Aktivitas berkebun sudah familiar dilakukan masyarakat Indonesia dalam keseharian. Sebagian masyarakat menggantungkan hidupnya dengan berkebun sebagai sumber rejeki atau sebagai hobi semata.
Kegiatan yang sudah dilakukan turun-temurun ini juga memiliki nilai yang mendalam bagi manusia yang mengerjakannya, termasuk bagaimana manusia bisa melepaskan diri dari tuntutan pekerjaan dan merestorasi hubungannya dengan alam.
Kegiatan berkebun tentunya bukan hanya bagian dari aktivitas manusia modern, namun juga sudah menjadi jejak peradaban manusia. Dengan memahami dan menekuni berkebun, masyarakat mampu memiliki keterampilan fundamental dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Setiap orang memiliki alasan tersendiri untuk menghidupkan aktivitas berkebun. Sekelompok peneliti gabungan dari Royal Horticultural Society, Universitas Sheffield, dan Universitas Virginia menemukan beberapa alasan yang mendasari 5.148 responden dalam menikmati kegiatan berkebun.
Lebih dari 50% responden mengaku berkebun membawa kebahagiaan diri, yang disusul dengan dorongan lainnya seperti keinginan melakukan kegiatan sensorik, adanya manfaat bagi kesehatan, dan kegembiraan dalam merawat tanaman. Dengan demikian, berkebun dapat membangun persepsi kita tentang kepuasan diri dan emosional.
Berkebun Mempertajam Keterampilan Halus (Soft Skills)
Menggali tanah, mengkalkulasi rasio tanah dan pupuk, menyemai bibit, dan merawatnya menjadi tanaman yang bisa dikonsumsi merupakan keterampilan fisik yang meningkat ketika memulai berkebun. Tentunya berkebun sudah identik dengan kegiatan yang melelahkan karena menggerakkan hampir seluruh anggota tubuh.
Namun, di balik rasa lelah itu ternyata berkebun menyimpan segudang manfaat lain yang mampu mengoptimalkan keterampilan halus bagi manusia guna meningkatkan nilai-nilai diri dalam melakukan pekerjaan yang dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Persistensi dan Kontrol Diri
Dalam berkebun, manusia diajarkan untuk tekun dan sabar di setiap langkah-langkahnya. Hal ini perlu dilakukan karena untuk mendapatkan hasil yang membuahkan, dibutuhkan waktu dan tenaga yang intens.
Belum lagi, ketika dilanda dengan hal-hal yang tidak terduga, seperti adanya hama, gagal panen, atau iklim yang tidak mendukung, tentunya perlu kesabaran dan kegigihan ekstra untuk memulai kembali dari awal.
Berkebun mengajarkan kita untuk mengambil perspektif yang lebih jauh dari sekadar mendapatkan hasil yang diinginkan. Di sini, kita belajar untuk memahami delayed gratification, yaitu sebuah sikap untuk menahan diri dan bersusah payah dalam melakukan pekerjaan untuk mendapatkan hadiah yang jauh lebih besar di masa depan.
Dengan begitu, berkebun melatih kontrol diri dan resiliensi dalam menghadapi masalah sehingga dapat dipecahkan dengan tenang dan tidak impulsif.
2. Kemampuan Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Aktivitas berkebun tentunya tidak selalu berjalan dengan mulus. Terkadang, kita mendapatkan hasil yang tidak sesuai ekspektasi seperti intensitas sinar matahari yang rendah, buah yang kurang manis, umbi-umbian yang ukurannya kecil, atau sayur yang tidak tumbuh optimal.
Dalam hal ini tentunya kita akan memutar otak memikirkan bagaimana caranya untuk meningkatkan hasil panen tersebut. Dengan begitu kita didorong untuk lebih banyak bereksperimen, berinovasi, belajar dari pengalaman orang lain, bahkan mengotak-atik area lahan sehingga didapatkan pertumbuhan yang diharapkan.
Baca juga: Petani Cimenyan Siap Mengubah Gurun Menjadi Kebun
3. Manajemen Waktu dan Kedisiplinan
Berkebun membantu kita untuk mengenal tanaman yang ditanam, termasuk varietas atau karakteristik yang dibawa dan waktu penanaman yang cocok bagi tanaman tersebut.
Misalnya, beberapa sayur seperti bayam, sawi, dan tomat yang cocok ditanam saat musim penghujan sedangkan jagung, kacang-kacangan, dan ubi jalar cocok beradaptasi pada musim kemarau.
Dengan begitu, kita paham tanaman apa yang harus ditanam, kapan waktu yang tepat untuk memanen, dan aktivitas rutin apa saja yang harus dilakukan untuk mendukung pertumbuhan tanaman tersebut. Hal ini dapat melatih kedisiplinan dan kepekaan kita dalam mengatur jadwal selama aktivitas berkebun berlangsung.
Baca juga: Berkebun Herbal di Rumah Makan Balakecrakan Punclut Bandung
4. Keterampilan Sosial dan Komunikasi
Walaupun berkebun dapat dilakukan sendiri, seringkali berkebun tidak terlepas dari meminta bantuan orang lain dalam mengolah lahan apabila jumlah penanamannya besar. Di samping itu, berkebun juga menjadi media bertukar pengalaman antar pegiat kebun guna memaksimalkan hasil panen.
Kita juga sering menjumpai berkebun menjadi aktivitas bahu-membahu yang meningkatkan koneksi sosial kita dengan orang lain karena kita meluangkan waktu untuk berkomunikasi secara aktif dan berkelanjutan.
Berkebun juga bisa menjembatani kegiatan kemanusiaan, yaitu berbagi. Bibit tanaman dan buah atau sayur hasil kebun dapat dibagikan dengan tetangga kita yang membutuhkan untuk dapat menanam sendiri di rumah masing-masing. Lebih jauh lagi, kita dapat bermanfaat bagi masyarakat sekitar dengan mengajarkan ilmu berkebun dan membentuk komunitas berkebun agar keterampilan hidup ini dapat diserap oleh masyarakat luas.
Baca juga: Belajar Pertanian Pangan di Kebun Botani Odesa Bandung
Berani Kotor Itu Baik Untuk Kesehatan
Studi yang dilaporkan oleh Preventive Medicine Reports menunjukkan bahwa berkebun baik dilakukan untuk melatih kekuatan fisik, khususnya pada lansia. Melakukan kegiatan berkebun setiap harinya selama 30 menit setara dengan melatih kekuatan fisik dengan intensitas sedang.
Selain itu, studi lain yang dirangkum dalam International Journal of Environmental Research and Public Health menyatakan bahwa berkebun dapat membantu meningkatkan fungsi kognitif, agitasi, dan keadaan emosional pada pasien pengidap demensia. Sedangkan pada penderita penyakit Alzheimer’s, berkebun membantu menguatkan self-esteem, gerak motorik kasar dan halus, stimulasi sensorik, dan interaksi sosial.
Tidak hanya bersifat terapeutik pada fisik, berkebun juga meningkatkan kesejahteraan mental dan emosional. Dikutip dari Journal of Public Health, orang yang menghabiskan waktunya untuk berkebun di pekarangan mampu menurunkan tingkat depresi, rasa lelah, ketegangan, dan kebingungan dibandingkan non-pekebun. Apabila dilakukan dalam jangka panjang, berkebun dapat membuat hidup lebih tenang dan bahagia.
Kita sudah lama hidup berdampingan dengan alam dengan mengolahnya untuk memenuhi kebutuhan hidup dan berkebun memberikan manusia kita dimensi empati secara intra dan interpersonal. Berkebun terbukti melatih kecakapan, bukan hanya dalam memahami diri sendiri namun juga orang lain dan bahkan melatih kepekaan dalam memperhatikan karakteristik alam sekitar.
Dari sini kita belajar bahwa berkebun bukan hanya soal memetik sayur atau memanen buah. Namun, ada proses panjang di mana manusia juga ikut bertumbuh di dalamnya.
Penulis: Nisrina Salsabila
Admin: Alma Maulida