Perihal Kemiskinan dan Strategi Mengatasinya
Setiap kemiskinan adalah fakta ketidakadilan sosial. Adapun penyebabnya bisa bermacam-macam. Mengetahui dengan terjun ke lapangan adalah kata kunci
Setiap kemiskinan adalah fakta ketidakadilan sosial. Adapun penyebabnya bisa bermacam-macam. Mengetahui dengan terjun ke lapangan adalah kata kunci
Kehidupannya di masa lampau penuh kesengsaraan. Bersama istrinya bahu membahu menyusun kehidupan sebagai buruh tani. Sekarang gemar mengabdi kepada sesama
Pernah Hidup Sengsara, Kini Mengabdi Kepada Sesama Read More »
Di kampung-kampung Cimenyan. Lokasinya hanya berjarak 4 hingga 12 Km dari Kota (wilayah Kabupaten Bandung) namun kehidupannya sangat tertinggal. Suasana jelang lebaran terdengar suara anak-anak menabuh alat musik. Ada ketongan, ada kaleng ditabuh. Hanya itu yang menggambarkan suasana lebaran. Sejak Agustus 2016 lalu, kami sering keluar masuk kampung-kampung di sini, memang suasana perkampungan jauh dari
Kehidupan Buruh Tani dalam Kesunyian Alam Cimenyan Read More »
Siang itu kampung Pasanggrahan dilanda panas menyengat. Di puncak bukit berketinggian 1.200 Mdpl itu,situasi kampung dengan 60 rumah tampak sepi. Bulan puasa membuat banyak orang memilih aktivitas di dalam rumah. Sudah beberapakali penulis melewati kampung ini. Setiapkali menuju kawasan Puncak Bintang, Kecamatan Cimenyan melalui jalan Padasuka dan Cibanteng, selalu melewati Pesanggrahan. Dari puncak Bintang masih
Bagaimana jika kita hidup tanpa rumah, pekerjaan tidak jelas dan urusan sehari-hari tidak tercukupi? Jika ada penghasilan rutin tentu masalahnya bisa diatasi dengan mengontrak. Namun jika pekerjaan tidak jelas sementara beban hidup sehari-hari saja kekurangan tentu urusan menabung atau mencicil rumah bukan hal yang mudah. Itu terjadi pada dua keluarga Pak Aep Sapari dan Ibu
Oray Tapa. Elis Ruhiyat (36 tahun) seorang ibu buruh tani Kampung Waas, Desa Mekarmanik, Kecamatan Cimenyan, kabupaten Bandung. Mengasuh anak di ladang perbukitan Cemara Oray tapa. Ia bekerja sebagai buruh upahan di lahan kehutanan yang dikelola oleh Toha Sodin, Ketua Organisasi Himpunan Orang Tani Niaga (Hotani). Setiap hari Elis mendapat upah Rp 30.000. Rata-rata sebulan
Janda tiga Anak, bekerja tiga hari dalam seminggu. Tinggal menumpang di rumah warga. Ketiga anaknya menganggur. Bu Aas (55 tahun), seorang ibu dengan tiga anak ini hidup tanpa rumah. Ia menjanda ditinggal suaminya tanpa aset apapun. Saat ini ia menumpang di rumah saudaranya dengan kamar satu ukuran 8x 3 meter. Lokasi tinggalnya di Kampung Sekabalingbing
Nenek Enoh umurnya 82 tahun. Tinggal di rumah tua yang temboknya rapuh. Atapnya bocor. Dapur buruk dan MCK-nya tidak sehat. Sekilas dari halamannya rumah itu tampak cukup dan wajar karena rumahnya sudah permanen.Tapi jika mendekat, terlebih masuk ke bagian dalam, maka kita akan melihat kenyataan rumah ini tidak layak huni. Apalagi sebagian temboknya retak dan
Ibu Konah, di rumahnya yang tidak layak huni, Tareptep Mekarmanik, Cimenyan. Nama yang tertulis di Kartu Keluarga singkat, Konah, 68 tahun, seorang Janda ini tinggal di rumah tua dengan kayu-kayu yang lapuk. Rumah panggung dengan ukuran 4 x 6 itu ditinggali bersama anaknya, Enjang Setiawan (35 tahun), yang menduda dan belum menikah lagi karena kesulitan
Keluarga Ase, berumah sempit berukuran 4 x 6, buruh tani lulusan SD. Namanya singkat Ase, lahir tahun 1991. Menikah dengan Cucu, lahiran tahun 1994. Kedunya lulusan Sekolah Dasar. Memiliki anak, Rina Febrianti (4 tahun). Mewarisi sepekat rumah orangtuanya, ia membangun rumah dengan kayu-kayu seadanya. Sarana MCK bergabung dengan tetangganya yang kondisinya kumuh dan tidak sehat.