Oleh HERRY DIM. Ketua Divisi Revitalisasi Sumber Daya Alam Odesa Indonesia.
Banyak lahan pertanian di Cimenyan yang mengalami kekeringan karena minim pohon tinggi. Pertanian sayuran yang selama ini didukung pemerintah dengan sistem monokultur telah banyak menyebabkan erosi. Selain itu, pertanian monokultur sayuran juga tidak menguntungkan mayoritas petani karena keadaan alam yang semakin sulit air.
Naas, puluhan tahun pemerintah Kabupaten Bandung maupun Pemerintah Jawa Barat yang bertanggungjawab pada usaha menjaga alam Kawasan Bandung Utara tidak pernah secara konkret melakukan perbaikan dengan sistem tanam anekaragam hayati (agroforestry). Kalaupun mendukung tanaman besar orientasinya pada penghijauan konvensional di mana petani di suruh menanam pohon penghasil kayu yang kapan saja petani membutuhkan kayu pohonnya langsung ditebang.
Padahal para petani itu sangat ingin banyak tanaman besar tumbuh di ladang pertanian, ladang pekarangan dan juga kawasan lahan yang mangkrak. Bahkan sebagian ingin beralih tanam dari sayuran ke buah-buahan. Kesimpulan yang diterima Yayasan Odesa Indonesia selama 4 tahun kerja pendampingan di kalangan petani menyimpulkan, para petani tidak menolak untuk berubah. Sebagian menerima bibit-bibit tanaman sebagai tambahan, sebagian bahkan siap mengubah pertanian dari sayuran menjadi kebun buah-buahan.
Dengan menanam pohon buah-buahan maka setidaknya ada 3 tujuan tercapai. 1) Perbaikan gizi bagi keluarga petani, 2) Menambah penghasilan pertanian, 3) Menyehatkan tanah yang akan berdampak pada praktik pencegahan erosi.
Bibit tanaman apa saja yang diminati petani?
1) DURIAN (Musang King, Montong)
2) JERUK (Lemon California, Nipis Manis)
3) ALPUKAT (Wina, Mentega, Kendil)
4) JAMBU (Monyet, Air Madu Deli, Air Citra, Air Jamaika, Bangkok, Kristal)
5) MANGGA (Golek, Manalagi, Arumanis)
6) SIRSAK (Putri, Bali, Ratu, Mandalika)
7) NANGKA (Cempedak, Bali, Madu, Nangkadak)
8) BELIMBING (Wulan, Madu, Malaya, Bangkok, Paris, Sembiring)
9) ANGGUR (Brasil)
10) SUKUN
11) PEPAYA (California, Bangkok)
12) MATOA
Selain tanaman buah di atas, petani juga banyak yang tertarik dengan program penanaman bibit tanaman pangan yang bisa mencegah erosi, yaitu kopi jenis arabica dan kelor, juga beberapa tanaman seperti pete dan jengkol.
Jenis-jenis tanaman tersebut dipilih berdasarkan survei dan pengalaman kerja pendampingan Yayasan Odesa Indonesia sejak tahun 2016. Terbukti bahwa para petani sangat menerima bibit tanaman besar. Yang terpenting dalam gerakan perubahan pertanian itu adalah:
1) Berdasarkan minat petani menanam jenis pohon tertentu. Berikan kebebasan memilih dari anekaragam pohon yang menghasilkan buah/biji.
2) Keadaan bibit sudah besar. Jangan berikan petani bibit kecil yang lebih siap mati ketimbang siap hidup. Berikan yang terbaik, bukan asal menyumbang.
3) Berikan bibit pada saat yang tepat sesuai musim tanam petani. Harus jeli kapan membawa bibit ke petani. Petani juga punya kesibukan dan paham musim tanam yang tepat. Karena itu setiap program mesti memperhitungkan keadaan petani yang akan menanam.
4) Berikan dorongan bahwa pekerjaan ini bukan semata ekonomi, melainkan juga berguna bagi ekosistem. Tentu cara menjelaskan dengan pendekatan kultural, bukan melalui rapat pertemuan formal. Terjun langsung ke ladang menanam bersama adalah cara terbaik untuk mengubah keadaan.
Selama ini mereka belum bisa menanam karena kelemahan akses terhadap bibit, dan pemerintah hanya fokus pada usaha pertanian sayuran sehingga menimbulkan erosi. Program penghijauan negara sering ditolak masyarakat karena petani hanya diberikan bantuan bibit tanaman keras yang manfaatnya hanya untuk penghijauan semata. Apalagi kayu, jika musim panen akan ditebang lagi. Dan saat penebangan membutuhkan biaya tinggi serta berpotensi merusak tanaman lain.
Bagi Anda yang ingin tertarik mengubah keadaan bumi gersang di Cimenyan Kabupaten Bandung yang selama ini pertaniannya gersang, bisa memilih berdonasi tanaman yang disebut di atas. []
Puncak Bukit Cimenyan Gersang, Petani Menunggu Bibit Tanaman Buah