Oleh BUDHIANA KARTAWIJAYA. Ketua Pembina Yayasan Odesa Indonesia.
Musim hujan, produksi sayur turun. Empatpuluh persen busuk. Pikiran saya melayang kepada para petani sayur di manapun. Umumnya mereka bukan pemilik tanah. Cuma penggarap.
Mereka membeli bibit, pupuk, obat-obatan dari bandar. Harganya pas (fixed). Tapi harga jual sayur yang diterima buruh tani suka berubah. Harga naik, yang untung tengkulak. Harga sayur turun, cicilan pupuk dan lain-lain mah tetap tak berkurang.
Efeknya berantai. Upah yang minim menyebabkan mereka tak bisa sekolahkan anak. Anak perempuan adalah beban karena itu harus segera dikawinkan. Namanya kawin muda, tinggalnya masih dengan orang tua. Karena itu tak jarang satu rumah kecil dihuni dua keluarga, bahkan lebih.
Kalau hujan begini, sayur busuk. Bagaimana dapat uang makan buat besok, minggu atau bulan depan?
Ya pinjam ke lintah darat. Dibayarnya nanti dipotong dari panen sayur. Kalau bulan depan gagal panen? Pinjam lagi saja.
Tengkulak itu baik hati kok, suka gampang kasih uang pinjaman. Syaratnya mudah: tanam sayur.
Kalau hujan begini, anak-anaknya tak bisa sekolah. Kalau tak hujan sih masih bisa jalan kaki.
Lha kalau hujan?
Jangankan ke sekolah, ke kali untuk buang air saja sulit. WC umum di luar rumah. Ada juga yang dolbon. Coba dolbon di tengah hujan lebat, emang enak? Jalan ke sekolah berlumpur. Ojek pun mahal. Kalau hujan gini, mereka banyak yang sakit: flu, meriang, batuk, atau masuk angin. Penyakit yang timbul karena kurang gizi.
Beda dengan orang kota yang sakitnya karena kelebihan gizi: diabet, jantung, asam urat :).
Kalau hujan begini, kampung-kampung mati. Semua diam di rumah. Kalau hujan begini, tak semua punya tv. Banyak kampung blankspot tak bisa menangkap siaran TV. Kalau hujan begini, hiburan suami istri? Yaa… begitulah.
The rich gets richer, the poor gets children. Orang kaya makin banyak hartanya, orang belangsak makin banyak anaknya. Ya hujan yang sejatinya rahmat, malah jadi penghambat. Begitu dan begitu tiap musim. Lingkaran setan.
Di balik tumis atau sop sayur panas yang kita santap di musim hujan ini ada cerita tentang hidup sangsi, ada cerita luka.-[]