Dampak Perubahan Iklim memang mengena setiap lapisan masyarakat. Namun, tahukah kamu kalau para petani adalah kelompok yang paling berat mendapat dampak buruknya?
Pada kalangan petani, dampak perubahan iklim itu bisa menyebabkan gagal panen. Bahkan, kualitas dan kuantitas hasil panen pun bisa menurun. Salahsatu kasus bisa kita pelajari dari Yayasan Odesa Indonesia yang mendampingi petani sejak tahun 2016 silam. Selain memantau selama masa pendampingan, Yayasan Odesa Indonesia juga mengumpulkan data kualitatif dari wawancara dengan ratusan petani di Kawasan Bandung Utara.

Di sana, sepuluh tahun silam, para petani masih bisa panen 4-5x dalam setahun. Akibat perubahan iklim, kini mereka hanya panen 2x setahun. Tak hanya itu, hasil panen 2x dalam satu tahun itu pun biasanya hanya menguntungkan pada satu kali panen, sementara satu kali panennya gagal.
Apa Saja Dampak Perubahan Iklim Bagi Petani?
Dampak dari situasi ini memunculkan penderitaan di kalangan petani. Faiz Manshur, Ketua Odesa Indonesia mengatakan, sebagian petani harus menambal kehidupannya dengan kerja serabutan di luar pertanian. Tekanan hutang pun sering lebih kuat. Lebih parahnya lagi, banyak yang kesulitan mencari kerja, hingga terpaksa menganggur.
Lalu, langkah apa yang harus dilakukan?
Baca juga:
3 Alasan Membantu Petani Menghadapi Dampak Perubahan Iklim

1. Ribuan Keluarga Petani Mengalami Kemiskinan
Banyak petani yang terbelakang dalam usaha ekonomi dari bumi pertaniannya. Dari hasil pengamatan Odesa, banyak yang bermasalah dalam mengembangkan usaha pertanian, karena tidak bisa menjual produk mereka dengan baik di pasar modern.
Tak hanya itu, mereka malah menjadi sebagai pembeli barang-barang pabrikan seperti pupuk kimia dan bibit tanaman. Ditambah lagi, mereka tetap harus mengeluarkan uang untuk kebutuhan sehari-hari seperti makanan dan perlengkapan rumah tangga.
Situasi ini membuat kondisi ekonomi mereka tetap sulit. Karena bagaimana mungkin daya beli mereka meningkat jika mereka terus-menerus hanya menjadi pembeli, bukan penjual?
2. Risiko Gagal Panen Tinggi Akibat Monokultur
Selama ini, petani kita menanam dengan sistem monokultur (menanam hanya 1 jenis tanaman). Mereka lebih banyak menanam tanaman pendek. Model pertanian yang salah ini menyebabkan ladang kering dan lebih berisiko gagal panen.
Seharusnya, para petani ini juga mulai menanam tanaman besar seperti nangka, sirsak, pepaya, dan masih banyak lagi. Diversifikasi jenis tanaman. Namun lagi-lagi, mereka terkendala untuk membeli bibit karena harganya yang mahal & tempat membelinya cukup jauh.
Ditambah lagi, dari hasil obrolan langsung dengan petani Cimenyan, pengetahuan mereka terbatas tentang manajemen keuangan & ekonomi.
3. Pertanian Terancam Akibat Erosi
Ladang monokultur yang kebanyakan di perbukitan tak hanya menyulitkan kerja, melainkan juga sulit menghasilkan tanaman panen dari tanaman pendek sayuran yang ditanam secara monokultur.
Ketika siklus musim tidak stabil air pun mengalami penyusutan. Akibatnya banyak lahan kering kerontang. Saat musim kemarau menghimpun debu, saat musim hujan muncul menjadi lumpur. Akibat kurangnya tanaman besar dengan akar kuat inilah erosi tidak ada kendali sehingga menyebabkan banjir lumpur.
Melansir dari World Resources Institute (WRI) Indonesia, ada beberapa alasan kenapa erosi ini jadi masalah besar. Pertama, erosi mengurangi kesuburan tanah, yang berpengaruh ke hasil panen. Kedua, erosi yang membawa tanah ini dapat menyumbat aliran sungai & menyebabkan banjir.
Laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyebutkan bahwa jika tidak ada praktik konservasi tanah, erosi bisa terjadi 100x lebih cepat daripada pembentukan tanah itu sendiri. Padahal, erosi membuat tanah jadi sulit ditanami & produksi menurun.
5 Langkah yang Bisa Dilakukan

1. Menanam Aneka Ragam Pohon
Ketua Odesa Indonesia Faiz Manshur berpendapat bahwa seharusnya masyarakat non petani harus membantu petani karena bagaimana pun rakyat Indonesia mayoritas berekonomi di sektor pertanian.
Salahsatu langkah yang tepat adalah mendorong petani agar menanam pohon secara monokultur melimputi tanaman berukuran kecil, menengah dan besar. Dengan cara itu, para petani bisa mendapatkan hasil panen yang beragam meliputi rentang harian, bulanan dan tahunan. Dengan kita banyak membantu memberikan bibit buah-buahan misalnya, para petani akan produktif sepanjang waktu.
Hingga saat ini, masih banyak petani dengan mindset “menebang pohon besar untuk keperluan menanam tanaman pendek seperti sayuran. Alasannya biasanya karena ladang pertanian dengan tanaman pendek membutuhkan sinar matahari.
Padahal dengan hilangnya pohon besar ini fungsi ekologi pertanian, terutama untuk meminimalisir terpaan angin besar dan mencegah erosi menjadi tidak berfungsi. Pertanian apapun membutuhkan konsep polikultur di mana pohon jenis ketinggian menengah dan tinggi dibutuhkan mendampingi jenis tanaman pendek seperti sayuran.
Dengan adanya variasi tanaman dari pohon besar -yang berakar dalam dan dangkal- struktur tanah jadi membaik dan erosi pun berkurang. Tanpa keberagaman tumbuhan, ladang akan gersang dan sulit menumbuhkan tanaman. Tanah menjadi menggumpal dan tidak gembur. Mikroorganisme baik pun banyak yang mati.
2. Memberi Kompos pada Tanah Secara Massal
Kebanyakan kompos dan pupuk saat ini digunakan untuk orang-orang yang hobi berkebun di kota—bukan di ladang pertanian. Padahal, dengan kondisi tanah yang sudah kering dan terdampak erosi, harus ada aksi agar tanah kembali sehat.
Pengomposan tanah akan membuat tanaman lebih cepat bertumbuh dan memperkuat struktur tanah. Untuk bantu menggemburkan tanah, kita juga harus membiarkan ternak tinggal dan mikroorganisme berkembang.
3. Mendorong Aksi Pertanian Positif
Dengan membuat terasering atau tanah yang berundak-undak, proses irigasi akan lebih mudah dan erosi bisa berkurang minim. Hal lain yang bisa dilakukan adalah melakukan praktik tumpang sari—menanam beberapa jenis tanaman penghasil pangan pada ladang yang sama.
4. Memanfaatkan Perkembangan Teknologi
Kemajuan teknologi dapat membantu petani beradaptasi dengan perubahan iklim. Dengan teknik pertanian presisi—seperti traktor dengan GPS—akan mengoptimalkan penggunaan sumber daya seperti air dan pupuk.
Dengan data dari prakiraan cuaca dan analisis tanah, petani dapat mengambil keputusan yang tepat: Kapan harus menanam, mengairi dan memanen. Hal ini tentu dapat mengurangi pemborosan dan meningkatkan efisiensi.
5. Mengatur Manajemen Irigasi Agar Efisien
Untuk mengatasi sumber daya air langka dan tak terprediksi, petani harus memanfaatkan air yang tersedia sebaik mungkin.
Beberapa hal yang bisa dilakukan adalah menerapkan sistem irigasi tetes dan menampung air hujan. Dengan sistem ini, petani bisa mengelola sumber daya air lebih efisien dan memiliki ‘tabungan’ air di musim kemarau.
Yuk, Waktunya Bergerak Membantu Petani Indonesia
Itulah beberapa alasan dan hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi perubahan iklim dan erosi pada pertanian.
Mau membantu secara langsung tapi tidak punya waktu dan tenaga? Kamu bisa ikut berkontribusi dengan Berdonasi Bibit Buah-Buahan Untuk Petani
Saat ini, kami aktif menggerakan petani untuk menanam berbagai tanaman tinggi manfaat, mulai dari kelor, pepaya, mangga, durian, nangka, sirsak, manggis, cengkih, hanjeli, sorgum, dan masih banyak lagi.
Kamu pun bisa mendukung para petani dengan beli hasil panen mereka seperti teh daun kelor. Yuk, waktunya mulai bergerak membantu sesama. Sekecil apa pun aksimu, akan berdampak besar bagi teman-teman petani kita, lho.
Penulis: Nadya Elianna
Admin: Fadhil Azzam
Siaran Video Perubahan Iklim Odesa Indonesia
Basuki Suhardiman Tentang Perubahan Iklim dan Kemiskinan Petani