Menerapkan pertanian ramah lingkungan bisa jadi langkah tepat untuk mengatasi tantangan perubahan iklim saat ini. Pertanian memiliki tantangan yang sebelumnya tidak pernah dialami. Sebagaimana pengakuan dari beberapa petani di Cimenyan, Bandung, bahwa sekarang cuaca semakin tidak menentu. Para petani kesulitan untuk memprediksi cuaca. Akibatnya, mereka kerap dibayang-bayangi gagal panen.
Pertanian merupakan salah satu sektor yang menyumbang masalah perubahan iklim tersebut. Prakik-praktik yang terbukti menimbulkan kerusakan lingkungan mesti segera dihentikan. Gerakan pertanian ramah lingkungan perlu mendapat sambutan baik, karena memungkinkan para petani untuk menjalani pekerjaannya secara berkelanjutan.
Pertanian ramah lingkungan tak hanya bisa menyelamatkan alam, tetapi juga memberi dampak positif bagi kelangsungan hidup manusia.
Baca juga:
- Peran Inovasi Teknologi dalam Pertanian Ramah Lingkungan
- 6 Manfaat Belajar Pertanian untuk Gen Z
- Literasi Pertanian dan Kesejahteraan Masyarakat
Mengenal Pertanian Ramah Lingkungan
Untuk memproduksi pangan, pertanian ramah lingkungan memiliki perhatian pada aspek lingkungan, sosial, kesehatan, dan kesetaraan ekonomi. Prinsip pertanian ramah lingkungan memungkinkan produksi pangan secara berkelanjutan karena pertanian model ini mempertahankan kesuburan pada tanah, melindungi keanekaragaman hayati, dan mengurangi polusi udara.
Tiga Prinsip Pertanian Ramah Lingkungan
Pertama, meningkatkan ekonomi petani seiring dengan produktivitas lahan secara berkelanjutan. Hanya dengan proses pertanian yang tepat tujuan tersebut bisa tercapai.
Kedua, mengelola sumber daya alam secara bijak. Misalnya, menghindari praktik pertanian yang berdampak buruk terhadap lingkungan sekitar. Selain itu pertanian ramah lingkungan juga berupaya untuk menjaga keanekaragaman hayati agar tetap lestari. Petani memproduksi pangan tanpa menyingirkan makhluk hidup yang hidup di sekitar lahan.
Ketiga, mampu mencapai keadilan sosial dengan cara menciptakan akses yang terbuka pada sumber daya alam untuk masyarakat, menciptakan pelayanan umum, dan menghadirkan pelayanan kesehatan. Pertanian ramah lingkungan ingin meningkatkan kesejahtaraan kepada seluruh pihak yang terlibat dan masyarakat sekitar.
Mengurangi limbah plastik dalam proses pengelolaan pertanian termasuk perkara yang tidak boleh terlewatkan dalam pertanian ramah lingkungan. Hal ini penting diperhatikan demi mengurangi pencemaran plastik terhadap kualitas tanah dan air.
Jenis-jenis Pertanian Ramah Lingkungan
Terdapat jenis-jenis pertanian ramah lingkungan yang memegang konsep berkelanjutan. Varian berikut bisa menjadi referensi bagi Anda yang tertarik pada prinsip berkelanjutan dalam bertani.
1. Agroforestri
Konsep dari agroforestri menggabungkan antara pertanian dan kehutanan. Tanaman yang dikembangkan adalah tanaman pangan sekaligus tanaman pohon keras seperti buah-buahan. Dengan cara ini kualitas tanah akan meningkat dan dapat mencegah terjadinya erosi. Selain itu, hasil dari pohon tersebut bisa digunakan sebagai sumber pangan untuk masyarakat sekitar, termasuk menjadikannya sumber ekonomi.
2. Pertanian organik
Pertanian ramah lingkungan jenis ini akan mengutamakan penggunaan bahan-bahan organik dalam segala prosesnya. Penggunaan bahan organik untuk menjaga kualitas pangan yang dihasilkan tiap tanaman.
Secara ekonomi, nilai jual produk pertanian organik lebih tinggi dibandingkan pertanian konvensional. Selain praktik ini masih langka, pada tahap prosesnya pun tidak semudah pertanian konvensional.
3. Permakultur
Konsep permakultur adalah memanfaatkan pola alam yang sudah terbentuk. Permakultur juga memiliki kepedulian terhadap manusia, lingkungan, dan adanya pengaturan terhadap batas konsumsi dan populasi.
Pada intinya, permakultur dijalankan dengan cara bekerja sama dengan alam. Tujuannya adalah menjaga apa yang memang sudah tersedia di alam dan meningkatkan produktivitasnya dalam memenuhi kebutuhan manusia. Jika pertanian konvensional mengubah lahan tertentu untuk menjadi lahan pertanian, maka permakultur memilih untuk mengikuti lahan yang sudah ada alih-alih mengotak-atik sehingga merusak tatanan ekologi setempat.
Selama tujuh tahun terakhir, Odesa Indonesia sendiri mengamalkan pertanian agroforestri. Odesa menggerakkan para petani sayur di perbukitan Cimenyan untuk menanam pohon-pohon keras penghasil buah.
Pohon-pohon tersebut diharapkan bisa menjadi solusi atas pangan masyarakat desa, yang selama ini minim akses pada pangan bergizi. Selain itu, agroforestri juga diproyeksikan untuk memperbaiki lahan pertanian yang selama ini kehilangan kelestariannya akibat pertanian monokultur.
Meski proses pertanian ini memakan waktu yang tidak sebentar dan bukan hal yang mudah, tetapi hanya dengan cara inilah kita dapat menciptakan pertanian yang ramah pada ekologi dan melahirkan kesejahteraan sosial secara berkelanjutan.***
_
Penulis: Arinda Eka Putri
Penyunting: Abdul Hamid
Admin: Fadhil Azzam