Mengapa kita harus menulis? Untuk apa kita menulis? Apakah karya tulis itu akan seperti daun kelor yang membawa kebaikan terhadap orang sakit? Atau justru membawa keburukan? Apakah Indonesia akan semakin baik dengan tulisan atau justru semakin kacau?
Inilah narasi pertama dari Dr.Hawe Setiawan, Fasilitator kursus Jurnalistik yang digelar di Yayasan Odesa Indonesia minggu, 20 Mei 2018. Hawe setiawan mengawali pemaparannya di hadapan peserta yang berlatar belakang mahasiswa dari beberapa Kampus di Kota Bandung itu dengan banyak pertanyaan-pertanyaan mendasar.
Ia pun menjelaskan tentang hubungan antara mahasiswa, kampus, ilmu pengetahuan dan kemasyarakatan. Sebagai bagian dari Civitas Academica (warga terpelajar) mahasiswa harus bisa menulis karena punya tanggungjawab intelektual dengan menggali, merumuskan, mengolah dan menyebarkan ilmu pengetahuan.
“Tulisan sampai saat ini merupakan salahsatu medium terbaik untuk menyampaikan ilmu pengetahuan. Dan kampus adalah produsen ilmu pengetahuan. Tulisan adalah alat untuk menyebarkan pengetahuan,” papar Budayawan asal Subang Jawa Barat ini.
Menurutnya pengetahuan harus disampaikan ke masyarakat karena hal tersebut merupakan tanggungjawab kaum akademik. Intelektual, menurut Hawe Setiawan harus bekerja sebagai public intellectual, yang memiliki tanggungjawab membangun jembatan antara basis keilmuan dari kampus ke masyarakarat.
“Pertanyaan, buat apa menulis, jawabnya yang paling mendasar adalah menyampaikan ilmu pengetahuan, pendapat, dan seterusnya. Sederhana, tapi sangat penting dalam kerja kebudayaan masyarakat,” paparnya.
Setelah pemaparan konseptual hubungan antara intelektual dan kemasyarakatan, Hawe Setiawan juga memberikan panduan kerja penulisan secara praktis, mulai dari menggali ide, menerapkan kebiasaan menulis harian, hingga urusan pengemasan tulisan secara apik agar bisa diterima media massa.
Hawe Setiawan pada pertemuan selama 2,5 jam tersebut juga memaparkan pentingnya etika dalam komunikasi publik, terutama pada dunia media sosial yang tujuannya untuk membangun keadaban publik.-Khoiril Anwar.
Komentar ditutup.