Dialog Publik Malam Tahun Baru Odesa

Malam Tahun Baru 2018, Yayasan Odesa Indonesia akan menggelar serangkaian kegiatan. Diantaranya adalah Dialog Publik bertema “Masa Depan Jawa Barat 2018: Antara Modernisasi dan Keterbelakangan”. Acara yang akan dilaksanakan di Kebun Palem Kawasan Pasir Impun Atas Desa Cikadut, Kecamatan Cimenyan tersebut akan akan menghadirkan narasumber antara lain Prof. Dr. Arief Anshory Yusuf, Basuki Suhardiman, Ir. Didik Harjogi M.Eng, Herry Dim, Darjatmoko, Nashir Budiman, Dr. Hawe Setiawan, Budhiana Kartawijaya, Marzuki Wahid, Ahmad Baiquni.




Pelaksanaan acara akan berlangsung Minggu, 31 Desember 2017, dimulai dari pukul 13:00 hingga malam hari. Pada siang harinya ada juga acara kegiatan kemasyarakatan seperti Kursus Masak bersama Ibu Andini Putri, dan Kursus Menari bersama Penari Ibu Ine Arini. Bagi yang minat hadir bisa menghubungi panitia acara 0852-2050-2937 (Khoiril Anwar)

TOR DIALOG PUBLIK MALAM TAHUN BARU ODESA

Di akhir tahun 2017 ini Yayasan Odesa Indonesia akan membuat forum diskursus tentang persoalan Jawa Barat. Fokus pembicaraannya menyangkut hubungan Manusia dan Negara. Masalah hidup manusia ini secara khusus menjadi perhatian Odesa Indonesia karena selama ini kebanyakan pembicaraan dan juga pembangunan publik terkonsentrasi pada masalah pembangunan fisik/infrastruktur. Kita tidak anti pada pembangunan infrastruktur, tetapi mengabaikan persoalan yang menyangkut hak warga secara langsung tentu bisa menimbulkan persoalan besar bagi bangsa ini.

Odesa Indonesia yang selama 1,5 tahun bergiat aktif mendampingi warga perdesaan di Kawasan Bandung Utara (KBU) melihat bahwa persoalan hak-hak kewargaan dan kewargenegaraan pada masyarakat lapisan bawah (Pra sejahtera/sangat miskin dan Sejahtera I/Miskin) tidak mendapatkan perhatian secara serius dari negara. Ketidakseriusan itu juga sudah mulai dirasakan oleh pemerintah karena misalnya melihat pembangunan desa berjalan massif selama tiga tahun, tetapi angka kemiskinan, indek pembangunan manusia, angka putus sekolah, dan sejumlah persoalan sosial tidak kunjung terlihat signifikan membaik.

Dengan kata lain, pembangunan infrastrutur tidak secara otomatis menyelesaikan masalah-masalah mendasar seperti kemiskinan, rendahnya partisipasi sekolah, perbaikan gizi keluarga petani, produktivitas pertanian, dan seterusnya.

Malam tahun baru barangkali merupakan sebuah waktu yang tepat untuk kita berjumpa bersama. Kami mengundang beberapa teman dari kalangan akademisi dan aktivis yang memiliki perhatian terhadap masalah manusia dan kemanusiaan untuk berembug bersama dengan data-.
Sebagian data yang bisa ditelaah dari persoalan Jawa Barat antara lain:

FAKTA HIDUP WARGA JAWA BARAT:
Data BPS/DINAS SOSIAL JAWA BARAT Tahun 2017 Menyebutkan:
1.083.117 Keluarga Pra Sejahtera (sangat miskin).
7.140.709 Keluarga Sejahtera I (Miskin).
Keluarga Status Fakir Miskin 4.852.520
1.873.861 Pengangguran.
3.095.547 Pekerja Tani Gurem.
16.359.878 Orang BAB Sembarangan.
135.787 Anak terlantar
2.592 Anak nakal
5.935 Korban Narkotika.
6.587Anak Balita Terlantar Jumlahnya
135.787 Anak Terlantar
211.940 Anak Jalanan
Anak Wanita dan Lansia Korban tidak Kekerasan, 260 kasus.
Orang dengan HIV/AIDS/HIV Patient, jumlahnya mencapai 18.106.
Wanita Rawan Sosial Ekonomi 4.852.250.
Penyandang cacat 128.615
Gelandangan dan Pengemis 12.282
Tuna Susila 5.271
2.618.048 unit Rumah Tidak Layak Huni. (Sumber: Bidang Perumahan Dinas Permukiman dan Perumahan Jawa Barat, 2014)

Lebih detail tentang keterbelakangan Manusia Jawa Barat kita bisa lihat dari besarnya putus sekolah.
Pusat data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan menyebutkan, Pada periode 2016/2017 ini, di Jawa Barat terdapat 5.626 siswa SMA putus sekolah. Jumlahnya jauh melampaui Jawa Tengah 2.618 dan Jawa Timur 3.991.

Sementara pada level Pendidikan SMP, terdapat 8.635 siswa SMP yang putus sekolah. Ini jumlahnya sangat besar sekali di Banding Provinsi Jawa Tengah berjumlah 3.673 dan Jawa Timur 4.157. Lebih mengenaskan lagi, pada level pendidikan Sekolah Dasar, angka putus sekolahnya masih mencapai 4.697. di Jawa Tengah 2.205 dan Jawa Timur 1.808.

Tak berhenti di situ, ketika negara kita sedang giat-giatnya mengusahakan lahirnya generasi terampil dalam menyambut lapangan kerja, ternyata, di Jawa Barat angka putus sekolah SMK sangat besar. Jumlahnya mencapai 15.952. Bandingkan dengan Jawa Tengah 10.867 dan Jawa Timur 11.067.

Kemudian kita temukan fakta juga bahwa terdapat 4.756.375 Usia 7 –24 tahun tidak bersekolah.

Memang Provinsi Jawa Barat jumlah penduduknya lebih besar, namun jumlahnya tidak mencapai dua kali lipat dari jumlah penduduk atau jumlah angkatan sekolah di jawa Tengah dan Jawa Timur. Namun kenyataannya, hampir semua angka putus sekolah melampaui duakali lipat dari Jateng dan Jatim. []

Keranjang Belanja