Jelang Lebaran, Petani Cikadut Panen Kelor

Panen Kelor Bagian Penting dari Kemajuan Masyarakat

Panen Kelor mulai banyak di Cikadut Cimenyan. Dirintis sejak 2016, sekarang kelor banyak dikonsumsi warga Cikadut Bandung.

Empat hari menjelang lebaran 2020, Roni Setiawan (40 tahun) bersama keluarganya menyempatkan mengurus kebun kelornya. Panen kelor di musim Corona ini juga dilakukan oleh belasan petani lain di Cikadut dan Desa Mekarmanik Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung.

Roni dengan 4 saudarnya memanen Kelor karena ada keinginan untuk berbagi kepada tetangganya agar bisa mendapatkan daun kelor sebagai sumber gizi di tengah musim pandemi covid-19. Lokasi ladang pertanian Roni di perbukitan Desa Cikadut bagian utara, berjarak 3 km dari Kuburan Corona Cikadut Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung.

Jual Bibit kelor dan Teh Kelor Bandung

Para Petani sudah memahami nilai kelor sebagai gizi sehingga banyak petani di Cikadut mulai terbiasa mengonsumsi kelor. Mengonsumsi sayuran atau teh kering daun kelor benar-benar dirasakan manfaat gizinya dengan indikasi kebugaran badan.

“Saya sudah mulai menanam satu tahun lalu. Secara bertahap sering panen. Pihak Yayasan mendorong saya untuk mengonsumsi rutin, berbagi bibit dan hasil panen kepada saudara dan tetangga, dan selebihnya dijual ke Yayasan untuk diolah menjadi teh daun kelor,” kata Roni.

Tanaman bernama latin Moringa Oleifera dikembangkan oleh Yayasan Odesa Indonesia dengan melibatkan ribuan petani di Kawasan Bandung Utara tersebut bertujuan memperkuat gizi, meningkatkan ekonomi dan juga sebagai agenda penyelamatan lahan dari erosi. Menurut Roni, bertani kelor itu memiliki keunggulan karena bisa memanen secara rutin. Sekalipun setiap pohon bisa dipanen rutin dalam masa 35 hari, namun perbedaan usia daunnnya memungkinkan Roni memanen setiap pekan. “Kelor itu sekali tanam panen seterusnya,” katanya.

Yayasan Odesa Indonesia meletakkan kelor sebagai sumber penting gizi sehingga terus memacu gerakan budidaya kelor di kalangan para petani. Roni menjadi salahsatu contoh pentingnya teladan pengembangan pertanian penghasil gizi dan penyelamatan lingkungan. Dengan menanam kelor, keluarga petani akan mendapatkan gizi yang melimpah dan lahan yang ditanami kelor tertolong dari bencana erosi karena kelor adalah tanaman sayuran dengan batang kayu yang kokoh dan besar.

Warga Bisa Memasak Kelor

Panen Kelor
Petani Cikadut Bandung mulai banyak yang rutin mengonsumsi kelor karena merasakan manfaatnya secara nyata. Makanan tradisional daun segar atau Teh Daun kering lebih dianjurkan karena nilai gizinya ketimbang olahan beruba serbuk yang banyak merusak vitamin dan mineral.

Kegiatan Yayasan Odesa Indonesia dalam memajukan pertanian di Kawasan Bandung Utara selama masa 3 tahun telah meluaskan tanaman kelor hingga pada tujuh desa di Kecamatan Cimenyan dan beberapa desa di daerah lain. Selain kelor, Yayasan Odesa Indonesia juga menyertakan tanaman penghasil gizi lain seperti sorgum, hanjeli, daun afrika dan bunga telang.

Pendamping Ekonomi Pertanian Odesa Indonesia, Basuki Suhardiman, menyatakan sudah lebih membagikan 12 ribu bibit kelor kepada 4.358 petani untuk ditanam di pekarangan masing-masing. Selain tanam di pekarangan, terdapat 76 petani yang sudah mulai mengembangkan kelor untuk tanam tumpang sari di ladangnya. Terdapat 12 pembibit yang menyediakan bibit untuk kebutuhan tanam. Dan terdapat 16 petani yang sudah menanam dengan sistem intensif di area ladang.

“Pertanian yang berdaya guna adalah pertanian yang berbasis ilmu pengetahuan. Banyak sumber pangan kita yang baik untuk menjawab problem gizi, dan juga bisa menjadi solusi baru ekonomi. Kelor merupakan salahsatu tanaman yang penting dalam gerakan perbaikan kualitas manusia Indonesia di desa-desa,” Kata Basuki.[]

Kelor dan Ekonomi Inklusif

Manfaat Bunga Kelor

Keranjang Belanja