Yayasan Odesa Indonesia Penyalur Bantuan Fakir Miskin Tepat Sasaran

Kurang satu minggu sebelum lebaran 2018 lalu, sehabis subuh, Rusmana menggenjot motor bututnya menuju ke puluhan kampung-kampung di perbukitan Kecamatan Cimenyan. Dari Kantor Yayasan Odesa Indonesia di Cisanggarung Desa Cikadut, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung, itu Rusmana akan kembali pada siang pukul 11.00 dengan membawa buku catatan. Siangnya, mereka akan kembali masuk ke perkampungan yang pagi harinya sudah didatangi dengan mobil colt-bak hasil modifikasi dari mobil Blazzer dengan stieker menonjol bertuliskan Odesa Indonesia. Pangan, Ternak, Literasi, Teknologi. Setiap hari, selalu ada pakaian dan beras yang diangkut bersama beberapa remaja desa di sekitar desa Cikadut.

Rusmana adalah relawan Yayasan Odesa Indonesia Bandung yang mendapatkan job kegiatan untuk mendata dan memimpin penyaluran bantuan amal sembako dan pakaian bekas. Sedangkan beberapa remaja itu merupakan siswa Kursus Bahasa Inggris Yayasan Odesa yang bergiat di Kampung Sekebalingbing Desa Cikadut Kecamatan Cimenyan. Sepanjang Ramadan, mereka aktif keluar masuk perdesaan untuk menyalurkan bantuan kepada keluarga buruh tani.

“Yayasan Odesa Indonesia mendorong kegiatan amal sosial pada bulan Ramadan, Idul Adha, dan juga kegiatan yang bersifat harian. Kegiatan amal ini hanya salahsatu bagian dari kegiatan. Selainnya adalah kegiatan pendidikan dengan kursus setiap hari sabtu dan minggu, juga kegiatan rutin pendampingan pertanian,” kata pria berusia 38 tahun yang aktif bertani Tanaman Obat di Cimenyan itu. Alamat Penyaluran Bantuan Fakir Miskin

Yayasan Odesa Indonesia merupakan sebuah organisasi yang tergolong baru di Cimenyan Kabupaten Bandung, Kecamatan yang berada di sebelah utara Kota Bandung. Menurut Faiz Manshur, Ketua Odesa Indonesia, organisasinya mengawali kiprah sejak pertengahan tahun 2016. “Odesa ini berdiri untuk menjawab problem masyarakat lapisan bawah yang mengalami marginalisasi karena pemerintah tidak memperhatikan nasib rakyatnya,” kata Faiz kepada Jurnas.com Jumat 27 Juli 2018.

Menurut Faiz, Cimenyan ini menjadi salahsatu kecamatan yang patut diberi perhatian khusus karena sekalipun lokasinya hanya 7-15 km dari Kantor Gubernur Jawa Barat, tetapi keadaannya memprihatinkan. Banyak sekali kampung-kampung yang dihuni keluarga buruh tani miskin. Kelompok sangat miskin (Pra Sejahtera) di setiap kampung jumlahnya bisa mencapai 30 persen, sedangkan kelompok keluarga Sejahtera I (Miskin) bisa mencapai 40 persen. Dengan kata lain, terdapat 70 persen keluarga fakir dan miskin yang berjubelan di setiap kampung di beberapa desa, seperti Mekarmanik, Cikadut,Mekarsaluyu, Mandala Mekar, Cimenyan bahkan Ciburial pada bagian utara di luar perumahan.

“Ini adalah tragedi kemanusiaan yang warga Kota Bandung, termasuk para politisi tidak mengetahui. Aparat desanya tidak cukup bekal untuk memahami kelemahan mereka, apalagi menjawab persoalan. Tidak juga ada jalan perbaikan dari sisi kultural karena jarang ditemukan tokoh informal tokoh agama yang menjadi agen perubahan sosial,” katanya.

Kemiskinan begitu akut. Kehidupan warga sangat parah bukan saja dari sisi ekonomi, melainkan juga dari sisi pendidikan. Banyak anak putus sekolah usia SMP karena masalah ekonomi dan juga masalah mental orangtuanya. Banyak anak menikah usia dini di bawah usia 18 tahun. Tanah-tanah warisan sudah terjual dan mereka berekonomi sebagai buruh tani tanpa skill memadai. Kata Faiz, banyak keluarga buruh tani yang penghasilannya hanya berkisar antara 400-700 ribu setiap bulan dengan tanggungan beban ekonomi tiga kapita. Sarana sanitasi sangat buruk karena mereka tidak mampu membangun sarana Mandi, Cuci dan Kakus (MCK) secara memadai.

“Ketika desa-desa di berbagai daerah mengalami kemajuan, di sini justru mengalami kemunduran karena kemiskinan bertambah,” terang Faiz.

Salurkan Bantuan Tepat Sasaran
Sementara itu Budhiana Kartawijaya, Ketua Pembina Yayasan Odesa-Indonesia yang sangat aktif menarik partisipasi warga Kota Bandung bergiat untuk urusan sosial kemanusiaan ini berpendapat, bahwa masalah kemiskinan di Cimenyan ini sudah gawat karena di balik kemiskinan ekonomi muncul kemiskinan budaya. Artinya, muncul banyak keluarga yang hidup dalam miskin pemikiran, mentalitas dan juga etika. Dalam usaha amal sosial ini, Odesa Indonesia membuka ruang partisipasi kegiatan amal di laman website https://odesa.id . Di website tersebut beberapa model partisipasi amal dan kegiatan kesukarelawanan bisa dibaca.

“Kami banyak menemukan persoalan-persoalan keterbelakangan hidup yang semestinya tidak terjadi di Cimenyan. Kompleksitas masalah ini berbahaya bagi negara-bangsa jika keadaan Sumber Daya Manusia seperti ini,” kata Wartawan Senior Harian Pikiran Rakyat Jawa Barat ini.

Karena masalah sudah kompleks, Odesa Indonesia selain mengambil peran kegiatan pendampingan ekonomi dan pendidikan, juga rutin mengadakan kegiatan amal seperti rutin membagikan kebutuhan pangan dan pakaian ke pada kelompok fakir-miskin. Bahkan Yayasan ini juga mengusahakan solusi sanitasi dengan membangun sarana MCK dan juga pembangunan rumah tidak layak huni, terutama pada rumah yang keadaannya sudah sangat membahayakan bagi penghuninya karena akan ambruk.

“Kita semua lakukan ini karena kita melihat kenyataan nyata. Kita tidak cukup melihat keadaan mereka dari atas bukit. Kalau itu yang dilakukan, yang terlihat justru eksotika panorama alam Bandung yang Indah. Manakala kita memasuki rumah-rumah mereka dengan jalan kaki di lereng perbukitan, kita akan melihat ribuan buruh tani yang hidup dalam keadaan tidak wajar. Ini adalah bencana diam-diam yang tak kalah memprihatinkan ketimbang bencana alam,” papar Budhiana.

Di Cimenyan, juga Cilengkrang dan Cileunyi, terutama di perdesaan bagian utara berbatasan dengan Hutan, banyak sekali sarana amal kebaikan yang bisa dilakukan. Terdapat ribuan orang fakir miskin yang selama hidupnya tidak pernah mendapatkan bantuan dari negara, tidak mendapatkan pendidikan yang layak, dan tidak mendapatkan akses perbaikan ekonomi sehingga ketika zaman semakin modern, justru mereka semakin terjungkal oleh derap modernisasi.

“Selain negara, lembaga-lembaga amal keagamaan mesti lebih peka terhadap masalah seperti ini. Mayoritas beragama Islam, mayoritas ingin beribadah secara baik, tapi air wudlu saja tidak tersedia,” katanya.[test.odesa.id]




Di Cimenyan Bandung Banyak Orang Kekurangan Pangan
Berbagilah untuk Fakir Miskin Bandung

Komentar ditutup.

Keranjang Belanja