Herry Dim, ia seorang pelukis kenamaan dan aktivis tulen dalam dunia pergerakan di Bandung dan dikenal luas di Jawa Barat. Di dalam pergerakan Odesa Indonesia, lelaki kelahiran 19 Mei 1955 ini termasuk orang yang dihormati di Yayasan Odesa Indonesia bukan karena semata keseniorannya, melainkan karena totalitasnya bekerja membawa visi, ideologi dan juga bekerja dengan sukarela untuk kepentingan kaum fakir-miskin di perdesaan.
Ia menyatu dengan Odesa Indonesia sejak para perintisnya memulai pekerjaan membasis di kampung-kampung perdesaan di Mekarmanik dan Cikadut Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung di akhir tahun 2016. Sejak mulai terlibat di Odesa Indonesia ia memiliki kesungguhan dalam mendorong para pengurus, memahami para petani, dan juga kreatif dalam mengusahakan kerja-kerja sosial dengan menawarkan ide-ide kepada para relawan.
Meneladani Sosok Aktivis Pergerakan Bandung
Pada sosok Herry Dim, setidaknya ada tiga sisi penting yang perlu dilihat. Pertama ia adalah seorang pelukis. Kedua, ia adalah seorang aktivis pergerakan yang sejati. Ketiga ia adalah seorang guru yang punya perhatian terhadap anak-anak muda.
Kiprah Herry Dim: Aktivis Pergerakan Bandung
Suami dari penari Ine Arini ini adalah seorang pelukis dan seniman terkemuka dari Bandung, Indonesia. Ia lahir pada 19 Mei 1955 dan memiliki reputasi yang luas baik di dalam negeri maupun di kancah internasional. Herry dikenal karena karyanya yang mencakup berbagai bidang seni, termasuk seni lukis, teater, seni instalasi, dan grafis (Wikipedia ID) (BDG Connex).
Herry Dim memulai karir seninya dengan mendalami seni lukis dan terus mengembangkan berbagai teknik dan medium dalam karyanya. Karya-karyanya sering kali mengangkat tema-tema sosial dan lingkungan. Herry juga dikenal sebagai penemu “wayang motekar,” sebuah inovasi dalam seni wayang yang memperkenalkan warna dalam pertunjukan bayangan yang sebelumnya hanya menggunakan siluet hitam-putih (Wikipedia ID) (BDG Connex).
Herry dim pernah melakukan Pameran di Palais de Nations, Jenewa (2008). Ia menjadi pelukis Indonesia pertama yang mengadakan pameran tunggal di lokasi ini. Pameran tersebut menampilkan berbagai karyanya yang mengangkat tema-tema sosial dan lingkungan (Wikipedia ID) (BDG Connex). Kreasi lukisan-lukisan Herry Dim dikenal dengan warga khas dengan penggunaan warna yang berani dan teknik lukis yang unik. Karyanya sering kali mencerminkan kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia serta isu-isu sosial yang relevan.
Selain dikenal sebagai pelukis, Herry juga terlibat dalam seni instalasi yang mengeksplorasi berbagai medium dan ruang untuk menyampaikan pesan-pesan sosial dan lingkungan. Instalasi-instalasinya sering kali interaktif dan mengundang partisipasi publik. Di dalam kancah teater nama Herry Dim juga dikenal karena mahir menampilkan karya pertunjukan pertunjukan sebagai medium untuk menyampaikan cerita dan pesan kepada audiens yang lebih luas. Beberapa kiprah yang dilakoninya antara lain International Exhibition of Asian Artists di Bandung, Kuala Lumpur, dan Fukuoka, Biennale Yogyakarta dan Jakarta, Container 96: Art Across the Oceans di Kopenhagen, 6 Indonesian Painters di Darga & Lansberg Gallery, Paris.
Herry Dim Saat Mengajar Relawan di Odesa
Lebih jauh dari itu, Herry Dim juga memberikan dampak signifikan dalam dunia sastra dan budaya di Indonesia. Kiprahnya dalam dunia tulis-menulis setidaknya menonjol di majalah “Horison” dan surat kabar “Pikiran Rakyat”.
Kontribusi di Pikiran Rakyat
Herry Dim kerap menulis esai tentang seni dan kebudayaan di berbagai media, termasuk surat kabar “Pikiran Rakyat”. Melalui tulisan-tulisannya, ia berbagi pandangan dan pemikiran mengenai perkembangan seni, isu-isu sosial, dan lingkungan. Artikel-artikel ini tidak hanya memperkaya wawasan pembaca, tetapi juga mencerminkan komitmennya terhadap peningkatan apresiasi seni di masyarakat (Wikipedia ID).
Peran di Majalah Horison
Majalah “Horison” adalah salah satu publikasi sastra paling bergengsi di Indonesia, yang pertama kali terbit pada tahun 1966. Herry Dim turut berkontribusi dengan tulisan dan esainya di majalah ini, memperkuat posisinya sebagai salah satu seniman yang peduli terhadap perkembangan sastra dan budaya di Indonesia. “Horison” telah menjadi wadah penting bagi para sastrawan dan seniman Indonesia untuk mengekspresikan karya mereka (Wikipedia ID).
Aktivitas Sosial dan Lingkungan
Selain berkarya dalam seni, Herry Dim juga aktif dalam kegiatan sosial dan lingkungan. Ia terlibat dalam Yayasan Odesa Indonesia, di mana ia memimpin program revitalisasi sumber daya alam. Program ini berfokus pada agroforestri dan pemberdayaan petani di Bandung Utara. Melalui program ini, Herry dan timnya berusaha mengatasi erosi tanah dan meningkatkan kesejahteraan petani dengan menanam berbagai jenis pohon dan tanaman yang bermanfaat (ODESA INDONESIA) (ODESA INDONESIA).
Herry juga mendorong keterlibatan warga perkotaan dalam mendukung petani melalui solidaritas dan partisipasi aktif dalam kegiatan penanaman pohon. Ia percaya bahwa pendekatan berbasis komunitas dan kolaborasi antara berbagai pihak dapat memberikan solusi yang lebih efektif dan berkelanjutan (ODESA INDONESIA) (ODESA INDONESIA).
Di Yayasan Odesa Indonesia peran Herry Dim terbilang banyak meliputi urusan pendidikan untuk petani, relawan muda dan juga mobilisasi jaringan budaya untuk kerja-kerja Odesa Indonesia. Ia terbilang militan karena di usianya yang memasuki 70 tahun pun masih sering menyempatkan mengajar di desa-desa bahwa dilakukan di malam hari dengan menemui para petani di perbukitan Kawasan Bandung Utara.
Di Odesa Indonesia Herry Dim sering mengajar tentang mentalitas hidup untuk anak-anak muda agar memiliki kesadaran kemasyarakatan, kemanusiaan, kebangsaan dan kreativitas dalam pekerjaan. Pemikiran Herry Dim banyak berurusan dengan pentingnya orang harus memiliki tanggungjawab sosial, punya sikap welas asih pada rakyat jelata dan memiliki keberanian untuk membela kebenaran dan mengusahakan tegaknya keadilan sosial.
Sebagai sosok orangtua bagi anak-anak muda di Odesa, Herry Dim bisa menjadi jembatan bagi anak-anak masa kini untuk mengenal kehidupan orde baru dan reformasi. Ia juga bisa banyak berkisah tentang sosok-sosok penting di Indonesia yang pernah menjadi karib dekat seperti sosok WS. Rendra, Remy Sylado, Goenawan Mohamad dan lain sebagainya.
Pengaruh Herry Dim
Tentang sosok Herry Dim menurut Faiz Manshur, Ketua Odesa Indonesia, dikatakan bahwa dirinya dalah seorang yang kuat dalam nilai hidup. Ia bukan tipikal aktivis yang sektarian, melainkan seorang aktivis inklusif tetapi progresif dalam tindakan.
“Waktu saya mendirikan Odesa saya tidak perlu secara lisan mengajak Pak Herry Dim karena saya tahu dia tipikal orang substansialis. Saya lebih penting mengajaknya dengan cara memperlihatkan kerja karena saya tahu dia bukan orang yang suka bicara tanpa tindakan. Karena itu saya memilih berbicara tindakan. Setelah beliau tahu langsung bergabung di Odesa, ” terang Faiz Manshur mengisahkan bergabungnya Herry Dim di Yayasan Odesa.
Dalam pandangan Faiz Manshur, sosok Herry Dim itu kuat karena kepribadiannya bersandar pada gagasan dan percaya pada kolektivitas. Karena itu sekalipun sosok Herry Dim itu keras kepala dalam pemikiran tetapi lunak dalam persahabatan, bahkan sangat senang jika melihat anak-anak muda bisa menonjol melampaui dirinya.
“Jadi kalau berdebat sama Pak Herry Dim itu jangan mau kalah. Dia senang membuat gagasan dan layanilah dalam perdebatan supaya semakin tajam. Debat dalam dunia pergerakan itu adalah senjata. Nah cara mengasah senjatanya adalah dengan adu argumentasi. Debat dengan Pak Herry Dim itu bagus karena pada akhirnya akan memunculkan kinerja di lapangan. Itu kedewasaan dan keluhuran yang dimiliki seorang Herry Dim,” jelas Faiz.
Mengenal sosok Herry Dim menurut Faiz mesti juga mengenal sisi spiritualitas, bukan hanya soal dia seniman atau seorang aktivis. Faiz Manshur menganjurkan pengenalan sosok Herry Dim pada sebuah tulisan esainya yang berjudul Spiritualitas Herry Dim yang pernah dimuat Koran Gala Teras: Spiritualitas Herry Dim – Koran Gala (koran-gala.id)
Esai Tentang Sosok Herry Dim selengkapnya bisa dibaca sebagai berikut:
SPIRITUALITAS HERRY DIM
Oleh Faiz Manshur. Ketua Odesa Indonesia.
Budayawan dan pelukis kenamaan dari Bandung, Herry Dim (70 Tahun) beberapa hari lalu bilang, masyarakat Indonesia masih banyak yang hidup dalam kebiasaan bertahan hidup, belum mengembangkan kehidupan.
Sekadar bertahan hidup alias survival itu menurut Herry Dim cukup merisaukan karena level hidup masyarakat kita kemudian hanya sebatas urusan pemenuhan dasar, terutama urusan “yang penting makan” dan “yang penting berumah.”
Keadaan sosiologis ini menurut Herry Dim disebabkan oleh perilaku politisi yang tidak peka terhadap keadaan hidup rakyat. Padahal kita tahu modal untuk kesejahteraan rakyat itu ada, misalnya keadaan tanah yang subur dan kemajuan teknologi-informatika.
Banyak anggaran diserap oleh pemerintah tetapi tak memberi dampak yang tepat bagi rakyat kecil. Ironisnya, ketika masyarakat hidup megap-megap sebatas urusan dasar, para politisi hanya mengutamakan kepentingan untuk kesejahteraan diri dan klan politik mereka.
Herry Dim yang kini berusia 70 tahun itu sangat kaya pengetahuan sosial dan juga spiritual. Ilmu tentang kesejatian hidupnya sangat kokoh karena ia lama menyatu dengan keadaan faktual (kasunyatan) dari keringat dan air mata rakyat miskin.
Di Odesa Indonesia, tempat Herry Dim bergiat sosial, ia melihat hal yang merisaukan karena kemampuan pendidikan anak-anak bangsa mayoritas hanya berpendidikan Sekolah Dasar (SD) karena saat beranjak Sekolah Menengah Pertama (SMP) biasanya jebol di kelas dua.
Menurutnya, itu adalah indikasi ekonomi rakyat stagnan dan susah bangkit dari era 1970an. Akibatnya, kemampuan manusia dalam urusan pekerjaan juga rendah.
Selain itu juga terdapat kenyataan rakyat Indonesia yang hidupnya sebenarnya berstatus miskin karena tidak mampu mengonsumsi minimal Rp 40.000 perhari. Jumlah penduduk Indonesia yang miskin selevel itu jumlahnya sekitar 115 juta jiwa.
Selain alasan ekonomi dan pendidikan, Herry Dim menilai bahwa negara kita belum sungguh-sungguh menjadi agen perubahan sosial.
Pemerintah silih-berganti memainkan kebijakan tak nyata sungguh untuk pembangunan keadaban, kemanusiaan dan keadilan.
Kenyataan ini menjadi indikasi bahwa manusia Indonesia, terutama para elit politiknya mengalami krisis mental termasuk krisis spiritual. Sekalipun semua elit politik beragama, tetapi dengan sikap acuhnya terhadap penderitaan rakyat, membuktikan bahwa keagamaan para politisi kita itu kering dari ruhani dan jauh dari sikap welas asih alias empati.
Herry Dim yang puluhan tahun melayani fakir-miskin di perkotaan dan perdesaan Bandung itu sering bersedih karena keadaan hidup rakyat nyaris tanpa kepemimpinan.
Ia sering sedih karena menyaksikan kehidupan rakyat yang lapar di bilik-bilik rumahnya. Pendapatan Rp 20.000 sehari seringkali susah didapat sementara keluarga itu harus menyuapi 3 hingga 4 mulut.
“Daya hidup rakyat kita memang kuat”, kata Herry Dim. Tetapi kekuatan hidup yang hanya sebatas target pemenuhan kebutuhan dasar niscaya akan mengekalkan kesengsaraan karena menurutnya manusia harus berkembang dan memperoleh kemampuan mengembangkan akalbudi.
Atas dasar itu Herry Dim berpendapat bahwa penting saat ini kelompok kelas menengah yang ekonominya lumayan berlebih mesti sering menyatukan pandangan dan mengambil peran sosial. Kesediaan kaum berpendidikan seperti Dosen, Wirausahawan dan Politisi berdiskusi dan mengambil gerakan sosial menjadi penting.
Dengan cara itulah kaum kelas menengah akan paham keadaan hidup rakyat dan dari situ bisa mendapatkan jalan yang tepat untuk meningkatkan kapasitas rakyat dalam mengatasi masalah hidupnya.
Jika kaum terdidik menolong rakyat jelata, menurut Herry Dim, niscaya akan ada banyak terobosan bagi rakyat dan juga bagi peningkatan spiritual serta penambahan kebahagiaan hidup.[]
Penulis: Amin HS
Admin: Fadhil Azzam