Potensi Pertanian di Indonesia

Perubahan Iklim


Oleh FAIZ MANSHUR
Ketua Odesa Indonesia
IG Faiz Manshur
IG Odesa Indonesia

Perubahan Iklim dan Pentingnya Aksi Petani

Seperti tahun-tahun sebelumnya, setiap akhir musim kemarau dan awal musim penghujan, saya dan teman-teman Odesa mewajibkan diri untuk menemui sebanyak mungkin petani di perbukitan Kawasan Bandung Utara. Ada yang penting dilakukan di sana karena masalah ekologi yang rusak meluas mencapai puluhan ribu hektar.

Relevansinya tentu saja pada perubahan iklim. Menolong petani sebagai korban perubahan iklim juga menjadi bagian penting di dalam kemiskinan itu juga terhubung masalah kerusakan lingkungan. Dan kita pun bisa berharap perbaikan atas perubahan iklim dari petani karena mereka saban hari berurusan dengan tanaman dan tanah.

Seperti biasa, pada akhir bulan Agustus hingga pertengahan Oktober, ladang-ladang itu menampakkan kekeringan yang akut. Saat-saat kemarau itu hanya sedikit petani yang biasa ditemui karena sebagian menganggur atau bekerja serabutan di lain tempat.

Karena itu jika pertemuan dengan petani kurang banyak, saya menyempatkan mendatangi mereka di rumahnya. Sedangkan pada awal musim penghujan bertemu petani dalam jumlah banyak itu sangat mudah karena mereka sedang menanam bibit-bibit sayuran.

Apa yang kami lakukan di sana?

Di masa perubahan iklim pekerjaan petani semakin bera
Di masa perubahan iklim pekerjaan petani semakin berat

Saya membawa misi kerja Yayasan Odesa Indonesia untuk bekerja memperbaiki pertanian bersama petani. Sejak tahun 2016 silam kami punya program mendorong petani menanam pohon di ladang-ladang perbukitan, terutama pada lahan-lahan yang dimiliki petani. Sebab, dari ribuan hektar di kecamatan Cimenyan yang digarap petani itu tidak semuanya milik petani. Bahkan mayoritas sudah dimilik oleh orang kota yang menyewakan tanahnya kepada para buruh tani.

Siara Metro TV: Cara Odesa Mencegah Erosi di Bandung Utara

Kami mencari celah agar target menggerakkan para petani itu menanam sebanyak mungkin pohon besar. Dan ternyata dari jumlah kecil kepemilikan tanah itu pun juga tergolong banyak untuk ukuran alokasi bibit. Belum lagi kalau kita hitung jumlah lahan kosong (publik), terutama pinggiran jalan yang tanpa perlu izin siapapun bisa kita tanami.

Berdonasi Berderma Bibit Merespons Perubahan Iklim. Klik https://kitabisa.com/campaign/donasihijau
Berdonasi Berderma Bibit Merespons Perubahan Iklim. Klik https://kitabisa.com/campaign/donasihijau

Menyebarkan Pohon Karena Tiga Persoalan

Kami merasa perlu untuk mendorong petani menanam pohon-pohon tinggi, terutama beragam jenis buah-buahan, termasuk memam kelor, hanjeli dan sorgum. Mengapa itu penting?

Pertama, ladang-ladang kering-kerontang itu akibat model pertanian yang salah (monokultur). Jadi bukan soal sayuran yang menjadi pokok masalah, melainkan mengapa hanya menanam sayuran pendek. Sementara ada tanaman penghasil sayuran seperti kelor, juga ada penghasil buah dan sayuran sekaligus seperti pepaya.

Lebih jauh lagi kita bisa bertanya, mengapa lahan kering yang mengakibatkan kesengsaraan petani itu terus dibiarkan puluhan tahun dan tidak ada usaha menanam pohon besar seperti buah nangka, sirsak, sukun, manggis, durian, hingga pete dan jengkol?

Kerusakan Alam Bandung Utara memberi kontribusi besar bagi panasnya bumi. Kajian perubahan iklim harus memperhatikan lingkungan pertanian.
Kerusakan Alam Bandung Utara memberi kontribusi besar bagi panasnya bumi. Kajian perubahan iklim harus memperhatikan lingkungan pertanian.

Kedua, ribuan keluarga petani (hakikatnya adalah buruh tani) itu mengalami kemiskinan yang akut. Banyak sendi-sendi ekonomi lokal yang telah rusak sehingga petani tidak bisa mengembangkan perekonomiannya, sementara mereka juga termarjinal dari pembangunan. Kami menemukan fakta luas,- dari hasil pengamatan selama 5 tahun- banyak orang semakin miskin dan susah mengembangkan hari depan yang lebih baik.

Modernisasi tidak menarik produk pertanian mereka ke market modern, melainkan justru menjadikan petani semakin kekal menjadi konsumen. Mereka tak punya kuasa atas produknya, dan harus menjadi konsumen produk pabrik terutama pada pupuk kimia dan benih. Juga mereka harus menjadi konsumen total pada hampir semua kebutuhan rumah tangga karena apa-apa harus beli. Jika daya produksi lemah bagaimana mungkin daya belinya meningkat? Dari sudut pandang ekonomi paling dasar pun urusan ini gamblang menjelaskan problem hidup petani.

Erosi Melanda Bandung Utara Karena Pemerintah Tak Paham Kebutuhan Petani

Ketiga, ternyata kekeringan lahan yang memiskinkan petani itu juga menyebabkan lumpur dari ladang perbukitan Cimenyan itu turun ke perkotaan Bandung. Banyak orang tidak terlalu serius memikirkan ini, terutama pemerintah yang bertanggungjawab, yakni Bupati Bandung dan Gubernur juga tidak banyak yang mengerti secara sungguh-sungguh. Kalau mengerti hanya sekilas dan tidak mau mendalami persoalan ini sehingga mereka mencari jalan keluar. Akibatnya, huma yang sejak dulu minim tanaman besar itu menjadi pertanian monokultur sayuran. Akibat pertanian monokultur inilah muncul dua kerusakan besar, yakni kerusakan ekonomi petani dan banjir lumpur merajalela setiap tahun.

Video Padang Pasir Bandung Utara

Awal November 2021 ini saya kembali menyusuri ke sungai kecil. Letaknya 3 km sebelah utara Terminal Cicaheum. Di sana saya melihat dari dekat air kali itu mengalir dengan begitu pelan. Mengapa pelan? Karena air menanggung beban lumpur. Dan sumber-sumber erosi itu kami ketahui asalnya, yakni dari pertanian daerah Cibanteng, Sentak Dulang, hingga kampung Cikawari yang berada di perbatasan Hutan Arcamanik.

Perubahan Iklim Perubahan Nasib

Sungguh malang malang nasib para petani itu. Dari atas bumi mereka bekerja dengan perubahan iklim yang luar biasa berat. Aktivitas pertanian mereka terus menurun dari kemampuan memanen sayuran 4-5x pada 10 tahun silam sekarang hanya dua kali, yakni panen awal desember dan akhir maret. Mereka kemudian banyak yang menganggur antara 5-6 bulan. Sebagian mendapatkan pekerjaan buruh bangunan, tetapi sebagian belepotan mencari nafkah karena  keadaan dirinya sebagai semi pengangguran.

Lingkungan pertanian membutuhkan anekaragam hayati agar perubahan iklim teratasi
Lingkungan pertanian membutuhkan anekaragam hayati agar perubahan iklim teratasi

Ribuan petani yang kami temui telah kami serap pola pikir, perilaku dan orientasi hidupnya. Pada urusan menanam ternyata sederhana. Bahwa mereka bukannya tidak mau menanam pohon tinggi atau beragam jenis tanaman lain ke arah anekeragam hayati. Tetapi mereka lemah karena tidak memiliki pembibitan, tidak bisa belanja karena bibit itu mahal.

Mahal karena jauh dan wawasan mereka tentang pertanian di luar urusan sayuran begitu tertutup. Dan yang terpenting kita harus sadar bahwa berekonomi dalam bidang apapun membutuhkan ilmu pengetahuan yang laras dengan perubahan kekinian. Petani jauh dari ilmu pengetahuan. Kitalah yang perlu memasuki kehidupan mereka, menjadi teman para petani dan memberikan solusi-solusi yang realistis dan bisa dijalankan setahap demi setahap.

Erosi Melanda Bandung Utara Karena Pemerintah

Kami di Yayasan Odesa Indonesia merasa perlu menciptakan hari baru untuk pertanian. Menggarap pertanian terutama para petani ini penting. Itu artinya urusan manusia sebagai aktor perbaikan lingkungan. Telah banyak bukti praktik pertanian yang merusak itu bukan saja dilakukan oleh kalangan farmer (pertanian industri), melainkan juga dilakukan oleh para petani kecil dan itu jumlahnya sangat banyak. Tetapi ada banyak fakta pula ketiga petani bekerja dengan kaidah agroekologi, perbaikan lingkungan juga terjadi, tak terkecuali pendapatan ekonomi para petani juga lebih baik.

Merespons Perubahan Iklim, saatnya kita gerakkan petani lebih banyak menanam pohon. Mereka bisa merawat lebih baik dari kita.Donasi Bibit untuk Para Petani Agar Menanam Pohon Buah-Buahan https://kitabisa.com/campaign/donasihijau
Merespons Perubahan Iklim, saatnya kita gerakkan petani lebih banyak menanam pohon. Mereka bisa merawat lebih baik dari kita.Donasi Bibit untuk Para Petani Agar Menanam Pohon Buah-Buahan DONASI HIJAU KLIK DI SINI

Para petani adalah sahabat baik kita yang bisa menjadi aktor perubahan sosial dengan menanam pohon. Ini akan nyata terjadi manakala kita telaten mendekati mereka dan mendengar beragam keinginan, harapan dan kita juga memberi masukan-masukan. Mereka senang dengan ide baru, tetapi sekali lagi, harus tepat dalam pembicaraan. Jangan sembarangan mengirim bibit seperti yang dilakukan pemerintah dengan bibit penghasil kayu semata, sementara komoditi kayu itu sudah hancur.

Ingat! petani juga butuh keberlangsungan hidup. Teori keberlangsungan itu maksudnya baik  kepentingan jangka pendek, menengah maupun jangka panjang bisa dijalankan secara seimbang. Kalau petani hanya diberi bibit tanaman kayu, selain pasti ditebang, juga tidak praktis memenuhi kebutuhan hidupnya yang mendesak.

Karena itu biarkan mereka tetap menanam sayur, tetapi susupilah tanaman-tanaman lain yang bisa memanen jangka menengah seperti jeruk lemon, kelor, pepaya. Juga diberikan bibit-bibit penghasil gizi yakni buah-buahan seperti nangka, sirsak, manggis, kelengkeng, sukun dll, agar erosi terjaga dan kelak para petani akan mendapatkan kemewahan menanen buah dan keluarganya lebih bergizi.

Para petani yang kami temui itu benar-benar mau menanam dan merawat bibit-bibit yang pernah kita bagikan. Itu nyata kami lihat hasilnya. Ratusan ribu pohon kopi telah luas menyebar dan masih terus kekurangan. Pohon jeruk lemon sudah banyak yang panen. Pohon nangka, sukun, sirsak, dll yang pernah kita bagikan 4 tahun lalu sudah membesar dan tetap hidup.

Kelor menjadi bagian penting dalam kehidupan petani karena memberi gizi, mencegah erosi dan meningkatkan ekonomi
Kelor menjadi bagian penting dalam kehidupan petani karena memberi gizi, mencegah erosi dan meningkatkan ekonomi

Kelor untuk Gizi dan Cegah Erosi

Kemudian yang menyenangkan adalah para petani menggemari kelor. Botani Bernama Moringa Oleifera ini sekarang menjadi tanaman primadona di Kecamatan Cimenyan juga menyebar di perkotaan Bandung dan daerah lain. Para petani menunggu kehadiran bibit kelor. Kemampuan kami menyediakan bibit kelor setiap tahun hanya mencapai antara 10 hingga 14ribu. Sementara kebutuhannya bisa 10 kali lipat dari itu.

Gerakan Kebudayaan Dengan Kelor

Ini sesuatu yang berbeda jauh dari tahun 2017 lalu di mana para petani merasa aneh kami mendorong mereka memakan kelor. Sekarang mereka sudah mengerti bahwa kelor dibutuhkan untuk mereka. Kesadaran atas praktik dari gerakan sosial ini telah terlaksana karena para petani itu merasa butuh kelor sebagai obat.

Bagi saya ini tidak jadi soal sekalipun kami mengatakan bahwa kelor bukan obat, melainkan sayuran bergizi. Sebab kenyataan yang diterima petani adalah banyak orang sembuh sakit karena makan sayur kelor atau meminum teh kelor.

Kelor akan menjadi bagian penting dalam perubahan sosial dan perbaikan lingkungan di Kawasan Bandung Utara yang lahannya mengalami pesakitan karena selain membawa keberkahan berupa gizi bagi petani miskin, juga akan menjadi pohon yang berperan besar mencegah erosi. Dan moga-moga juga semakin banyak yang menanam dan mendapatkan hasil dari penjualan.

Pepaya untuk Perbaikan Gizi

Kalau menyerukan menanam kelor yang dulunya tidak popular menjadi popular itu ternyata bisa dilakukan. Bagaimana menyerukan tanaman popular agar ditanam massal?

Kelor kita tanam massal karena tujuan gizi dan mencegah erosi. Karena itu tidak mesti kelor menjadi satu-satunya tanaman yang digarap. Pepaya yang sangat populer pun tidak ditanam. Karena itu menjadi sebuah tantangan berbeda yang mesti dilakukan Odesa dalam memperbaiki gizi dan mencegah erosi, juga peningkatan ekonomi.

Pepaya mudah ditanam, gizi buah dan daunnya sangat baik tetapi diabaikan masyarakat. Petani kurang gizi tetapi tidak pernah makan buah. Harus digerakkan!
Pepaya mudah ditanam, gizi buah dan daunnya sangat baik tetapi diabaikan masyarakat. Petani kurang gizi tetapi tidak pernah makan buah. Harus digerakkan!

Tahun ini Odesa akan menambah populasi tanaman pepaya. Hasil ujicoba dua tahun terakhir ini pepaya California maupun hawai cukup baik. Di Kecamatan Cimenyan jarang orang menanam pepaya. Ini juga merisaukan kami karena pepaya mudah ditanam tetapi mengapa orang tidak menanamnya.

Alasannya karena tidak ada bibitnya, tetapi tahu tidak ada juga tidak usaha. Setelah kami usahakan dan kami menanam ternyata pepaya di kebun praktik Odesa itu bagus-bagus hasilnya. Sayangnya kebanyakan panennya tidak berhasil sampai ke rumah petani Odesa yang menanam karena ternyata pepaya-nya laris diminta (tanpa bilang) oleh petani yang lewat.

Jadi oke, kita menanam pepaya, dan tentu akan lebih mudah karena tidak usah mengajari cara makan seperti pada kelor yang harus menggelar kegiatan belajar memasak.[]

Jika Anda Ingin Berpartisipasi Melakukan Perubahan Sosial Bersama Petani Bisa Memilih Donasi di sini

Komentar ditutup.

Keranjang Belanja