Anak petani desa pulang sekolah

5 Alasan Kenapa Banyak Anak Petani Putus Sekolah

Alasan Anak Petani Putus Sekolah – Lela (10) termenung sedih. Hari itu, ia harus putus sekolah & mengubur harapannya untuk menjadi Menteri Keuangan. Padahal, ia sebentar lagi akan segera lulus SD. Terpaksa, cita-citanya untuk sekolah setinggi-tingginya harus diredam.

Lela hanyalah salah satu anak petani di Kecamatan Cimenyan yang terpaksa putus sekolah. Masih ada banyak ‘Lela’ lainnya yang terpaksa berhenti sekolah. Lantas, apa sih yang menyebabkan mereka tak bisa melanjutkan sekolahnya?

Baca juga:

Alasan Anak Petani Putus Sekolah

Banyak anak petani di desa yang susah sekolah karena kehidupannya terisolir dan jauh dari kemampuan ekonomi.

1.   Keterbatasan Ekonomi

Berdasarkan data Survei Ekonomi Nasional (Susenas) 2021, 76% anak putus sekolah akibat faktor ekonomi. Hasil survei ini tak mengherankan. Petani seringkali memiliki penghasilan yang tidak stabil dan rendah, terutama saat panen gagal. Bahkan mereka pun sering alih profesi sementara jadi buruh, agar mendapatkan penghasilan tambahan.

Sebenarnya, SD di sekolah negeri umumnya gratis. Namun, masih ada biaya tambahan seperti seragam & sepatu yang membebankan keluarga petani. Begitu menduduki bangku SMP, sekolah tak lagi gratis. Di sinilah, banyak yang pupus impiannya untuk tetap bersekolah.

Salah satu contohnya adalah Fitri. Warga Desa Mekarmanik ini terpaksa tak lanjut ke jenjang SMP, akibat keterbatasan ekonomi. Dengan kondisi ayahnya yang sakit & ibunya yang sudah meninggal dunia, Fitri tak bisa lanjut sekolah lagi & terpaksa menikah dini. Menikah menjadi solusi orang tuanya yang tak mampu lagi membiayai anaknya.

Realitanya, boro-boro untuk pendidikan, dana kebutuhan sehari-hari saja sering tak cukup. Maka tak heran, kalau pendidikan anak sering dijadikan prioritas kesekian dalam keluarga petani.

2.   Ladang Kekurangan Tenaga Kerja

Masalah lainnya adalah anak-anak petani sering kali diperlukan untuk membantu di ladang, terutama pada musim tanam & panen. Ini jadi mengurangi waktu mereka untuk belajar dan bersekolah.

Selain itu, keluarga petani mungkin membutuhkan anak-anaknya untuk bekerja sebagai buruh di luar ladang mereka sendiri, untuk menambah penghasilan.

3.   Akses Terbatas ke Pendidikan

Orang tua desa, sebenarnya punya keinginan besar agar anak-anaknya menempuh pendidikan yang baik. Harapannya, agar mereka punya pekerjaan lebih baik dibandingkan orang tuanya. Namun lagi-lagi, akses ke pendidikan sulit.

Yang pertama, lokasi sekolah cukup jauh. Dari obrolan kami dengan warga Desa Mekarmanik, banyak yang sangat membutuhkan SMP & SMA dekat lokasi mereka untuk mengurangi biaya transportasi.

Yang kedua, tidak ada kendaraan umum & jalanan pun banyak yang rusak. Banyak orang tua yang akhirnya memaksakan membeli motor, tapi malah dipakai anak-anaknya keluyuran. Akhirnya, motor terpaksa dijual kembali, karena butuh uang.

Cepi adalah salah satu korban putus sekolah, akibat tidak adanya transportasi. Jalanan terjal dan tak memungkinkan untuk jalan, sementara tumpangan motor tak selalu ada.

Sementara itu, di Desa Cimenyan, banyak anak petani sekolah tanpa transportasi. Kondisi jalanan yang becek, membuat sepatu mereka cepat rusak. Alhasil, harus ada ekstra ongkos lagi untuk membeli sepatu, sementara finansial keluarga petani pun pas-pasan.

4.   Kurang Paham Pentingnya Pendidikan

Edukasi adalah salah satu kunci memerangi kemiskinan. Dengan mengenyam pendidikan, pengetahuan seorang anak jadi bertambah, pola pikirnya jadi terbuka. Kesempatannya pun lebih tinggi untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik.

Sayangnya, ini yang sering kali tidak disadari banyak keluarga petani. Walau ada yang sudah paham pentingnya pendidikan, masih banyak yang fokus kepada kebutuhan ekonomi jangka pendek. Padahal, pendidikan adalah solusi jangka panjang untuk keluar dari kemiskinan.

Di yayasan Odesa Indonesia, kami banyak menemui keluarga petani dengan pemikiran seperti ini:

“Sekolah urusan nanti, mending fokus ke keperluan lain yang lebih mendesak.”

“Kenapa harus sekolah, kalau bisa langsung kerja?”

“Sekolah atau tidak sama saja. Yang lulus SMA juga tak ada bedanya dengan lulus SD, banyak yang tetap miskin & sulit cari kerja.”

Yang menyedihkan, pola pikir dari orang tua seperti ini akan diturunkan & diadopsi anaknya. Apalagi, otak di fase kanak-kanak belum berkembang sepenuhnya. Belum bisa berpikir kritis & tahu apa yang penting untuk dirinya. Semua yang ditanamkan, akan ditelan mentah-mentah.

Jadi ketika mereka melihat orang tuanya tak memprioritaskan pendidikan, maka tak ada alasan bagi mereka untuk mengutamakan edukasi.

Relawan di Odesa Indonesia pernah melihat contoh nyatanya. Di Desa Mekarmanik (Cimenyan), kami pernah menjumpai 4 anak yang buta huruf, padahal sudah berusia 11-13 tahun. 3 di antaranya sama sekali tak pernah belajar di bangku SD, 1 putus sekolah saat SD.

Tahu alasan kenapa mereka tidak bersekolah? Hanya karena tidak mau saja. Bahkan, yang lebih menyedihkan, orang tua mereka pun tak memaksa untuk tetap bersekolah.

5.   Orang Tua Khawatir & Trauma dengan Program Pendidikan

2018 lalu, Odesa Indonesia memberikan beasiswa gratis untuk belajar di Pesantren Al Mizan, kepada anak petani Kecamatan Cimenyan. Namun, antusiasme sangat sedikit. Ternyata, banyak orang tua yang tidak percaya dengan program yang kami tawarkan. Trust issue, bahasa kerennya.

Mereka khawatir kalau tiba-tiba ditagih sejumlah uang. Takut termakan janji manis, yang akhirnya tidak diwujudkan juga. Selain itu, ada ketakutan juga kalau anak mereka diculik & dipekerjakan jadi budak ilegal.

Namun sebenarnya, yang orang tua ini butuhkan hanyalah bukti. Waktu itu, hanya 3 anak yang berhasil berangkat. Ketika anak-anak ini balik untuk liburan sekolah, para orang tua di desa bisa melihat hasil nyatanya: Anak-anak jadi lebih sehat & percaya diri.

Ketika kepercayaan sudah terbangun, mulai banyak orang tua yang ingin menitipkan anaknya di pesantren.

Yuk, Rawat Harapan Mereka Agar Bisa Tetap Sekolah

Bantu anak petani desa

Anak-anak petani desa ini layak punya harapan & masa depan. Yuk, waktunya bantu mereka agar punya kesempatan pendidikan yang lebih baik. Kamu bisa membantu dengan ikut donasi untuk beasiswa anak petani sekarang.

Seberapa pun yang kamu berikan, pastinya akan sangat membantu anak desa ini.

Penulis: Nadya Elianna

Admin: Fadhil Azzam

sumbangan bibit

 

Keranjang Belanja