Cara Memperbaiki Kehidupan Keluarga Petani

OLEH FAIZ MANSHUR. Ketua Odesa Indonesia.

Apa yang harus kita lakukan untuk memperbaiki keluarga petani?
Golongan petani Indonesia mayoritas adalah petani kecil. Disebut peasant ( bukan farmer). Jika kita membaca data-data kelompok miskin di Indonesia dari Sensus Nasional atau Data Badan Pusat Statistik (BPS) mereka itulah yang disebut golongan pra-sejahtera (sangat miskin) dan sejahtera I (Miskin). Kepemilikan tanah kecil ilmu pengetahuan terbatas sehingga pesimis berekonomi. Pendidikan rendah sehingga hidup dalam perasaan sebagai orang kerdil. Hidup kurang bersih dan tidak tertib sehingga tidak nyaman menjalani aktualisasi keseharian di rumah maupun di ladang.

Ada fakta selain keadaan hidupnya dalam situasi budaya miskin, mereka juga megalami kemiskinan budaya (pikir,etos dan etika). Ini bukan soal menjelek-jelekkan, melainkan fakta yang harus dibuka kemudian kita bereskan dengan strategi pendampingan. Fakta ini juga bukan hanya terjadi di Indonesia, melainkan di berbagai negara dunia ketiga.

Kita harus mengambil peran aktif untuk mengatasi masalah ini karena di sinilah penyakit bangsa paling berat untuk diatasi. Berikut ini beberapa catatan penting yang bersumber dari kegiatan pendampingan pertanian Yayasan Odesa Indonesia Bandung yang bergiat aktif di Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung untuk perbaikan ekonomi, pendidikan dan kesehatan dengan tujuan penguatan pangan, ternak, literasi dan teknologi.

1. Kebaikan pertama yang harus didorong adalah membangun pekerjaan bagi mereka. Kita harus bisa membuat mereka bangkit dari pertanian sekecil apapun, termasuk jika hanya berekonomi dalam tani pekarangan skala rumah tangga. Pertanian itu pokok karena untuk keluarga miskin yang pertama-tama diurus adalah soal pangan, dan pangan akan mewujud dengan budidaya.

2. Bahkan seandainya kita hendak membangun kewirausahaan sekalipun harus diusahakan berhubungan dengan budidaya pertanian. Dengan pertanian itu kita bisa mengusahakan kebutuhan pangan bagi mereka. Jangan cepat-cepat diarahkan untuk mengejar uang karena kapasitas pengejaran uang level pekerja rendahan tidak akan bagus. Sebab sekalipun mendapat uang kebutuhan utama adalah pangan. Karena itu sebaiknya pekerjaan diorientasikan untuk bertanam supaya ada yang bisa dimakan. Tidak semua tanaman bisa mencukupi sehingga kita bisa berkata ideal: “tidak usah belanja cukup tanam saja”. Tidak begitu. Yang realistis adalah mewujudkan pengurangan belanja pangan sehari-hari. Dengan menekan biaya pangan, niscaya kita akan mensejahterakan satu hal yang mendasar bagi kehidupan mereka.

3. Bertani yang baik adalah kunci utama. Sekarang ini konsumen semakin peduli terhadap hasil pertanian yang baik, aman dikonsumsi, bersih, dan menyehatkan. Seluruh pekerjaan petani harus diarahkan pada usaha itu. Perangkat prinsip, aturan dan saran kerja harus tertib diterapkan pada produksi, proses pasca panen, transportasi, hingga urusan kesegaran/ketahanan gizi. Bahkan bertani yang baik juga harus dalam rangka usaha menyehatkan manusia baik di lingkungan pertanian. Pertanian yang baik tidak merusak lingkungan sekitar, melainkan justru menjadikan kebaikan tanah, air dan udara semakin baik (ekosistem berjalan dengan basis ekologinya).

4. Hal-hal yang seperti itu bukan idealisme tanpa tujuan, melainkan tuntutan kebajikan yang harus dilakukan. Jika itu diterapkan, bukan hanya konsumen yang beruntung, melainkan keuntungan (berkah) pada mereka juga. Mereka akan mendapatkan kualitas pangan yang baik, mendapatkan nilai tambah ekonomi, dan juga lebih dipercaya pada konsumen sekalipun kuantitas hasil panennya sedikit karena keterbatasan lahan garapan. Ini harus menjadi tradisi supaya kebaikan hidup meluas, semua pihak mendapatkan keuntungan.

5. Petani harus yakin bahwa dengan pertanian yang berkualitas itu gizi keluarga mereka dan gizi konsumen menjadi lebih baik. Jika tidak mereka juga tidak akan mendapatkan manfaat atas usahanya tersebut. Mereka akan menjadi lebih sehat, dan jika tidak melakukan itu mereka akan mudah sakit.

6. Hasil panen yang berkualitas akan meningkatkan kualitas pendapatan. Jika tidak dilakukan mereka akan sulit maju dalam pendapatan karena nilai jual komoditinya rendah dan ditolak konsumen di pasar. Penghasilan yang baik akan membuat mereka mendapatkan dampak bagi kemakmuran dan bisa menyekolahkan anak-anaknya lebih baik. Jika tidak begitu mereka akan terus memanfaatkan anak-anaknya bekerja, sementara yang terbaik pada usia wajib sekolah adalah bermain dan belajar. Semakin tinggi ekonomi semakin aman kehidupan, semakin mereka berani menyekolahkan anak lebih tinggi, dan itu artinya juga akan menunda perkawinan usia dini.

7. Ilmu pengetahuan adalah kata kunci pendewasaan. Banyak petani hidup miskin karena kurangnya kekuatan (power) dari ilmu pengetahuan sehingga uang pun sering tidak menolong mereka. Kedewasaan berpikir dan bertindak bukan karena faktor usia, melainkan karena faktor pengetahuan (wawasan) dan pendalaman ilmu tertentu yang melimpah diproduksi bersama praktik keseharian. Pengetahuan eksternal (literasi dan pergaulan) harus dipasok, dan praktik lapangan adalah produksi ilmu pengetahuan.

8. Petani harus memulai tradisi kebersihan pada dirinya, lingkungan kerja dan rumah tangga. Mereka harus memahami kebersihan adalah kebutuhan, bukan sebagai beban. Jika hidup mereka tidak bersih mereka akan sakit, tidak mendapatkan kehormatan dari tetangga dan relasi dari luar, dan ternak mereka akan kotor dan kurus. Itu artinya kebersihan ladang dan rumah tangga harus baik supaya ternak mereka juga menjadi komoditi yang menarik konsumen. Hidup yang tidak sehat adalah kecelakaan bagi mereka. Hidup sehat adalah jalan kebahagiaan.

9. Peduli lingkungan bukan sekadar bersih dengan kegiatan menyapu, melainkan harus memahami hubungan kesehatan terutama terkait dengan kotoran/sampah organik dan non organik. Tidak boleh membuang sampah mengandung kimia. Sampah-sampah kimia tidak boleh ditanam di tanah dekat lokasi pertanian. Mengurangi plastik dan belannja barang kimia akan menjadikan hidup lebih sehat.




10. Ternak harus dijaga dari hubungan makanan rumah tangga dan tidak boleh berdekatan dengan air bersih. Petani juga harus mengenal setiap hama tanaman, gulma tanaman serta waspada terhadap aliran air yang tidak mendukung pertumbuhan tanaman.

11. Petani penting mengenal jenis-jenis tanah dan mengolahnya sebagai media tanam. Mempersiapkan posokan pupuk organik sebaik mungkin agar tidak menjadi problem pada usaha tanam yang telah dijadwalkan, sekaligus memastikan pemupukan terjadwal pada masa pertumbuhan. Penyimpanan pupuk tidak boleh terkontaminasi oleh aliran air hujan atau aliran air harian karena itu bisa merusak pupuk itu sendiri dan juga bisa membawa penyakit.

12. Petani harus memahami bibit unggul pada setiap tanaman dan memperlakukannya secara baik. Memilih tanggal/musim yang tepat untuk menumbuhkan biji, mengetahui beberapa cara untuk menumbuhkannya dengan teori-teori yang tepat agar bekerja secara efisien. Memastikan air agar tidak kekurangan dan tidak berlebihan.

13. Jumlah dan jenis tanaman harus tercatat secara baik dalam buku dan kartu. Buku untuk arsip jangka panjang. Sedangkan kartu untuk control harian yang terpasang dalam area pertanian sehingga setiap orang bisa melihat. Pencatatan menyertakan sejumlah fakta antara lain, jenis tanaman, tanggal tabur benih, tanggal tanam bibit, jumlah/berat pupuk, media tanam, jadwal penyiraman/pemupukan, suplemen nutrisi, perawatan gulma, dan jadwal panen dengan jumlah pada masing-masing pohon.

14. Petani harus mampu mengelola hasil panen secara baik. Jika tidak mereka bisa merugi akibat kecerobohan memubazirkan hasil panen. Banyak sekali petani tidak merawat hasil panen akhirnya dijual murah borongan, bahkan sistem ngijon, tanpa perhitungan lagi. Jadwal harus tertib, pencatatan harus menjadi kebiasaan sehari-hari, dan disiplin waktu harus menjadi kewajiban yang terjaga. Jika tidak mereka akan sulit mendapat kepercayaan dengan orang lain.

15. Petani akan berurusan bukan saja dengan petani, melainkan dengan konsumen yang beragam latarbelakang kehidupan. Kepercayaan pihak lain akan menimbulkan efek positif, rezeki lebih baik. Penggunaan uang yang teratur dan tepat sasaran adalah kata kunci perubahan kea rah perbaikan. Tertib administrasi akan menguntungkan mereka, juga mempermudah urusan dengan pihak luar.

16. Bekerja dengan rumus administasi pertanian semacam itu bukan hal yang sulit. Hambatan utama pada petani karena tidak terbiasa melakukan pemuliaan pada apa yang mereka kerjakan. Bahkan mereka menganggap hasil pertanian bukanlah hal yang menjanjikan sekalipun terus dikerjakan. Cara pandang ini harus dibalik dan diganti dengan nilai dan norma baru, bahwa kegiatan produksi pertanian adalah kegiatan penting bagi diri mereka dan bagi masyarakat. Kemuliaan petani dengan segenap berkahnya hanya bisa diwujudkan dengan cara-cara mulia seperti langkah-langkah di atas.

17. Petani harus mengenal bahwa laba usaha ekonomi tidak semata dari hasil panen material barang dengan mendapatkan uang. Mereka harus mampu mengatasi kebutuhan rumah tangga dengan cara mengurangi pemborosan konsumsi dengan menanam beragam jenis tanaman yang bergizi. Paradigma pokok, sebagian tanaman pangan untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri, selebihnya dijual. Semakin banyak menanam semakin banyak yang bisa dijual sekaligus kebutuhan dapur rumah tangga sudah terpenuhi.

18. Laba ekonomi bukan semata hanya bisa didapat dari hasil panen terbatas pada satu jenis tanaman. Sistem tumpangsari hari menjadi prioritas karena di sanalah efisiensi dan skala ekonomi akan melipatkan hasil panen. Tumpang sari juga tidak hanya untuk urusan tanaman pangan semata, melainkan perlu mengombinasikan dengan jenis tanaman obat (herbal), tanaman ekosistem, dan jika perlu memasukkan tanaman hias.

19. Lebih dari itu petani yang kita damping juga harus mengenal orientasi hidup petani agar semua urusan ekonomi dan rumah tangganya mendapatkan kemuliaan dengan terpenuhi beberapa kebutuhan pokok untuk menuju bahagia dengan memahami kebutuhan fisiologis/dasar manusia, rasa aman/tentram karena hidup terlindungi, rasa kasih sayang pada sesama, memiliki harga diri yang diakui dengan prestasinya dan bisa beraktualisasi untuk terus mengembangkan potensi dirinya. [Faiz Manshur]

Kemiskinan Petani dan Tanggungjawab Intelektual
Empat Eleman Perbaikan Hidup Petani Desa
Strategi Pendampingan Keluarga Petani dari Pesant menuju Farmer

Komentar ditutup.

Keranjang Belanja