Empati Kognitif: Sebuah Pendekatan Mengatasi Kemiskinan

Dalam landasan Teori Empati Kognitif, pemahaman dan reaksi terhadap kondisi emosional orang lain menjadi pusat perhatian. Mengapa demikian? Sebab empati bukan hanya sekadar merasakan apa yang dirasakan orang lain, tetapi juga memahami secara kognitif sudut pandang dan pengalaman mereka.

Empati kemiskinan
Empati Kognitif Sebuah Pendekatan dalam Mengatasi Kemiskinan diterapkan oleh Odesa Indonesia.

Empati kognitif perlu menjadi perhatian kita karena di dalamnya memuat kedalaman dalam memahami kehidupan orang lain. Ia memasuki dimensi mental yang lebih komplet dibanding dengan empati jenis afektif yang sebatas bersinggungan dengan emosi dan juga lebih mendalam dari empati jenis somatik yang sebatas bersinggungan dengan perasaan dari sisi fisik seperti rasa sakit.

Empati kognitif ini juga paling mungkin untuk kita tarik dalam dimensi gerakan sosial seperti filantropi. Kegiatan filantropi dengan pendekatan empati kognitif sebagaimana yang dipraktikkan oleh Yayasan Odesa Indonesia di Bandung inilah yang kemudian bisa mengurai problem kemiskinan masyarakat.

Empati Kognitif: Menyelami Perspektif Orang Lain

Teori Empati Kognitif menekankan pentingnya memahami emosi dan pikiran orang lain dengan lebih dalam. Ketika seseorang mampu memahami perspektif emosi orang lain, ia dapat merasakan empati yang lebih mendalam dan mampu merespons dengan tindakan yang lebih tepat dan efektif. 

Dalam konteks bersedekah misalnya, teori ini memberikan pernyataan bahwa empati dapat melibatkan pemahaman dan pengenalan saat donasi. Hal ini memungkinkan kita bisa memberikan donasi yang lebih sesuai dan bermanfaat. Dengan upaya itu, empati merupakan fondasi dari filantropi yang efektif. 

Filantropi: Tindakan Nyata dari Empati Kognitif

Filantropi adalah ekspresi konkret dari empati yang kita rasakan. Melalui filantropi, kita mengubah empati menjadi tindakan nyata untuk membantu mereka yang membutuhkan.

Inisiatif filantropis, seperti yang dilakukan oleh berbagai lembaga dan individu, memberikan bantuan yang sangat dibutuhkan dalam bentuk sumber daya, pendidikan, akses kesehatan, dan pelatihan keterampilan untuk memerangi permasalahan kemiskinan di lingkungan masyarakat.

Dampak Empati dan Filantropi dalam Mengatasi Kemiskinan

Seperti yang kita ketahui bersama, kemiskinan merupakan salah satu tantangan serius yang ada Indonesia. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia, tingkat kemiskinan di Indonesia masih perlu untuk diselesaikan.

Persentase penduduk miskin pada Maret 2023 sebesar 9,36 persen, menurun 0,21 persen poin terhadap September 2022 dan menurun 0,18 persen poin terhadap Maret 2022 (BPS, 2023).

Walaupun demikian, presentase ini sudah menunjukkan penurunan dari tahun sebelumnya, namun kemiskinan tetap menjadi masalah yang memerlukan perhatian serius karena akar permasalahan kemiskinan dapat berdampak kepada aspek bidang lainnya, seperti ketimpangan sosial, ketidaksetaraan akses terhadap layanan dasar, ekonomi dan lain-lainnya.

Teori Empati Kognitif yang memandang bahwa empati yang didasarkan pada pemahaman kognitif akan membawa dampak yang lebih besar.

Dengan melihat realitas kemiskinan dari sudut pandang yang lebih dalam, antara individu dan organisasi, filantropis dapat merancang program-program yang lebih sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang terpinggirkan.

Organisasi Odesa Indonesia sampai saat ini, juga menggunakan emphaty cognitive dalam melakukan empati dan filantropi di masyarakat. Inem: Gerakan Indonesia Empathize

Berempati Kepada Fakir Miskin Odesa
Empati Kognitif menjadi bagian gerakan sosial Odesa.

Para pegiat Odesa baik di jajaran kepengurusan maupun para relawan memahami bahwa untuk benar-benar membantu mereka yang mengalami kemiskinan, penting untuk memahami dan merasakan apa yang mereka alami, yaitu perasaan (emosional) dan pengalaman.

Dengan membangun hubungan emosional dan memahami situasi mereka, Odesa Indonesia tentunya dapat memberikan bantuan yang sesuai, tepat sasaran, efektif dan memungkinkan dapat berkelanjutan.

Odesa Indonesia tak hanya terbatas menerapkan empati, tetapi juga bertindak nyata  (filantropi) dalam memberikan solusi bagi masalah kemiskinan.

Melalui program-program pembangunan masyarakat, bantuan pendidikan, akses kesehatan, dan pelatihan keterampilan, Odesa Indonesia memberdayakan individu dan komunitas untuk melawan siklus kemiskinan.

Kemiskinan dan Empati dalam Gerakan Sosial

Filantropi Odesa Indonesia Mengatasi Kemiskinan

“Berangkat dari akar falsafah cinta kepada manusia, maka unsur empati itulah yang kita jadikan esensi dalam tindakan” kata Faiz Mashur, Ketua Odesa Indonesia, dilansir dari Koran Gala (2/09/2022).

Faiz Manshur mendorong seluruh pengurus dan relawan Odesa Indonesa untuk membumikan empati melalui gerakan filantropi dalam biduk gerakan sosial, bukan sekadar bakti sosial. 

Gerakan sosial yang diterapkan Odesa Indonesia ini bepijak pada usaha pemajuan masyarakat yang terbelakang ke arah yang lebih maju. Bergerak mengatasi kemiskinan dengan pendekatan yang tepat sesuai dengan keadaan problem di masing-masing individu atau situasi lokal.

Penerapan gerakan sosial ini juga melihat unsur waktu dengan memberikan pada tiga target untuk menghasilkan manfaat, yakni  jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.

Seperti yang sudah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya, jika kita hendak membantu orang lain dengan empati (perasaan (emosi) dan pengalaman) maka akan memberikan dampak filantropi yang tepat sasaran, efektif dan memungkinkan berkelanjutan.

Gerakan sosial merupakan salah satu gerakan perubahan yang berkelanjutan, sebagaimana gerakan sosial merupakan bukti cinta kepada manusia yang mengutamakan adanya perubahan. (Annisa)

Editor: Ni Made Florentina

 Baca Esai Faiz Manshur Terkait Empati: Berbuat Baik dengan Cara yang baik

Pengertian Empati dan Manfaatnya

Empati Sebagai Cara Survive Manusia

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Keranjang Belanja