruk perubahan iklim.

3.   Menyehatkan Fisik & Finansial

Masih dalam program pelatihan agroforestri, kami turut membagikan beberapa jenis bibit tinggi gizi; daun kelor, pepaya, dan jeruk dekopon. Kelor sendiri misalnya, adalah superfood yang memiliki banyak manfaat, mulai dari menurunkan gula darah, menjaga imun, hingga mencegah anemia.

Hasil panen ini pun dapat dijual, serta demand terhadap komoditas ini cukup tinggi. Bahkan, yayasan Odesa juga turut membantu menjual bibit kelor dan teh daun kelor kepada masyarakat luas. Apabila hasil panen berlebih, dapat dikonsumsi keluarga petani.

Yuk, Bantu Edukasi Teman-Teman Petani Cimenyan!

Pelukis Herry Dim, bersama Petani Merak Dampit. Bergerak bersama untuk ekosistem

Ternyata, edukasi sangat dibutuhkan oleh semua lapisan masyarakat, termasuk para petani. Edukasi tidak hanya membantu meningkatkan kualitas panen, tetapi juga kualitas diri & keluarga sendiri.

Yuk, waktunya bergerak & jadi bagian dari perubahan. Kamu bisa ikut mengedukasi para petani dengan daftar jadi relawan ekologi di Odesa.

Lebih suka mengedukasi anak-anak? Kamu juga bisa daftar jadi relawan literasi di Sekolah Samin yang mengajar anak petani setiap Sabtu-Minggu.

Tenang saja, setiap relawan akan dibekali ilmu sebelum turun ke lapangan. Yuk daftar sekarang & sampai jumpa di Kecamatan Cimenyan!

Penulis: Nadya Elianna

Admin: Alma Maulida

Keranjang Belanja