Oleh Faiz Manshur Ketua Yayasan Odesa Indonesia IG Faiz Manshur IG Odesa Indonesia
Bandung Utara merupakan kawasan konservasi. Saat ini lahan yang mengalami kerusakan parah mencapai puluhan ribu hektar. Butuh puluhan juta pohon buah-buahan.
Banjir Bandung. Bagi kita yang tinggal di Bandung “itu bukanlah berita”. Salahsatu sumber bencana banjir lumpur dari Kawasan Bandung Utara (KBU) juga diketahui secara luas.
Apa yang dilakukan pemerintah? Seminar digelar, para pakar berbicara. Bupati, Walikota dan Gubernur pun membicarakan ini. Sumber persoalan disampaikan. Kemudian diambil kesimpulan penyebabnya adalah multidimensi. Solusinya pun jitu; semua pihak harus mengambil peran.
Lalu peran konkretnya apa? Itu yang tak pernah mewujud dalam tindakan nyata apalagi bisa dipertanggungjawabkan model berkelanjutannya.
Sepanjang lima tahun kami di Yayasan Odesa Indonesia melihat persoalan ini secara intensif. Terutama pada kasus banjir lumpur dari perbukitan KBU yang hanyut bersama air ke kota Bandung. Penyebabnya juga sudah diketahui banyak orang, yakni pembangunan “liar” -yang tak diatasi sungguh-sungguh oleh Pemerintahan Jawa Barat maupun Pemerintah Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat dan Kota Bandung. Dan satu sisi lagi yang tidak pernah dibicarakan secara serius adalah tentang praktik pertanian monokultur sayuran.
Pemerintah Tak Paham Persoalan Kawasan Bandung Utara
Puluhan tahun bupati Kabupaten Bandung/Barat dan Gubernur Jawa Barat tidak punya solusi yang jelas, artinya tidak ada keseriusan memandang persoalan praktik pertanian salah arah ini sebagai sumber bencana baik bagi ekonomi petani maupun bagi lingkungan. Bahkan Bupati Bandung sering mendukung praktik pertanian monokultur sayuran. Kalaupun ada bantuan bibit biasanya salah konsep dan tak praktis dalam menggerakkan perbaikan di kalangan petani. Akibat gagalnya pemerintah dalam menjawab problem ini, selain meluaskan kemiskinan, para petani makin sengsara karena air untuk pertanian dan air untuk rumah tangga semakin sulit.
Tahun 2019 lalu Gubernur Jawa Barat mencoba melakukan tindakan nyata. Ialah membagi 17.000 bibit tanaman. Jumlah yang tak seberapa dari kebutuhaan jutaan bibit di Kawasan Bandung Utara yang lahan kritisnya mencapai lebih 60.000 hektar.
Tapi, Gubernur, juga bupati dan kementrian lingkungan hidup tidak sadar apa yang dilakukan itu lebih banyak mubazirnya karena kekeliruan berpikir dalam memahami problem. Bibit-bibit tanaman penghasil kayu yang disebar ke petani di Kecamatan Cimenyan banyak yang tidak ditanam oleh petani karena petani merasa tidak mendapatkan keuntungan dari tanaman pohon. Kalaupun ditanam juga tidak akan dirawat dan sering ditebang kapan waktu mereka mau. Banyak petani menebang pohon bukan karena kebutuhan, melainkan lebih karena merasa pohon kayu tidak diperlukan. Lagi pula pemerintah sering membawa bibit kecil (belum berumur) yang lebih siap mati ketimbang siap hidup.
Negara telah banyak mengeluarkan biaya. Oleh pemerintah anggaran itu lebih banyak untuk urusan konsumsi acara rapat dan seremoni tahunan. Bupati, Walikota dan Gubernur bertindak salah, DPRD-nya pun tidak serius mengontrol perilaku ini.
Langkah Praktis
Lahan-lahan di KBU yang kebanyakan dimiliki orang kota itu kini menjadi ladang pertanian mirip padang pasir. Orang kota pemilik lahan itu tak punya kepedulian, membiarkan lahan-lahannya kering dan menjadi penyebab banjir lumpur.
Untuk mengatasi masalah ini, ada cara terbaik, yakni menggerakkan para petani yang masih memiliki lahan atau petani penggarap agar mau menanam pohon yang telah dipahami petani memberikan nilai keuntungan. Keuntungan itu misalnya untuk makanan keluarga, dijual hasil panen buah atau bijinya (bukan batang kayu/pohonnya). Pada kedua manfaat ini kemudian secara otomatis pohon akan bertahan dan di situlah praktik konservasi lingkungan menjadi nyata.
Jenis tanaman apa yang dibutuhkan petani di Kecamatan Cimenyan? Petani di Kecamatan Cimenyan akan senang menerima jenis-jenis bibit tanaman seperti Jambu Air, Sirsak Ratu, Sirsak Bali, Sukun, Jambu Mete, Jambu Madu Deli, Jeruk Lemon California, Jeruk Lemon Tea, Jeruk Dekopon, Pepaya California, Pepaya Hawai, Pepaya Bangkok, dan Belimbing. Untuk jenis durian dan mangga beragam jenis bisa tumbuh baik dan mulai menghasilkan panen. Ada juga tanaman Kelor (Moringa oleifera) -yang karena Yayasan Odesa mendorong secara luas- para petani sekarang membutuhkannya untuk gizi keluarga.
Mengapa proses perbaikan bisa berjalan? Para petani bisa berubah karena pendekatan Odesa melalui proses edukasi (sistem pendekatan bottom up) di mana perubahan mindset sebagai target mendasar untuk mengubah perilaku. Inilah yang berbeda dengan pemerintah yang bekerja atas dasar asumsi serampangan dan cara menjalankannya dengan sistem top-down.
Yang esensial dalam perubahan sosial adalah melakukan perubahan mindset dan perilaku. Fakta bahwa negara tidak bisa optimal membawa mandat untuk mensejahterakan warganya dan sekaligus merawat lingkungan karena dua hal; 1) Birokrasi yang parasistik; menjadi konsumen anggaran dengan pemborosan dan korupsi, 2) Politisi yang lemah karena tak punya visi dan inovasi dan hanya mengedepankan karir pribadi sehingga tidak merasa penting menahkodai mesin birokrasi untuk menjawab problem warga lapisan bawah. [ Naskah Opini bersumber dari Harian Pikiran Rakyat, Jumat 4 Pebruari 2022]
Perlunya Pembiibitan Tanaman untuk Bandung Utara
Inilah Solusi Mengatasi Krisis Lingkungan di Bandung Utara
Donasi Bibit yang Anda Berikan Akan Memperbaiki Lingkungan Bandung Utara