Lagu Lestari Alamku

Lagu Gombloh Lestari Alamku dan Perubahan Iklim Saat Ini

Lagu gombloh lestari alamku sangat terkenal dari tahun 1980an hingga saat ini. Kata lestari alamku lebih terkenal dari judul lagunya “berita cuaca.”

Penting bagi kita saat ini terus mendengarkan lagu tersebut karena di dalamnya membawa pesan penting bagi Indonesia yang sedang dilanda krisis pangan dan krisis lingkungan.

Almarhum Gombloh adalah seorang musisi legendaris Indonesia kelahiran Jombang Jawa Timur. Lagu yang berjudul asli Berita Cuaca ini pertama kali liris pada tahun 1982 dalam sebuah album bertajuk Berita Cuaca, salah satu album dari grup musik Lemon Tree’s Anno ’69 di mana Gombloh pernah bernaung.

Pada tahun 1998, salah satu grup musik Rock yang sukses di Era ‘90an, Boomerang, mengaransemen ulang lagu ini. Mereka merilis lagu Berita Cuaca atau Lestari Alamku dalam sebuah album bertajuk Segitiga yang berisi daur ulang lagu-lagu lawas terpopuler.

Lagu Berita Cuaca atau Lestari Alamku ini berisi harapan rakyat jelata demi bumi yang lebih hijau.

Selain berisi tentang harapan rakyat jelata demi bumi yang lebih hijau, lagu ini juga berusaha mengekspos kerusakan-kerusakan alam, terutama yang disebabkan oleh deforestasi.

Harapan dan kenyataan tersebut tertuangkan dengan sangat baik dalam lirik lagu yang disajikan.

Memahami Berita Cuaca dari Lagu Gombloh

Lagu gombloh lestari alamku
Berita Cuaca- Single oleh Gombloh. Sumber: Spotify 

Lirik-lirik dalam “Lestari Alamku” adalah cerminan dari kecintaan mendalam terhadap alam dan keprihatinan yang tulus terhadap kondisi lingkungan kita saat ini.

Lagu ini dimulai dengan gambaran tentang alam yang lestari, desa yang asri, dan kehidupan yang damai, sebuah pengingat akan keindahan alam yang pernah kita nikmati.

“Lestari alamku, lestari desaku, dimana Tuhanku menitipkan aku,” adalah baris yang mengingatkan kita bahwa bumi ini adalah anugerah yang harus dijaga.

Namun, di tengah keindahan ini, lagu ini juga menyoroti perubahan drastis yang telah terjadi. Bukit-bukit yang telanjang, pohon-pohon yang tidak lagi bersemi, dan burung-burung yang enggan bernyanyi, semua ini adalah gambaran dari kerusakan lingkungan yang terjadi akibat ulah manusia.

“Mengapa tanahku rawan kini? Bukit-bukit pun telanjang berdiri,” adalah pertanyaan yang menggugah kesadaran kita akan pentingnya pelestarian alam.

Baca juga: Earth Song, Lagu dan Seruan untuk Menyelamatkan Bumi

Sentuhan Nostalgia dan Harapan

Bagian lirik yang menyebutkan dongeng ibu dan kisah tentang kejayaan Nusantara di masa lalu membawa kita pada nostalgia yang mendalam.

Ini bukan sekadar romantisme masa lalu, tetapi sebuah panggilan untuk belajar dari sejarah. “Kuingat ibuku dongengkan cerita, kisah tentang jaya Nusantara lama,” mengingatkan kita akan masa kejayaan yang penuh dengan harmoni antara manusia dan alam.

Cerita-cerita ini adalah warisan yang harus kita jaga dan pelihara, bukan hanya dalam ingatan tetapi juga dalam tindakan nyata.

Panggilan untuk Bersatu

Melalui bait-bait yang meresapkan harapan akan kedamaian dan kemakmuran, “Lestari Alamku” mengajak kita untuk bersatu sebagai satu bangsa dalam upaya melestarikan alam.

Pesan “Damai saudaraku, suburlah bumiku” bukanlah sekadar doa, tetapi panggilan untuk bertindak bersama.

Lagu ini membangun kesadaran akan pentingnya kolaborasi lintas generasi dan sektor untuk menjaga keberlanjutan alam dan memperbaiki kondisi yang sudah terlanjur tercemar.

Baca juga: Lagu Sunan Kalijaga untuk Ekologi dan Kepribadian

Inspirasi untuk Peduli Lingkungan
lagu gombloh lestari alamku
Generasi Z peduli Lingkungan

“Lestari Alamku” tidak hanya lagu, tetapi sebuah sumber inspirasi untuk bertindak. Dengan mengajak pendengar untuk merenung dan bertanya pada diri sendiri tentang peran masing-masing dalam menjaga lingkungan, lagu ini menciptakan ruang bagi refleksi pribadi dan aksi kolektif.

Pesan-pesan sosial yang terkandung di dalamnya mengingatkan bahwa masalah lingkungan adalah tanggung jawab bersama yang harus diatasi dengan tindakan konkret, mulai dari pengurangan sampah plastik hingga pelestarian hutan dan lahan.

​​Mengatasi Degradasi Lingkungan

Pesan tentang kehancuran alam yang disampaikan dalam lagu ini sangat relevan dengan kondisi lingkungan saat ini.

Deforestasi, polusi, perubahan iklim, dan hilangnya keanekaragaman hayati adalah isu-isu yang tidak bisa diabaikan.

Lirik-lirik seperti “Pohon dan rumput enggan bersemi kembali, burung-burung pun malu bernyanyi,” mencerminkan realitas pahit yang harus kita hadapi dan atasi. Lagu ini mengingatkan kita akan pentingnya tindakan nyata untuk mengatasi degradasi lingkungan.

Harapan dan Optimisme

Di balik pesan yang menggugah kesadaran, “Lestari Alamku” juga mengandung nada optimisme dan harapan.

Lagu ini mengajak kita untuk tidak berputus asa, tetapi untuk terus berdoa dan bertindak demi masa depan yang lebih baik. “Doa ‘kan kuucapkan hari demi hari, dan kapankah hati ini lapang diri?” adalah seruan untuk tidak menyerah dan terus berjuang demi kelestarian alam.

“Lestari Alamku” adalah lebih dari sekadar lagu; ini adalah sumber inspirasi dan panggilan untuk bertindak dalam menjaga lingkungan hidup.

Dengan lirik yang penuh makna dan melodi yang menyentuh, lagu ini mengingatkan kita akan keindahan alam yang perlu dijaga dan kerusakan yang harus diatasi.

Pesan-pesan sosial yang terkandung di dalamnya mengajak kita semua untuk bersatu dalam upaya pelestarian alam, belajar dari masa lalu, dan bertindak untuk masa depan yang lebih baik.

Melalui lagu ini, mari kita ingat bahwa setiap tindakan kecil memiliki dampak besar. Mari kita jaga dan lestarikan alam kita, karena bumi ini adalah rumah kita bersama.

“Lestari Alamku” adalah panggilan untuk kita semua, untuk mencintai, menjaga, dan merawat alam demi kesejahteraan bersama dan generasi yang akan datang.

Dengan bersatu dan bertindak sekarang, kita bisa memastikan bahwa keindahan alam yang kita nikmati hari ini tetap ada untuk dinikmati oleh generasi mendatang.

Baca juga: Folklor: Pengertian, Manfaat dan Tantangan di Era Digital

Penulis: Dian Anggraeni

Admin: Alma Maulida

Keranjang Belanja