Tidak semua pekerjaan diarahkan pada perhitungan bisnis. Sebab dalam bisnis membutuhkan perangkat komplet untuk meraih laba. Kegiatan bercocok tanam misalnya, menurut Budhiana Kartawijaya, Ketua Pembina Odesa Indonesia, harus digalakkan karena bercocok tanam atau bertani bisa memberi manfaat luas dari sekadar memperoleh laba uang.
“Kami mengamati secara mendalam tradisi ekonomi petani, terutama buruh tani. Jika arah ekonominya semuanya adalah pendapatan uang jelas akan sulit. Ada sekian varian problem yang melingkupi kehidupan mereka. Bagaimana pun ekonomi akan berurusan dengan situasi dan tradisi yang berlangsung. Sementara kita tahu, dengan bercocok tanam apapun tujuannya, kehidupan kita dari berbagai sisi akan lebih baik,” katanya, kepada test.odesa.id, Kamis, 16 November 2017.
Budhiana menegaskan, bercocok tanam semestinya menjadi tradisi. Bertani tidak melulu jadi profesi. Model pelaksanaannya bisa macam-macam tergantung beberapa hal seperti kondisi lingkungan, modal pengetahuan, modal waktu dan peluang-peluang baru yang memungkinkan untuk lebih baik. Misalnya di perkotaan, tradisi menanam bisa untuk penghijauan karena ada problem lingkungan. Seandainya warga perumahan kota hanya punya lahan 2×5 meter misalnya, menurut Budhiana harus tetap bercocok tanam dengan tanpa target penjualan sekalipun.
“Kalau bisa cabe ya tanam cabe. Toh ada hasilnya untuk kebutuhan dapur. Kalau tidak ya dibuat murni penghijauan karena kehidupan di perkotaan problem dengan oksigen,” jelasnya.
Sementara di kawasan perdesaan, pertanian berorientasi ekonomi selama ini hanya mengandalkan lahan luas, ladang, huma atau sawah. Sementara banyak petani yang tak bisa mencukupi kebutuhan dasar hidupnya akibat profesi ini. Bahkan para buruh tani sangat kesulitan bekerja karena volume kerjanya dalam sebulan hanya mendapatkan job 10 harian kerja. Solusinya menurut Budhiana adalah tani pekarangan.
“Masih ada sekian banyak peluang bercocok tanam pada lahan pekarangan di perdesaan. Bahkan kami melihat keadaan keluarga miskin di basis kegiatan kami di Kawasan Bandung Utara yang memiliki lahan pekarangan. Sayangnya tidak ada pemahaman bahwa bercocok tanam skala kecil bisa dilakukan. Kita harus menggeser pengertian pertanian dari sekadar tani ladang ke model tani pekarangan. Kalau tidak untuk laba uang, minimal bisa menekan konsumsi dapur,” jelasnya.
Bertanam sebagai kewajiban manusia menurut Budhiana adalah bagian penting dalam usaha perbaikan hidup bangsa Indonesia. Perbaikan bukan saja soal ekonomi karena problem hidup bukan hanya soal ekonomi. Karena alasan inilah menurut Budhiana pejabat negara harus menjadi teladan dalam gerakan tanam.
“Semua pejabat harus peduli masalah ini. Hidupkan lagi pertanian pekarangan dan gerakan kewajiban tanam bagi semua orang. Kampanye gerakannya jangan cuma seruan, tapi aksi yang sistematis dan massif. Bertanam jangan dijadikan profesi melainkan dijadikan tradisi. Perlu juga gerakan penyebaran bibit-bibit tanaman yang baru untuk masyarakat,” imbuhnya.Mud/Ina