Menyunting Kalimat
Oleh Hawe Setiawan
Kolomnis Media Massa
Pembina Odesa Indonesia
Prinsip Menyunting Kalimat
Anggap saja kita semua terbiasa menyusun kalimat. Kita bertukar kalimat dengan sesama, setidaknya secara lisan, saban hari. Masih ada langkah yang perlu ditempuh, yakni menyunting kalimat, agar kalimat kita tidak sia-sia.
Kalimat adalah unit alinea, sedangkan alinea adalah unit karangan. Dengan membicarakan kalimat, kita belum sampai ke dalam karangan. Kita baru membahas unitnya yang terkecil. Urusan karangan alias komposisi dapat dibicarakan pada kesempatan lain.
Berlainan dengan kalimat dalam percakapan yang terlontar spontan, kalimat dalam tulisan terbersit dari kesibukan bongkar pasang. Sebelum mengumumkan tulisan, perlu waktu buat memeriksa kembali setiap kalimat yang telah dibuat. Kalau tidak, kita bakal menanggung banyak risiko dari publikasi draf yang belum layak.
Penyuntingan merupakan tahapan yang paling menantang dalam proses kreatif tulis-menulis. Tahapan ini bakal menentukan nilai tulisan kita di hadapan pembaca.
Kata tahapan perlu ditekankan di sini, buat mengingatkan kita sendiri agar kita tidak menyusun draf sambil menyunting. Setelah draf rampung, kita luangkan waktu buat menyunting.
Penulis yang baik adalah penyunting juga. Dia sadar akan pentingnya penyuntingan dan sanggup menyunting tulisannya sendiri.
Waktu menyunting kalimat, penulis sedang melakoni rekacipta komunikasi. Dia ingin pesannya sampai ke alamat yang dituju dengan kesan sebagaimana yang dia harapkan. Dia ingin tulisannya bermanfaat sekaligus menyenangkan.
Praktiknya seperti memperbaiki tindak-tanduk kita sehari-hari. Sebagaimana kita berikhtiar untuk menjadi orang yang lebih baik, kita berupaya membuat tulisan yang lebih baik, biar kita tidak jahat terhadap diri sendiri, apalagi terhadap para pembaca.
Dalam ungkapan qurani, kalimat yang baik ibarat pohon yang baik. Akarnya kuat, dahannya ke langit. Dengan menyunting kalimat, kita mengupayakan kebaikan buat diri sendiri dan orang lain.
Praktik Menyunting Kalimat
Penyuntingan kalimat mencakup beberapa hal, antara lain:
1. Pilihan kata
Kata adalah unit kalimat. Memilih kata bisa berarti menghindari klise. Mencari kata bisa dilakukan dengan memanfaatkan kamus Thesaurus. Kita pun perlu memeriksa jumlah, bunyi, dan susunan kata. Kalimat yang terlalu panjang bisa menyiksa pembaca. Ungkapan “mengatakan” berarti menyampaikan gagasan dengan perantaraan kata-kata. Kita berikhtiar mencintai kata, bermain dengannya.
2. Ejaan dan tanda baca
Salah cetak sebaiknya dihindari sejak dini. Kamus umum sangat membantu. Titik dan koma sebaiknya tidak tertukar.
3. Tata kalimat dalam alinea.
Satu alinea berisi satu pokok gagasan. Gagasan utama dapat dikemukakan dalam kalimat pertama. Gagasan penjelas dapat dikemukakan dalam kelimat berikutnya.
4. Efisiensi kalimat
Kalimat singset sangat diharapkan. Tiap kata dalam kalimat punya peran. Tiada kata yang mubazir. Tentu, kalimat yang diharapkan tidak asal singkat, melainkan singkat tapi lengkap. Kalimat sebaiknya tidak terpotong, kecuali barangkalai untuk ungkapan empatik.
Contohnya
Contoh kalimat berikut ini dipetik dari situs web <odesa.id>. Tiap contoh disertai saran penyuntingannya.
/1/ “Tanggal 8 oktober 2016 silam, istrinya, Amah, meninggal dunia. Tiga minggu sebelumnya istri Mang Damim itu diurus beberapa relawan yang kemudian membentuk Odesa akibat sakit yang sangat memelas.”
Masalah timbul, terutama, pada kalimat kedua: Siapakah yang sakit? Istri Mang Damim ataukah relawan Odesa?] Saran:
Pada 8 Oktober 2016 istrinya, Amah, meninggal dunia. Tiga minggu sebelumnya, istri Mang Damim sakit, dan sangat memelas, sehingga diurus oleh beberapa relawan yang kemudian membentuk Odesa.
Dengan kata lain, riung mungpulung tetap perlu. Kata-kata yang bertetangga, jangan dijauhkan. Kata-kata yang berkaitan satu sama lain sebaiknya tetap berdekatan: diurus, sakit, memelas.
/2/ “Di Bandung, tepatnya di Yayasan Odesa Indonesia sesuatu yang perlu kita tengok terkait dengan minat menggali ajaran lama dari Nusantara. Sekalipun organisasi Odesa Indonesia terkenal dengan pemberdayaan masyarakat petani desa, tetapi para relawan terus dikondisikan untuk rakus bacaan buku-buku ilmiah.”
Dalam alinea ini sepertinya ada dua pokok gagasan: 1) minat pegiat Odesa Indonesia untuk menggali ajaran lama Nusantara; 2) pengkondisian relawan Odesa untuk melahap buku-buku ilmiah. Kalimat kedua dapat menimbulkan salah paham, seakan-akan pembina petani tidak perlu membaca buku ilmiah. Saran: jadikan dua paragraf dengan penyuntingan:
Di Bandung, tepatnya di Yayasan Odesa Indonesia, ada minat untuk menggali ajaran lama Nusantara.
Sekalipun organisasi ini mencurahkan tenaganya dalam pemberdayaan petani desa, para relawannya terus dikondisikan untuk melahap buku-buku ilmiah.
Kalimat mesti singset. Hindari bentrokan pernyataan di dalam kalimat. Satu alinea sebaiknya untuk satu pokok gagasan.
/3/ “Tidak hanya sekedar bercocok tanam, berkebun juga dilakukan untuk menjaga tampilan kebun tetap menarik. Penelitian oleh Royal Holticulture Society menunjukkan bahwa berkebun setiap hari dapat meningkatkan skor kesejahteraan seorang individu sebesar 6,6% dan menurunkan tingkat stres sampai 4,2% dari individu yang tidak berkebun.”
Biar kalimat kita singset, kita perlu memilih kata: hanya ataukah sekadar? Alinea ini juga mengandung dua pokok gagasan. Kalimat kedua tidak memperjelas maksud kalimat pertama. Kalau memang sebuah alinea cukup diisi oleh satu kalimat, kalimat tambahan tidak diperlukan.
/4/ “Perkembangan pertanian kopi Cimenyan Kabupaten kian hari kian berkembang. Sayangnya, modernisasi bibit, pengelolaan pasca panen dan pemasaran tidak berubah. Ketika kebutuhan hidup terus melaju, penghasilan petani kopi tak beranjak.”
Kita dapat menghindari kata-kata yang tumpang tindih, apalagi dalam satu kalimat: perkembangan dan berkembang. Dua kalimat penjelas dalam paragraf ini malah menggugurkan pernyataan dalam kalimat pertama.
Mungkin yang dimaksud oleh penulis alinea ini adalah: “Perkembangan pertanian kopi di Cimenyan belum mencakup modernisasi bibit, pengelolaan pascapanen, dan pemasaran. Akibatnya, ketika kebutuhan hidup terus melaju, penghasilan petani kopi tak beranjak.”
(Naskah ini merupakan makalah yang disampaikan pada acara kursus jurnalistik Yayasan Odesa Indonesia di bulan puasa, 26 Maret 2024).
Baca Tulisan dan Tonton Video Kursus Jurnalistik Odesa lainnya di:
Menulis Opini dan Esai yang Baik itu Bagaimana? -Budhiana Kartawijaya (youtube.com)
Cara Menulis Essay yang Baik bersama Dr Hawe Setiawan Penulis dan Budayawan (youtube.com)
Hawe Setiawan: Menulis itu Membangun Jembatan
Jurnalistik Learning By Doing Dalam Pelatihan Menulis Odesa
Belajar Jurnalistik Menulis Berita Opini Dan Fotografi (odesa.id)
Belajar Menulis Secara Efektif Melalui Praktik Liputan (odesa.id)