Manfaat Hutan yang Perlu dipahami Para Aktivis
Mengenal hutan menjadi bagian penting dalam gerakan sosial. Terutama untuk para relawan, Odesa Indonesia, perlu memahami hutan dengan sudut pandang yang terbaik; yang ilmiah sekaligus berempati.
Ada empat alasan mengapa hutan harus dipahami oleh kita, terutama para relawan pegiat gerakan sosial.
- Manfaat hutan sangat besar dan menentukan survival hidup petani karena di dalamnya memiliki nilai ekonomi
- Manfaat Hutan juga menyangkut kehidupan jutaan orang di planet bumi karena dari ekologi dan ekosistem di dalam hutan memberikan berkah besar bagi produksi oksigen dan air.
- Manfaat Hutan sangat besar bagi perkembangan ilmu pengetahuan manusia. Di dalamnya terdapat anekaragam habitat makhluk hidup yang berguna bagi beragam ilmu meliputi tiga bidang utama hidup manusia, yaitu Sains, Filsafat dan Humaniora.
- Manfaat hutan sangat besar karena ia merupakan tempat penting di mana kita semestinya hidup bersama pohon. Tanpa pohon, kita seperti tinggal di planet lain. Kekurangan pohon berarti kekurangan kenyamanan dan bahkan menimbulkan bahaya yang berantai.
Hari sabtu, 21 Oktober 2023 lalu berangkatlah 17 orang, terdiri dari pengurus, petani dan relawan Odesa Indonesia. Peserta kali ini lebih banyak dari tahun sebelumnya. Pemimpin rombongan adalah Mang Toha dan Yayan Hadian.
Nama-nama peserta yang ikut ke hutan adalah Rana, Hamid, Dchelvin, Fadhil, Daus, Sitrus, Diska, Yumna, Hakim, Virza, Faiz Manshur, Yuliani Liputo, Siti Nur Aryani, Toha, Jajang, Edi Laish dan Agus Salim.
Pagi jam 08.30, rombongan kumpul di Pasir Impun Desa Cikadut Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung.
Semua peserta rombongan berangkat dengan kendaraan bermotor menuju pintu hutan Arcamanik melalui pintu masuk di sebelah utara kampung Pondok Buah Batu Desa Mekarmanik Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung.
Rombongan berjalan kaki menuju puncak Patahan Lembang. Situasi musim kemarau memperlihatkan keadaan hutan tanpak lesu, dedaunan penuh debu, sedikit rumput yang tampak.
Berjalan kaki sejauh 3,5 km, pepohonan pinus dan tanaman kopi tampak dominan.
Selain itu juga mulai terlihat tanaman-tanaman buah yang oleh Yayasan Odesa Indonesia dibagikan kepada petani pada tahun kegiatan amal bibit, 2019,2020,2021, dan 2022 lalu.
Banyak petani dari kampung Pondok Buah Batu, Tareptep, Waas, Parabonan dan Cikawari yang menerima bantuan bibit tanaman buah dan dianjurkan ditanam di hutan. Beberapa pohon yang tampak adalah nangka, sirsak, durian, jengkol dan pete.
Berjalan kaki sekitar 1 jam, sampailah rombongan Odesa Indonesia ke tempat yang dituju, yaitu Patahan Lembang, sebuah lokasi penanda tentang adanya keretakan bumi yang harus menjadi perhatian masyarakat untuk waspada gempa.
Di puncak bukit berketinggian 1.550 meter dari permukaan laut itu, tampak hamparan langit yang cerah. Di sebelah utara Maribaya itu tampak terlihat jelas rumah-rumah penduduk dan lahan pertanian.
Panorama alam agraris yang sedang berubah menjadi Kawasan hunian model perkotaan terlihat jelas. Tampak jelas di sana, ribuan bangunan yang menonjol bukan lagi rumah hunian keluarga, tetapi lebih menunjukkan bangunan-bangunan sewa, seperti hotel, villa, taman wisata dan lain sebagainya.
Jika kita pernah melihat situasi ini pada 5 tahun sebelumnya, kita akan melibat betapa jelas perbedaan itu. Situasi perubahan yang begitu cepat di mana hunian warga kota banyak bermunculan di Kawasan ini, sementara di sisi lain juga menunjukkan semakin berkurangnya lahan pertanian.
Pada kawasan tanah-tanah yang kosong dari pepohonan, terlihat bangunan baru bermunculan dalam bentuk villa, sementara pada keadaan perkampungan lama semakin terlihat kepadatan hunian.
Dari Hutan Arcamanik ini kita bisa melihat keadaan sosiologis masyarakat yang sedang berubah cepat. Sementara dari internal hutan Arcamanik sendiri, terdapat banyak perubahan. Sebagian besar perubahan itu buruk.
Hutan Arcamanik mayoritas diisi pohon pinus itu adalah sebuah rekayasa, di mana dulu banyak tanaman pohon beranekaragam hilang diganti pinus.
Penyeragaman tanaman ini menyebabkan turunnya nilai ekosistem. Kenakeragaman hayati yang berkurang menyebabkan situasi hutan monoton, satwa berkurang, dan tanah pun tidak memperlihatkan kesuburan yang baik.
Munculnya tanaman kopi menjadi bagian yang menambah jumlah tanaman, tetapi disertai dengan kegiatan penebangan (mengurangi) jumlah pepohonan dan tidak menggantinya segera terlihat jelas di banyak tempat di hutan ini.
Beberakali kali saya masuk hutan ini, selalu melihat pohon yang ditebang. Terlihat pula banyak area yang nyari tanpa pohon dalam zona lingkarangan ratusan meter.
Kecenderungan ini terus meluas di bagian-bagian dalam hutan. Sementara kegiatan memasukkan bibit pohon tergolong minim.
Banyak petani di sini yang cenderung pragmatis. Misalnya, ia berhak mengurus lahan hutan dengan catatan tidak menebang pohon, melainkan menambah dengan sistem tanam kopi.
Tetapi pada praktiknya hal itu tidak berjalan baik. Banyak petani sering menebang pohon besar dan tidak segera menggantinya.
Yayasan Odesa Indonesia berusaha terus agar para petani sadar pentingnya pohon. Hilangnya banyak pohon berarti hilangnya tempat pencarian nafkah, termasuk hilangnya sumber air dan hilangnya kesuburan lahan.
Para petani mesti lebih banyak lagi menanam pohon yang orientasinya bukan untuk hasil dari kayu, melainkan buah atau biji.
Dengan banyak tanaman buah seperti nangka, sirsak, sukun, mangga, durian, jambu dan lain sebagainya diharapkan pohon tetap bertahan hidup dan petani mendapatkan sumber pangan subsisten untuk swasembada pangan sekaligus sumber ekonomi dari penjualan.
Paham Hutan dan Aksi Tanam
Selain memahami hutan di bagian puncak, tengah hari, rombongan Odesa Indonesia juga melihat tanaman bambu di bagian lereng hutan Arcamanik. Di sana para relawan mengenal tanaman bambu.
Belajar dari hutan, belajar tentang hakikat hidup yang seimbang dan semestinya.
Dalam memandang sesuatu, kita butuh paradigma yang ilmiah dan empatik.
Ke hutan dengan cara pandang yang tepat memungkinkan kita mendapatkan banyak ilmu dan inspirasi untuk menjadi lebih baik.
Lebih dari sekadar paham, kita mesti melakukan Tindakan nyata untuk memperbaiki keadaan. Sejak tahun 2017 lalu, Yayasan Odesa Indonesia mengusahakan datangnya bibit-bibit agroforestry untuk para petani di sana.
Dengan menanam anekaragam buah-buahan diharapkan para petani menjadi aktor pangan sekaligus aktor ekologi.
Dengan banyaknya buah-buahan, hewan-hewan di sana juga mendapatkan kemakmuran sehingga tidak mencuri sumber pertanian yang digarap petani di daerah pertanian di bawah kaki bukit mekarmanik.
Kita perlu mengumpulkan lebih banyak pohon lagi. Usahakan setiap tahun pada 13 kampung masing-masing petani mendapatkan setidaknya 100 bibit tanaman pohon buah-buahan.
Jika terdapat 780 petani hutan yang sudah terhubung dengan Odesa, maka kita membutuhkan 780.000 bibit buah-buahan.
Jenis-jenis bibit yang bisa tumbuh secara mudah dan diminati petani antara lain:
Sirsak, Jambu Air, Jambu Bol, Jambu biji, jeruk nipis, jeruk lemon, jeruk varigata sunkis, matoa,sukun, durian, manggis, pete, jengkol, dan tanaman penghasil biji berupa bibit kopi arabica, pete dan jengkol [Faiz Manshur]
Tulisan tahun sebelumnya, Memotret Hutan Arcamanik
Yang Sakit dan Meninggal di Tepi Hutan
Kisah Pohon Berbicara Satu Sama Lain