Belajar berkebun kebutuhan mendasar dalam dunia pendidikan. Sebab dalam berkebun usaha meraih ragam kecerdasan tersebut lengkap. Sebab jika tidak melalui kegiatan belajar berkebun murid-murid tak akan mendapatkan kecerdasan natural dan kurang maksimal dalam mendapatkan kecerdasan emosional.
Apalagi saat ini ada kebutuhan agar empati manusia terhadap flora dan fauna harus kuat. Karena alasan itulah sekolah yang tidak bersentuhan dengan kebun akan sama halnya tidak ingin maju. Negara Cina, Amerika, dan Kuba adalah contoh tiga negara yang kuat membangun kultur produksi rakyatnya.
Semuanya memiliki pendidikan botani yang sistematis dan massif sehingga kekuatan pertaniannya tumbuh berkembang berlanjut kemudian berdampak menumbuhkan manufaktur dengan nilai lebihnya, dan teknologi canggihnya bisa meluaskan pemasaran produk pertanian. Jika ingin melihat kemajuan bangsa, maka lihatlah apakah bangsa itu serius melaksanakan tahapan berkebun atau tidak.
Berkebun Menumbuhkan Kecerdasan Natural
Belajar Berkebun ala Garder Based Learning
Tiga negara yang kuat secara ekonominya tersebut ternyata karena sejak tahun 1980an telah menerapkan pembangunan Sumber Daya Manusia melalui Garden Based Learning (GBL) yang merupakan strategi pemanfaatan kebun sebagai media pembelajaran yang digunakan oleh pendidik untuk memberikan pelajaran kepada peserta didik.
Kalau kita baca buku dari Revisiting Garden Based Learning in Basic Education Philosophical Roots, Historical Foundations, Best Practices and Products, Impacts, Outcomes, and Future Direction (2002), strategi pembelajaran ini sangat bermanfaat bagi pengembangan potensi peserta didik yang meliputi keterampilan akademik, pengembangan pribadi, pengembangan sosial, pengembangan moral, hingga peningkatan keterampilan.
Manfaat tersebut mendorong upaya penggabungan strategi pembelajaran Garden Based Learning (GBL) dengan semua bentuk pendidikan dan tingkat pendidikan baik untuk sekolah dasar, menengah, dan atas.
Peserta didik dari pendidikan dasar, menengah, dan atas dapat mengamati Sumber Daya Alam (SDA) di sekitar mereka seperti mengamati kebun, lapangan, ladang, atau hutan serta dituntun untuk memperhatikan lebih detail mengenai karakter alam di sekitarnya.
Tugas pendidik dalam hal ini untuk memberikan informasi dan menjelaskan studi tentang Botani seperti kimiawi tanah, peran cahaya, udara, kelembapan, hingga kehidupan hewan yang berhubungan dengan tanaman.
Barangkali Punya Rezeki? Mari Bantu Anak-anak Fakir Miskin Bisa Belajar
Prinsip Dasar Pembelajaran Berkebun
Pendidikan di tingkat Sekolah Dasar (SD) dapat menerapkan strategi pembelajaran Garden Based Learning (GBL) yang mengenalkan peserta didik dengan lingkungan alam di sekitarnya.
Sekolah dapat menyiapkan kebun sebagai media untuk peserta didik belajar mengenal alam. Peserta didik dapat dikenalkan dengan proses berkebun dan manfaatnya bagi kehidupan seperti asal dari makanan segar, mengenal makanan bergizi, hingga menjelaskan pentingnya penjagaan terhadap alam.
Fasilitator atau guru juga dapat mengintegrasikan setiap disiplin ilmu seperti sains, matematika, sejarah, ilmu sosial, dan seni. Selanjutnya, di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) peserta didik dapat dikenalkan dengan ilmu-ilmu tumbuhan yang dikaitkan dengan budidaya yang terdiri dari pemanfaatan, pengelolaan, hingga pelestarian kebun.
Pada peserta didik Sekolah Menengah Atas (SMA), strategi pembelajaran Garden Based Learning (GBL) dapat digunakan untuk mengenalkan proses pemanfaatan kebun dalam berbagai bidang misalnya bisnis.
Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan dalam berbagai bidang dengan memanfaatkan kebun sebagai media untuk belajar dan berkembang.
Strategi pembelajaran Garden Based Learning (GBL) diharapkan dapat menjadi strategi pemanfaatan media belajar kebun untuk menumbuhkan pemahaman peserta didik mengenai potensi lingkungan di sekitarnya sekaligus pelestariannya.
Pada akhirnya, strategi Garden Based Learning (GBL) dapat menjadi jembatan bagi pendidik dan peserta didik dalam proses belajar mengajar yang ideal.
Beberapa Landasan Filosofis Garden Baset Learning
John Ames Comenius (1592–1670) memiliki keyakinan bahwa pendidikan harus bersifat universal, optimis, praktis, dan inovatif serta tidak hanya berfokus pada kehidupan sekolah dan keluarga, tetapi juga pada kehidupan sosial secara umum. Ia menyatakan, “Setiap sekolah harus memiliki taman sekolah yang terhubung, tempat anak-anak dapat memiliki kesempatan untuk menikmati pemandangan pohon, bunga, dan herba dengan santai, serta diajarkan untuk menghargainya”.
Seabad kemudian, Jean Jacques Rousseau (1712-1771) menggambarkan tentang cacatnya Pendidikan dalam anak yang mengajarkan “tentang” benda-benda dan bukan tentang benda-benda itu sendiri.
Katanya, “Anda pikir mengajarkan seperti apa dunia ini; itu hanya belajar peta.” Rousseau kemudian memberi cara lain agar para guru lebih menekankan alam sebagai media pembelajaran dengan pandangannya bahwa alam adalah guru terbesar bagi anak dan “pengetahuan tentang alam berfungsi sebagai dasar untuk pembelajarannya di kemudian hari.”[]
Penulis: Gita Pradina
Admin” Fadhil Azzam
Praktik Berkebun di Sekolah Samin Odesa