PENGABDIAN AKTIVIS PEREMPUAN LITERASI
-Sosok Harti Tsaeni-
Menjadi aktivis adalah cara terbaik memanfaatkan waktu dan energi.
Terlebih lagi pada diri anak muda yang punya banyak energi dan waktu, tentu akan bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat.
Hal tersebut dirasakan benar oleh Harti Tseni (25 tahun) yang sejak tahun 2017 hingga 2023 menjadi pegiat sukarelawan di Yayasan Odesa Indonesia.
Selama kurun waktu panjang itu, Harti bersama belasan temannya dari lintas kampus aktif mengajar anak-anak desa di kampung-kampung petani Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung.
Alumni Sastra Inggris Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung yang kini bekerja sebagai guru di SMK Pasundan 2 Banjaran sebagai guru Bahasa Inggris itu mengambil peran sebagai relawan literasi dengan menjadi fasilitator mengajar anak-anak desa yang terbelakang pendidikannya.
Setiap hari minggu ia lupakan kegiatan liburan. Bahkan tak jarang pada hari sabtu atau waktu luang lain, ia juga bergiat kegiatan pendampingan pertanian, pendampingan sanitasi dan amal sosial melayani fakir miskin.
“Saya merasa penting memanfaatkan waktu saat kuliah. Bahkan sekarang saat saya sudah bekerja pun masih ingin saya lakukan.
Paling tidak sebulan satu kali saya tetap aktif di Odesa Indonesia. Saya lakukan itu karena saya merasakan manfaatnya,” katanya kepada Sitrus, Minggu 2 Desember 2023.
Awal mula masuk Odesa karena diberitahu oleh Seniornya di Organisasi Unit Kegiatan Mahasiswa ‘’Lembaga Pembinaan Bahasa’’ (LPB). Khoiril Anwar, Bendahara Odesa Indonesia adalah orang yang menariknya aktif.
Saat itu Harti masih semester III. Saat itu ia tertarik dan langsung ingin mencoba. Bersama Khoiril dan beberapa teman lainnya, Harti pun tertarik aktif di Odesa.
“Saya melihat anak-anak desa itu sangat tertinggal dan butuh perhatian terutama dalam pendidikan.
Saya ingat anak-anak di kampung saya yang tidak mendapatkan pendidikan secara memadai itu pada akhirnya masa depannya suram.
Semaksimal mungkin saya harus tetap mengajar dan saya juga mengajak banyak teman untuk ikut sama-sama terlibat,” kenang Harti.
Harti adalah relawan Literasi Angkatan pertama di Odesa Indonesia. Di situlah ia ikut membidani lahirnya aktivitas kegiatan Literasi Sekolah Samin, singkatan dari Sekolah Sabtu Minggu.
Gerbong kecil dengan melibatkan 12 relawan dari kalangan mahasiswa pun berjalan berkelanjutan. Banyak teman-temannya dari Kampus UIN Sunan Gunung Djati yang kemudian mengikuti.
Sampai kemudian klub literasi Sekolah Samin digelar di 7 kampung perbukitan Bandung Utara.
Berlanjut kemudian, sampai tahun 2023, lokasi kegiatan Literasi Sekolah Samin bertambah menjadi 13 kampung dengan melibatkan 25 relawan literasi.
Gerakan Literasi tersebut diisi oleh muda-mudi usia antara 20 hingga 27 tahun dari lintas kampus di Bandung seperti dari UIN Sunan Gunung Djati, ITB, UNPAD, UNPAS, UPI, UNISBA, Widyatama, UNINUS, dan lain sebagainya.
Bagi Harti, menjadi aktivis literasi adalah ideal karena menurutnya pendidikan merupakan strategi yang paling mendasar untuk menjawab problem hidup orang-orang miskin dan terbelakang.
Dengan visi memajukan pendidikan anak-anak desa itu, secara rutin setiap pekan Harti memberikan materi-materi pembelajaran tentang karakter kemanusiaan dan ekologi.
Ia pun gigih mendidik anak agar memiliki cita-cita yang lebih tinggi. Bagi Harti, berliterasi harus konkret dan kontekstual. Karena itu ia pun mengutamakan kurikulum yang laras dengan kehidupan anak-anak buruh tani di Cimenyan.
“Mengatasi orang miskin itu bisa dengan banyak hal. Tetapi jangan lupa urusan pendidikan. Sekalipun bersifat jangka panjang, tetapi itulah yang paling berdampak,” paparnya.
Pandangan Harti tersebut disokong oleh para seniornya, pengurus Odesa Indonesia yang terus mendorong anak-anak muda dari Kota Bandung untuk menjadi aktivis.
Pengurus Odesa Indonesia memberikan jalan agar kaum muda yang ingin menjadi aktivis tidak sekadar bisa berdemonstrasi teriak-teriak di jalan.
Faiz Manshur, Ketua Yayasan Odesa Indonesia mengatakan, tugas menjadi aktivis itu harus mengarah sebagai orang pergerakan.
Sebab menurutnya, kalau sekadar menjadi aktivis itu cukup teriak di jalan pun bisa disebut aktivis. Lain kalau jadi orang pergerakan, seseorang harus kuat dalam aksi sekaligus kuat dalam gagasan.
“Tugas aktivis itu berpikir dan bekerja dalam satu kesatuan. Selain kuat dalam aksi lapangan harus punya visi, itu artinya harus punya mental intelektual, itu artinya harus banyak membaca dan mahir menulis.
Dan orang pergerakan itu selamanya bisa mengambil peran sosial di masyarakat tak peduli punya jabatan atau tidak.
Tak peduli tinggal di manapun dan tak peduli dengan keadaan status sosial dan ekonominya seperti apa,” kata Faiz Manshur.
Penguatan Empati
Bertahun-tahun mendapatkan kesempatan menggembleng diri di Odesa Indonesia, Harti merasakan empatinya menguat.
Sumber kekuatan empati, selain ia dapatkan dari keterlibatan sosialnya melayani orang-orang yang hidup sengsara, juga didapatkan dari pengetahuan sains dari beragam literatur dan diskusi.
“Saya mendapatkan motivasi kerja empati dari para pengurus Odesa. Tradisi kami bersandar dari tiga hal, praktik, diskusi dan membaca. Dengan itu saya merasa lebih peka dan lebih tahu cara untuk sebuah kepedulian terhadap orang-orang yang hidupnya mengalami kesusahan di kalangan keluarga buruh-tani,” kata Harti.
Selain empati, Harti mendapatkan tiga hal lain dari aktivitasnya bersama Odesa Indonesia, yaitu kepemimpinan, kerjasama atau gotong-royong dan kebersamaan atau solidaritas sosial.
Dalam hal kepemimpinan Harti mendapatkan bahwa seseorang harus punya kerelaan menolong pada orang lain.
Beragam latar belakang pengurus Odesa Indonesia menjadikan Harti Sadar untuk memahami ragam perbedaan pemikiran dan dari situlah tumbuh sikap untuk selalu berinisiatif mengambil peran diri di tengah keragaman orang.
Dalam hal kerjasama, Harti merasakan manfaat besar bahwa satu individu dengan individu lain mesti saling percaya untuk sebuah tindakan.
Menjaga kepercayaan dan bertanggungjawab atas beban yang diberikan adalah sesuatu yang sangat penting untuk tercapainya keberlangsungan kegiatan.
Dengan kerjasama yang baik, kolektif seperti Odesa Indonesia menurutnya bisa mendapatkan kepercayaan dari berbagai pihak, bahkan yang tidak mengenal sebelumnya.
Sedangkan dalam hal kebersamaan, Odesa Indonesia juga dikenal sangat menonjol karena banyak orang dan bahkan antar kelompok bisa mengambil pilihan-pilihan kegiatan tanpa pernah konflik.
“Kompak dan saling percaya satu sama lain tanpa harus saling ketemu adalah watak dari Odesa,” kata Harti. [Siti Rusidah]
Kisah Relawan Pendidikan Odesa Indonesia