4 Manfaat Pohon Kelor untuk Rakyat Indonesia

4 Manfaat Pohon Kelor untuk Rakyat Indonesia

Oleh Faiz Manshur
Ketua Odesa Indonesia

Jika Anda ingin menjadi orang yang banyak memberi manfaat, tanamlah pohon kelor sebanyak-banyaknya. Bagikan juga ke masyarakat.

Pohon Kelor dibutuhkan rakyat desa.
Pohon Kelor dibutuhkan rakyat desa.

Jangan bilang masyarakat kita punya banyak pohon kelor jika setiap rumah belum memiliki 10 pohon.

Sebab hanya dengan minimal 10 pohon itulah satu keluarga baru bisa mendapatkan manfaat secara rutin dan berkelanjutan.

Kalau hanya ada 5 pohon di satu dusun, itu bukan banyak. Kita baru bisa menyebut banyak pohon kelor jika dalam satu dusun -dengan rata-rata 300 keluarga- terdapat 3.000 pohon kelor.

Pohon Kelor besar memberi manfaat bagi manusia, ternak dan alam sekitar kita.

Dari sisi penjelasan gizi dan pengobatan telah banyak tulisan yang berbicara tentang itu, tak terkecuali di website test.odesa.id ini di mana kami menyebarkan nilai manfaat dari pohon kelor.

Bahkan karena kami sadar manfaatnya begitu besar dalam memperbaiki kesehatan manusia, ternak dan tanah, kami menggerakkan kelor sebagai bagian dari gerakan filantropi untuk membantu rakyat miskin.

Logikanya, jika kita menyumbang uang pada fakir-miskin manfaatnya hanya pendek.

Tetapi dengan mereka memiliki pohon kelor, dimensi manfaatnya besar bagi kesehatan mereka, juga ternak mereka. Manfaat itu bisa berlangsung puluhan tahun. Dan itu kami buktikan sampai saat ini.

Tiga manfaat besar yang kita dapatkan dari pohon kelor.

Manfaat Pohon Kelor untuk Rakyat Desa.
Manfaat Pohon Kelor untuk Rakyat Desa.

Manfaat Pertama Pohon Kelor: untuk Gizi Rakyat

Sumber gizi kompleks yang mencakup vitamin, mineral, energi, kalori termasuk omega bisa didapatkan dari daun, biji dan bunga kelor.

Sumber gizi ini penting bagi siapa saja, terutama warga desa yang pekerjaannya memerlukan energi fisik yang ekstra.

Para pekerja keras memeras keringat saban hari. Itu artinya butuh nutrisi yang super, dan adanya pohon kelor memungkinkan orang mengambil manfaat dari gizi daun, biji, dan bunganya.

Karena pohon kelor bermanfaat bagi pangan, maka semestinya setiap rumah tangga memiliki minimal 10 pohon supaya setiap anggota keluarga saban hari, minimal 3 seminggu mengonsumsi kelor.

Daun kelor bisa dimasak sebagai sayuran (memasak hanya 1 menit pasca air mendidih supaya tidak terbakar nutrisinya), bisa juga diolah menjadi minuman dengan pengeringan tanpa sinar matahari.

Indonesia sekalipun memiliki kesuburan tanah yang luar biasa, tetapi sayangnya tidak memiliki kesuburan berpikir.

Dunia telah membawa kita ke sains modern yang melimpah. Sayangnya kita selalu terbelakang dalam mengambil sikap.

Banyak ilmu hanya dibaca sekilas dan tidak diamalkan. Tak terkecuali pemerintah kita yang lemah kepekaannya atas perkembangan ilmu pengetahuan.

Padahal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sudah merekomendasikan agar kelor dijadikan sebagai sumber pangan rakyat. Ironis, pembangunan kita membicarakan rakyat miskin dan kurang gizi.

Banyak pula tanah yang kosong bisa ditanami kelor. Tetapi pemerintah sampai saat ini tak menggerakkan masyarakat untuk maju dengan cara yang baik ini.

Menanam pohon kelor tak harus di ladang dengan sistem pertanian monokultur. Cukuplah pada setiap jengkal tanah pohon kelor bisa tumbuh. Hanya butuh 1 meter untuk sebuah pohon kelor.

Perawatannya pun tidak susah karena hanya pada masa 6 bulan pertama. Selanjutnya ia akan berkembang pesat.

Sering dipangkas pendek supaya pertumbuhan pohon kelor terkonsentrasi pada perkembangan daun.

Indonesia kurang pangan, bukan sekadar kurang beras. Pangan bergizi yang seimbang harus diperkuat.

Pohon kelor bisa menjadi solusi jika kita serius merawatnya serta mau menggerakkan masyarakat di desa-desa dan kota untuk memanfaatkan anugerah Tuhan ini.

Manusia Indonesia memiliki kelemahan dalam berpikir, dan yang paling mendasar soal pikiran ialah soal makanan.

Dalam berpikir kita butuh konsentrasi, fokus, dan juga energi serta kesehatan.

Maka di situlah kelor bisa menjadi bahan baku paling mendasar tumbuhnya pemikiran bagi kita.

Kita yang cukup gizi boleh mengabaikan kelor. Tetapi kita sebagai orang yang peduli terhadap kemajuan SDM masyarakat mesti mengambil peran aktif mendorong masyarakat bergerak dengan memanfaatkan potensi alam di daerahnya masing-masing.

Menanam kelor sebanyak-banyaknya adalah langkah bijaksana. Jika sumber pangan di masyarakat lokal sudah cukup, kelebihan hasil panen kelor bisa dipergadangkan. Bukankah itu bagus?

Manfaat Pohon Kelor untuk Mencegah Erosi.
Manfaat Pohon Kelor untuk Mencegah Erosi.

Manfaat Kedua Pohon Kelor: untuk Pengobatan Rakyat

Manfaat menanam pohon kelor yang kedua adalah sebagai solusi pengobatan. Bagi saya dan teman-teman di Odesa Indonesia, kelor tetap kita dudukkan sebagai sumber pangan bergizi.

Tetapi pada praktiknya kemudian sering dijadikan orang untuk pengobatan juga tidak salah.

Alasannya, banyak tubuh sakit juga disebabkan oleh makanan, dan gizi menjadi persoalan mendasar bagi tubuh manusia dan tubuh ternak.

Banyak fakta di lapangan orang sakit yang tertolong dengan mengonsumsi sayur atau teh kelor.

Salahsatu faktor yang menyebabkan warga di Bandung Utara dan warga kota Bandung berbondong-bodong mengonsumsi kelor karena didorong masalah kesehatan.

Ada fakta di Odesa Indonesia kelor adalah penyembuh ragam penyakit. Beberapa fakta yang kami temukan antara lain;

daun kelor berguna untuk membantu penyehatan orang stroke, diabetes, asma, jantung, penyakit kulit, termasuk berkontribusi pada penyakit-penyakit lain.

Kelor tidak selalu menjadi obat tunggal, melainkan sangat baik jika dikonsumsi pada orang yang sedang dalam keadaan sakit.

Daun kelor menjadi alat bantu penting untuk proses kesembuhan orang-orang yang sedang sakit.

Manfaat Ketiga Pohon Kelor: untuk Ekologi

Manfaat ketiga, pohon kelor bisa menjadi cara kita mengambil peran ekologi di mana banyak pohon semakin berkurang.

Dengan ukuran pohon yang bisa cukup besar atau dipertahankan dalam ukuran medium, pohon kelor menjadi bagian penting untuk menahan erosi lahan-lahan yang erosi.

Akar dari pohon kelor juga dikenal baik mempertahankan kesuburan tanah dan air.

Dengan menanam kelor, tanah di sekitar kita bisa lebih subur dan keadaan air akan lebih banyak.

Bahkan terdapat beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa peran pohon kelor bisa menjernihkan air.

Tak terkecuali bijinya, bisa digunakan untuk menjernihkan air di bak penampung.

Manfaat Keempat Pohon Kelor: untuk Perubahan Sosial

Dari Pohon Kelor adalah bisa menjadi bagian penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan (sains) yang terhubung dengan gerakan sosial.

Saya memasukkan manfaat ilmu bukan karena masalah setiap sayuran atau setiap pohon bisa menjadi sumber ilmu. Bukan!

Maksudnya adalah, munculnya kelor sebagai sumber pangan penting dunia sejak tahun 2014, perlu dimasukkan sebagai bagian pengetahuan baru yang tak terpisahkan dari gerakan sosial.

Kita harus bisa membundel kelor sebagai botani yang memerlukan penjelasan sains karena masyarakat kebanyakan anti kelor.

Sejauh ini kelor dinilai oleh orang dengan empat penilaian.

1) sebagai sumber makanan biasa (dan itu hanya sedikit masyarakat yang membiasakan mengonsumsi),

2) dianggap sebagai tanaman takhayul (itu artinya masyarakat menghindari),

3) dianggap sebagai makanan ternak saja (itu artinya manfaat terbatasi),

4) dianggap sebagai sumber gizi.

Yang terakhir ini sangat sedikit. Karena itulah gerakan sosial mesti menyertakan sains tentang kelor kepada masyarakat.

Odesa Indonesia punya pengalaman yang menyenangkan di mana dulu masyarakat anti terhadap kelor. Kini berubah total.

Banyak orang tidak mengerti tentang kelor. Setelah diberikan contoh menanam, mengonsumsi dan menjelaskan banyak fakta tentang manfaat daun kelor bagi kesehatan, ribuan orang bisa berubah berpikir dan kemudian tergerak untuk menanam dan rutin mengonsumsinya.

Ini yang saya maksudkan sebagai sumber ilmu pengetahuan.

Jika kita berhasil menggerakkan masyarakat dengan sumber sains-sosial seperti ini, maka kita pun bisa mengembangkan gerakan serupa dengan tanaman lain.

Karena keberhasilan meyakinkan orang bisa berubah berpikir dan bisa mengambil tindakan baru, maka Odesa Indonesia juga menerapkan gerakan penyebaran ilmu pengetahuan untuk target pangan bergizi dengan menanam pepaya.

Ya pepaya. Tanaman yang mungkin diremehkan dan orang ngawur bilang, ada banyak pepaya di setiap desa. Padahal kalau kita ke desa-desa juga jarang melihat pohon pepaya.

Konsumsi buah pepaya pun sangat jarang. Bisa jadi orang desa satu tahun hanya satu kali makan pepaya. padahal mestinya bisa setiap minggu makan pepaya supaya gizinya lebih baik.

Kalau satu rumah tangga butuh 5 pohon pepaya, sementara di satu desa hanya menemukan 100 pohon pepaya, itu pun tak produktif, jelaslah kita ini tak pandai berhitung.

Untuk disebut banyak, mestinya jumlahnya ribuan. Atau kalau lebih mau akurat dalam arti banyak sebagai keberlimpahan, maka setiap satu keluarga setidaknya memiliki lima pohon pepaya.

Itu artinya, sebuah desa baru disebut banyak memiliki pohon pepaya kalau -dengan rata-rata 2.000 keluarga satu desa- kita setidap desa terdapat 20 ribu pohon pepaya.

Jumlah pohon sebanyak itu baru cukup untuk konsumsi sendiri. Kalau diperjualbelikan stoknya masih kurang.

Dengan demikian pohon kelor menjadi penting untuk terus dikampanyekan; disebarluaskan untuk sebuah kepentingan besar yaitu, kesehatan, ekologi dan ilmu pengetahuan.

Jika kita tidak cepat dan cerdas menggerakkan masyarakat menanam dan mengonsumsi kelor, barangkali pada beberapa tahun mendatang kita hanya menikmati kelor impor dari Vietnam, Thailand atau bahkan belanja dari Cina dan Amerika Serikat. []

Jual Bibit dan Teh Kelor Taoci Odesa Bandung

Kelor Memperbaiki Lahan Kritis

Video Kelor dan Ekonomi Inklusif

Video Cara Menanam Kelor Lilik Hastuti dan Pak Tardi

Gerakan Gizi Menanam Pepaya

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Keranjang Belanja