Pernikahan adalah salah satu tahapan penting dalam kehidupan manusia. Dilansir dari Website Resmi Sekretariat Kabinet Republik Indonesia, Pasal 7 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 ayat (1), menyatakan bahwa perkawinan diizinkan ketika jika pihak pria sudah mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 (enam belas) tahun.
Namun, United Nations Children’s Fund (UNICEF) 2023, menyatakan bahwa Indonesia telah menempati posisi empat dalam perkawinan anak dengan banyaknya kasus sejumlah 25,53 juta (School Media News, 2023).
Padahal ketika pernikahan terjadi pada usia yang terlalu muda, banyak dampak yang mungkin tidak terduga dapat muncul.
Pernikahan dini, yang biasanya terjadi pada usia remaja atau awal dewasa, dapat memiliki implikasi jangka panjang yang signifikan bagi individu dan masyarakat secara keseluruhan. Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi dampak dari pernikahan dini yang perlu dipahami.
7 Dampak Pernikahan Dini:
1. Dampak Pendidikan
Salah satu dampak utama pernikahan dini adalah gangguan terhadap pendidikan. Remaja yang menikah cenderung menghentikan pendidikan mereka atau mengalami penurunan kinerja akademis karena harus menghadapi tanggung jawab baru sebagai pasangan suami istri.
Hal ini dapat menghambat kemungkinan mereka untuk mencapai tingkat pendidikan yang lebih tinggi dan membatasi peluang karir di masa depan. Dengan kurangnya pendidikan formal, mereka mungkin menghadapi kesulitan finansial yang lebih besar dan terjebak dalam lingkaran kemiskinan.
2. Dampak Kesehatan
Pernikahan dini juga dapat memiliki dampak negatif pada kesehatan fisik dan mental individu. Remaja yang menikah pada usia muda sering kali belum siap secara fisik dan emosional untuk menghadapi tuntutan hubungan perkawinan.
Ini dapat menyebabkan stres yang berkepanjangan, kelelahan, dan bahkan masalah kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan. Selain itu, risiko komplikasi kesehatan yang terkait dengan kehamilan pada usia muda juga meningkat, termasuk risiko tinggi kelahiran prematur dan bayi dengan berat badan rendah.
3. Dampak Sosial dan Emosional
Pernikahan dini sering kali menghadirkan tantangan sosial dan emosional yang signifikan bagi pasangan muda. Mereka mungkin belum memiliki keterampilan komunikasi dan penyelesaian konflik yang matang, yang dapat menyebabkan ketegangan dalam hubungan mereka.
Selain itu, karena mereka masih berkembang sebagai individu, mereka mungkin merasa terkekang oleh komitmen perkawinan yang besar dan merasa kehilangan kesempatan untuk eksplorasi diri dan pengembangan pribadi.
4. Dampak Ekonomi
Pernikahan dini juga dapat memiliki dampak ekonomi yang signifikan, terutama jika pasangan tersebut belum mapan secara finansial. Remaja yang menikah mungkin belum memiliki keterampilan atau pendidikan yang cukup untuk mendapatkan pekerjaan yang stabil dan berpenghasilan tinggi.
Ini dapat mengakibatkan ketergantungan pada dukungan finansial orang tua atau bahkan kemiskinan. Selain itu, biaya yang terkait dengan pernikahan dan membentuk sebuah keluarga dapat menempatkan tekanan tambahan pada pasangan muda, terutama jika mereka tidak memiliki sumber daya yang cukup.
5. Dampak pada Keluarga dan Masyarakat
Pernikahan dini juga memiliki dampak yang lebih luas pada keluarga dan masyarakat secara keseluruhan. Keluarga yang memiliki anggota yang menikah pada usia muda mungkin menghadapi tekanan tambahan baik secara finansial maupun emosional.
Masyarakat juga mungkin menghadapi konsekuensi dari tingkat perceraian yang lebih tinggi di kalangan pasangan yang menikah pada usia muda, yang dapat mengganggu stabilitas sosial dan ekonomi.
Selain itu, pernikahan dini juga dapat menyebabkan peningkatan angka kelahiran pada usia muda, yang dapat memperburuk masalah seperti kemiskinan dan kurangnya akses terhadap layanan kesehatan yang berkualitas.
6. Penyimpangan Sosial dan Kultural
Dalam beberapa masyarakat, pernikahan dini dapat dilihat sebagai norma atau tradisi yang diperlukan. Namun, hal ini dapat mengakibatkan penyimpangan sosial dan kultural yang berpotensi merugikan individu, terutama perempuan.
Pernikahan dini sering kali terkait dengan praktik seperti pernikahan paksa atau anak di bawah umur, yang melanggar Hak Asasi Manusia (HAM) dan membatasi kesempatan perempuan untuk mencapai potensi penuh mereka dalam pendidikan, karir, dan kehidupan sosial.
7. Dampak Jangka Panjang
Dampak pernikahan dini tidak hanya terjadi pada periode awal pernikahan, tetapi juga dapat berlanjut hingga jangka panjang. Pasangan yang menikah pada usia muda mungkin menghadapi kesulitan dalam mempertahankan hubungan yang stabil dan membangun keluarga yang sehat.
Selain itu, masalah seperti perceraian, kekerasan dalam rumah tangga, dan ketergantungan pada dukungan sosial atau pemerintah juga dapat muncul di kemudian hari sebagai akibat langsung dari pernikahan dini.
Pernikahan dini dapat memiliki dampak yang kompleks bagi individu dan orang-orang sekitar seperti keluarga, dan masyarakat secara keseluruhan.
Dengan menyadari risiko dan konsekuensi dari pernikahan pada usia muda, penting bagi masyarakat untuk mempromosikan pendidikan tentang hubungan sehat, kesehatan reproduksi, dan kesetaraan gender.
Selain itu, dukungan yang lebih besar diperlukan untuk memberdayakan remaja dengan pengetahuan, keterampilan, dan sumber daya yang mereka butuhkan untuk membuat pilihan yang tepat untuk masa depan mereka. Dengan demikian, kita dapat mengurangi prevalensi pernikahan dini dan menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan berkelanjutan bagi semua individu.
Baca juga:
https://odesa.id/melek-pendidikan-untuk-menekan-angka-pernikahan-dini/
https://odesa.id/akibat-perkawinan-dini/
https://odesa.id/dampak-melahirkan-bayi-saat-organ-reproduksi-belum-matang/
Penulis: Ni Made Florentina
Admin: Alma Maulida