KE TEBING KOSMO BATU TEMPLEK PASIR IMPUN 30 SEPTEMBER 2018.
Apa artinya alam subur dan elok jika hidup mereka jorok dan mengundang olok-olok?
Inilah kenyataan yang sering kita hadapi. Alam Indonesia itu elok menawan,lalu orang mudah berucap, “ dibangun wisata,” termasuk di Curug Batu Templek, Pasir Impun Desa Cikadut Kecamatan Cimenyan Kab.Bandung (3 Km, Sebelah Utara Lapas Sukamiskin) ini. Tiga tahun lalu, ketika kami berkumpul dan satu tahun kemudian membangun gerakan Odesa Indonesia, kami berpikir alam ini harus dikelola. Siapa yang mengelola?
VIDEO BATU TEMPLEK PASIR IMPUN Tebing Kosmo
Di sini agaknya kami berbeda padangan dari kebanyakan orang kota yang hilir mudik menaksir Curug Batu templek sebagai wisata yang orientasinya sebatas mengelola alamnya saja. Kami berbeda karena yang seharusnya mengelola itu sumber daya lokal. Mengelola, tentu maksudnya bukan semata mengurus parkir, membangun infrastruktur, atau membuat event semata, melainkan harus mahir memproduksi barang-barang ekonomi seperti pangan dan kerajinan agar memberi manfaat kepada banyak orang. Apa artinya membangun wisata kalau ujung-ujungnya yang dijual adalah produk olahan pabrik besar, rakyat kecil hanya jadi agen dengan laba minim dan sampah plastik merusak lingkungan perdesaan.
Kami melihat kehidupan lingkungan sekitarnya juga. Ada ribuan keluarga petani kecil di jarak 1 hingga 4 km yang hidup dalam situasi pra-sejahtera (sangat miskin). Anak-anak mereka pendidikannya terbelakang. Kehidupan petani memelas karena kemiskinannya. Rumah tangga tidak sehat dalam urusan pangan, air dan kami juga melihat masyarakat yang kurang sehat dalam urusan sosial.
Belum lagi pada sisi lingkungan. Kali yang mengalirkan air ke Curug Batu Templek itu memang indah menawan. Saat airnya putih berkilatan mengalir eksotik. Saat musim hujan air mengalir lebih besar kecoklatan, juga tetap menarik orang untuk berpose diri di depan tebing yang menurut Seniman Herry Dim sangat pas disebut Tebing Kosmo (terhubung dengan gagasan Kosmogoni Sunda).
Kami harus bertindak setahap demi setahap. Tahapan yang baik dimulai dari mengurus manusia. Sebab apa artinya Sumber Daya Alam yang baik kalau tidak memiliki Sumber Daya Manusia yang baik? Semua bisa mubazir.
Pertama-tama lingkungan harus disehatkan. Aliran kali Cisanggarung yang mengalirkan air ke Batu Templek telah lama kumuh. Banyak sampah dan tinja mengalir dari warga perbukitan. Dua tahun lalu kami memimpikan masyarakat sekitarnya mulai bersih. Air kali harus bersih dari tinja. Jangan lagi masyarakat Sentak Dulang (berjarak 1 km dari atas Batu Templek) membuang hajat ke kali. Jangan lagi masyarakat Cisanggarung (berjarak 500 meter) membuang saluran air tinja ke kali itu. Jangan lagi masyarakat membuang sampah di kali. Lumpur yang mengalir ke Kota Bandung sebagian turun dari kali ini juga, sebagian besar dari bukit sebelah. Ini adalah bagian dari problem Kawasan Bandung Utara (KBU) yang telah (di) rusak oleh kita dan pemerintah tidak punya kebijakan yang jelas dalam mengurus kehidupan sosial masyarakatnya.
Setahap demi setahap kami usahakan perbaikan. Agen perbaikan adalah masyarakat itu sendiri. Kami hanya mendampingi. Maka, ketika teman karyawan dari Kantor Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan Kanwil Jawa Barat berempati terhadap masalah ini, mereka mengumpulkan iuran untuk membangun satu sarana Mandi, Cuci Kakus (MCK) di Cisanggarung tahun 2017 lalu. Ini adalah langkah pertama yang membuat kami dan masyarakat bersyukur. Berlanjut kemudian tahun ini, teman-teman dari RCTI tertarik untuk memperbaiki wisata. Saya tidak mengajak mereka untuk membangun infrastruktur fokus pada objek wisata saja, melainkan mengarahkan agar membenahi masalah-masalah di atas.
Dibangunlah infrastruktrur non wisata berupa saluran air dan sarana MCK di Sentak Dulang dan Cisanggarung, serta juga pembangunan sarana Toilet di Curug Batu Templek itu. Kita mulai berbenah dari sisi air dan kesehatan warga. Dari RCTI, Gabby, Dipo, Trisno, Fauziah berusaha maksimal memberikan yang terbaik untuk perbaikan masyarakat. Urusan syuting adalah pekerjaan. Urusan kegiatan sosial adalah tanggungjawab kemanusiaan. Dan ini sekarang mewujud.
Ketika warga Sentak Dulang saat ini kekeringan air dan jarang mandi, sebagian anak-anak kudisen, mereka mulai mendapatkan air bersih dari pembangunan pengaliran air berjarak 3 Km. Biaya cukup besar tetapi itu semua strategis dan akan mengubah keadaan terendah kehidupan masyarakat menjadi lebih tinggi karena ketersediaan air. Mereka akan lebih mudah mencuci piring, mencuci pakaian, mengonsumsi air lebih bersih, dan tentu saja lebih mudah menjalankan ibadah dengan ketersediaan air itu. Semoga Tuhan memberkati semua yang terlibat dalam urusan ini.
Tindakan sosial kita tidak akan sia-sia untuk sekarang dan mendatang karena masyarakat merasakan manfaat. Di luar urusan kesejahteraan air, kami melihat kawasan Pasir Impun hingga kampung-kampung lain sampai ke pinggir hutan Arcamanik itu terlihat rendahnya kesejahteraan ekonomi. Odesa Indonesia telah menjalankan banyak kegiatan ekonomi pertanian. Dan ini sangat menarik. Tanaman-tanaman baru seperti kelor, sorgum, hanjeli, gingseng jawa, mulai marak berkembang. Semua untuk tujuan penghasil gizi keluarga dan selebihnya meningkatkan pendapatan ekonomi keluarga pra-sejahtera (sangat miskin).
Memperbaiki masyarakat apalagi yang hidup pada masalah level dasar seperti kekurangan air, kekurangan ekonomi dan lemah pendidikan memang tidak cukup dengan kegiatan sporadis dengan event. Tidak selesai setelah urusan MCK dan Air memenuhi kebutuhan dasar hidup mereka. Kami sadar butuh waktu yang panjang untuk ini.
Dan sambil proses ini, mari kita lihat bersama pada kegiatan pada Minggu 30 September 2018 dan 14 Oktober 2018 nanti. Pasar rakyat kami buka untuk sebuah agenda pendidikan kewargaan dalam bidang ekonomi, yang tentu akan bermakna secara sosial, pertemuan warga desa dengan warga perkotaan dalam minggu pagi yang segar. Kita akan bersua bersama, makan sumber pangan bergizi seperti Kelor, Sorgum, Hanjeli, dan lain sebagainya. []
Pantau informasinya di https://odesa.id