Dasar-Dasar Pendampingan Odesa Indonesia

Oleh FAIZ MANSHUR. Ketua Yayasan Odesa Indonesia

Menurunkan visi besar membangun manusia berkualitas (virtue) melalui saluran strategi pendampingan.

Pemberdayaan selama ini dipisahkan dari pendampingan. Odesa-Indonesia punya pandangan khusus dalam konteks strategis bahwa setiap gerak pemberdayaan adalah pendampingan. Kami berprinsip, tak ada pemberdayaan tanpa pendampingan karena memisahkan dua hal tersebut berarti kinerja pemberdayaan turun derajatnya hanya sebatas penyuluhan.

Pemberdayaan adalah misi. Sedangkan pendampingan adalah strategi; dua kesatuan yang tidak bisa dipisahkan –sebagai prasyarat menuju keberhasilan. Di bawah strategi terdapat praktik-emansipasi yang dalam proses kerjanya akan berbeda satu sama lain karena fakta-fakta lapangan yang berbeda. Praktik-emansipasi itulah yang harus dikawal melalui partisipasi-kebersamaan antara pendamping dengan pihak yang didampingi.

Model Pendampingan
Sasaran: A) Individu, B) Kelompok. Pilihan sektor individu ini punya kelebihan dan kekurangan. Dengan mengurus individu pada satu sisi lebih mudah karena memiliki fokus perhatian, namun dari sisi efektivitas dari sisi kuantitatif mengorbankan perhatian terhadap yang lain. Pilihan sasaran ini terkadang harus dipilih sebagai prinsip pintu masuk untuk gerakan pada massa awal perintisan pengorganisasian terhadap kolektif. Dengan meletakkan satu individu sebagai contoh, nantinya proses pengorganisasian terhadap yang lain akan lebih mudah karena kita telah mampu memperlihatkan contoh. Contoh adalah penting karena hampir semua mobilisasi kegiatan yang berhasil menyedot perhatian masyarakat sangat bergantung contoh konkret, bukan sekadar wacana.

Sementara untuk pilihan sektor pendampingan kolektif pada satu sisi memiliki keunggulan karena dalam setiap tindakan bisa langsung menyentuh banyak orang, tetapi pada sisi lain membutuhkan syarat dasar yang lebih sistematis, membutuhkan banyak keterlibatan pendamping dan membutuhkan kemampuan leadership karena akan berhadapan akumulasi problem inidividu yang harus diselesaikan dalam kerangka makro.

Pilihan individu atau kelompok selalu didasarkan dari penilian berbasis fakta-fakta dari lapangan saat proses awal. Biasanya pilihan individu diterapkan karena dalam sebuah masyarakat (RT/RW/Kampung) pilihan usaha ekonominya tidak seragam. Sementara pilihan pendampingan kelompok lebih didasarkan karena keseragaman jenis usaha. Bisa jadi dalam sebuah lokasi (RT/RW/Kampung) tersebut terdapat dua gerakan sekaligus.

Strategi:
1) Pengetahuan komprehensif (hulu)
2) proses kebersamaan
3) menghasilkan pengalaman “mandiri” (hilir).

Prinsip pendampingan dalam usaha mewujudkan kemandirian ekonomi di kalangan kelompok kurang berdaya (sangat miskin, miskin, rentan miskin, tertinggal dsb) membutuhkan langkah-langkah yang lengkap dari hulu ke hilir. Satu individu memiliki hulu yang berbeda karena tingkat pengetahuan, pengalaman dan cara pandang hidup. Model edukasinya pun berbeda-beda. Keputusan langkah-langkah ini harus bersandar pada pengetahuan yang membumi tentang individu atau kelompok yang akan didampingi. Hal ini juga berlaku dalam proses kebersamaan selama masa pendampingan dari hulu sampai hilir.




Kebutuhan Pendamping

1) Leadership sosial

Masalah ekonomi adalah masalah budaya karena di dalamnya tak akan lepas dari tiga komponen budaya (pemikiran, mentalitas, nilai). Kepemimpinan sosial akan menjadi strategi efektif untuk menyelesaikan persoalan makronya. Beberapa hal tentang kepemimpinan sosial dalam ruang lingkup pemberdayaan ini antaralain membutuhkan syarat dasar pemahaman dan keberanian menyelesaikan problem kultural yang ada di masyarakat yang didampingi.

Visi menjadi penting karena keberhasilan ekonomi rumah tangga petani bukan tujuan utama (Odesa-Indonesia), melainkan hanya bagian mendasar untuk sebuah tujuan pencapaian keadaban seperti peningkatan terwujudnya 1) kualitas berpikir yang lebih baik (partisipasi pendidikan formal, kesadaran menyukai pengetahuan-pengetahuan informal), 2) terwujudnya kualitas mental yang lebih baik (dari individualis menjadi pribadi yang mengutamakan kepentingan umum, etos kerja yang tangguh, inovatif dll), 3) terwujudnya cara pandang hidup yang bernilai tinggi (seperti memiliki cita-cita yang bagus dalam hidup, mampu memandang kehidupan secara lebih beradab, lebih manusiawi, dll).

Di sinilah pentingnya leadership dihadirkan untuk menjawab problem-problem kualitas hidup masyarakat. Tugas-tugasnya antara lain, 1) menyerap aspirasi kehidupan secara umum dan menetapkan gerak partisipasi sosial. 2) mendampingi masyarakat melalui jalur tokoh lokal setempat, 3) berada di depan dalam mengatasi persoalan yang terkait dengan urusan eksternal seperti agama, politik, dan lain sebagainya. Tanggungjawab kinerjanya minimal 2 tahun atau sesuai kebutuhan selanjutnya.


2) Leadership Ekonomi

Di bawah leadership sosial yang bekerja dalam lapangan kultural tersebut, terdapat kebutuhan leadership ekonomi yang akan menangani bidang kerja praktis dalam urusan ekonomi. Leadership ekonomi ini memiliki syarat pemahaman yang mendalam tentang ekonomi dan ruang lingkup problem kultural yang menjadi tugas leadership sosial. Leadership ekonomi lebih memfokuskan kerja pendampingan untuk menyelesaikan masalah-masalah ekonomi sesuai dengan bidang garapan yang sudah ditetapkan. Ruang kerjanya lebih fokus mensukseskan perekonomian dalam rentang target 1 atau lebih sesuai kebutuhan.

3) Leadership praktisi

Untuk mengawal keberhasilan ekonomi dalam ruang lingkup kultural tersebut, leadership ekonomi membutuhkan tenaga-tenaga untuk mememimpin sasaran pendampingan dengan sumberdaya manusia yang lebih spesifik, antara lain, 1) Teknokrat, 2) Trainer, 3) Penggalang dana, 4) Peneliti. Empat bidang ini sangat vital untuk mewujudkan keberhasilan dalam proses.

1) Teknokrat dibutuhkan untuk menjawab kebutuhan-kebutuhan praktis pengembangan modernisasi teknologi tepat guna. Teknokrat yang dibutuhkan antara lain ahli teknologi pengairan, energi, listrik, mesin, pengemasan, sarana rumah tangga, IT, pemetaan, dll.

2) Trainer dibutuhkan untuk mengawal tugas-tugas pendampingan kerja lapangan. Bidang garapannya sesuai dengan kebutuhan antara lain, akunting, jurnalis/penulis, pegiat literasi, pertanian, produksi, marketing, branding, guru ngaji, guru bahasa, ahli gambar, dll.

3) Penggalang dana dibutuhkan sebagai pemenuhan kebutuhan kinerja pendampingan seperti pembiayaan kerja relawan, belanja perangkat kerja, amal-sosial, dll.

4) Peneliti dibutuhkan sebagai bagian penting dalam kinerja pendampingan jangka panjang. Ada dua manfaat utama, Kertama bekerja di awal berjalan bersama dalam proses sehingga kerja pendampingan mendapatkan masukan-masukan penting yang bisa digunakan para relawan, Kedua, bisa memanfaatkan hasil proses sebagai objek penelitian yang nantinya akan digunakan untuk publikasi.

Setiap Gerak Odesa Indonesia senantiasa bersandar pada prinsip “Membumi dalam Kebersamaan”. Kita fokuskan orientasi pada “bumi”, pada kenyataan untuk melihat kelemahan dan kelebihan kemudian diarahkan pada usaha perubahan yang lebih baik.

BACAStrategi Pendampingan Keluarga Petani
BACA Pendampingan yang Membumi
BACA Sekolahnya Para Aktivis Pergerakan

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Keranjang Belanja