Ada Yang Memelas di Pesanggrahan Cimenyan

Siang itu kampung Pasanggrahan dilanda panas menyengat. Di puncak bukit berketinggian 1.200 Mdpl itu,situasi kampung dengan 60 rumah tampak sepi. Bulan puasa membuat banyak orang memilih aktivitas di dalam rumah.



Sudah beberapakali penulis melewati kampung ini. Setiapkali menuju kawasan Puncak Bintang, Kecamatan Cimenyan melalui jalan Padasuka dan Cibanteng, selalu melewati Pesanggrahan. Dari puncak Bintang masih berjarak 3 km. Dari jalan Raya Padasuka Kota Bandung kira-kira 6 km.

Kampung ini menjadi salahsatu perhatian penulis karena terdapat pemandangan menyesakkan dada, yaitu situasi kehidupan orang miskin dengan visual mencolok rumah-rumah hunian tua yang kayu dan gentengnya tampak mengalami kerusakan. Selain itu juga terdapat pemandangan jalan tengah kampung yang kurang terurus. Sampah-sampah bertebaran dan aliran air menggenang liar.

Bertemu dengan ketua RT 03, Pak Walim, penulis sempat berbincang panjang lebar tentang situasi kehidupan kampung Pesanggrahan. Tentang pertanian sayur, tentang kemungkinan bertanam kopi, dan tentang situasi kehidupan sekolah anak-anak petani.

Singkat cerita, kampung pesanggrahan yang merupakan bagian dari Desa Cimenyan Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung ini tiada beda jauh dengan kampung-kampung lain di Kawasan Kecamatan Cimenyan. Apa situasinya?

Ekonomi tidak mencukupi. Hasil pertanian sayur sarat dengan spekulasi. Banyak anak putus sekolah. Infrastruktur jalan kampung tidak beranjak membaik. Perkawinan usia dini,akses puskesmas yang jauh, ketiadaan pemimpin sosial, dan kegiatan agama tak lebih sekadar ritual yang tak menawarkan solusi bagi kemajuan.

Rumah Menjelang Ambruk
Pak Walim tampaknya menceritakan apa adanya. Ia tak hendak menutup-nutupi problem kehidupan masyarakatnya. Tentang kondisi kehidupan masyarakatnya yang jauh dari sentuhan pemerintah ia sampaikan secara blak-blakan. Bahkan salahsatu persoalan yang menganjal dirinya ialah keheranannya tentang bantuan Rumah Tidak Layak Huni (Rutilahu).

“Ada yang dibantu ada yang tidak. Pernah di Pesanggrahan ini ada bantuan 1 rumah. Tapi selanjutnya tidak ada lagi, padahal kami punya 1 warga yang rumahnya reyot pernah rumbuh separoh, dan sekarang kondisinya makin parah,” katanya.

Meninjau langsung lokasi rumah rusak berdekatakan dengan rumah Pak RT tersebut penulis mendapatkan informasi detail keadaan rumah bagian dalamnya. Rumah milik ibu Nining (janda 72 tahun) tersebut memang begitu memelas. Gentengnya sudah banyak mengalami kerusakan, ada yang pecah sampai deratan 8 buah, ada juga bocor di bagian genteng dalam rumah. Dapurnya berada di luar rumah karena separoh sambungan rumah itu ambruk. Isi rumahnya begitu memprihatinkan karena hanya kayu lantai panggungnya sudah lapuk dan dinding rumah dari pagar bambu sudah pada keropos. Dan lebih mengenaskan lagi tiang penyangganya sudah lapuk, sebagian sudah bergeser miring.

“Ini sudah mau ambruk,” kata Pak Walim menunjukkan salahsatu tiang di bagian bawah rumah tersebut.

Penulis juga mendapatkan informasi langsung dari Pak RT dan nenek Nining tentang mata pencahariannya. Nenek Nining sehari-hari bekerja serabutan sebagai buruh tani di perkebunan sayur. Karena tidak bisa bekerja berat, ia hanya bekerja ala kadarnya seperti buruh metik hasil panen. Setiap kerja mendapat upah antara Rp 40.000. Masalahnya, tidak saban hari mendapatkan pekerjaan. Dalam sebulan rata-rata hanya bekerja 7-10 hari kerja.

Nenek Nining punya anak lima. Semuanya sudah menikah dan menurut keterangan Pak Walim semuanya juga bekerja sebagai buruh tani. Dari situlah kemudian tersimpulkan kalau anak-anak dari Nenek Nining tidak bisa berbuat lebih jauh dengan keadaan rumahnya, termasuk penghasilan ekonominya.

“Terus terang saya ingin menyampaikan, bantulah nenek Nining ini. Saya sebagai ketua RT merasa prihatin setiapkali melihat keadaan rumahnya. Sementara saya tidak tahu bagaimana itu bantuan rumah tidak layak huni dari pemerintah harus diturunkan. Mohon dibantu ya pak,” kata pak Walim berharap.

Menurut Pak Walim, di Pesanggrahan terdapat sekitar 12 rumah yang tidak layak Huni. Namun menurutnya yang paling parah dan harus segera dibangun adalah rumah nenek Nining karena cepat atau lambat pasti akan ambruk.

Adakah saudara-saudara sekalian yang hendak membantu rumah nenek Nining di Pesanggrahan? Bisa berkoordinasi dengan Koordinator Amal Sosial, Bapak Ir. Didik Harjogi, M.Eng melalui WA 082127884870. (Faiz Manshur. Odesa.id)

Keranjang Belanja