4 Komponen Pemberdayaan Masyarakat Sebagai Pijakan

Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah usaha peningkatan, perbaikan dan pemajuan untuk mencapai daya hidup. Dengan kata lain, pemberdayaan itu sendiri akan senantiasa berbicara tentang realitas objektif masyarakat yang lemah dalam daya hidup, atau lemah survival. Pada tataran praksisnya, setiap program senantiasa akan membawa visi penguatan survive hidup masyarakat. 

pemberdayaan masyarakat
Faiz Manshur. Ketua Odesa Indonesia. Berbicara tentang Pemberdayaan Masyarakat.

Landasan dasar pemikiran  ini disampaikan oleh Ketua Odesa Indonesia, Faiz Manshur dalam acara diskusi mingguan para relawan di Yayasan Odesa Indonesia, Cikadut Bandung pada, minggu 9 Junli 2024.

Menurut Faiz Manshur, terdapat empat komponen dasar yang mesti diperhatikan untuk sebuah gerakan pemberdayaan masyarakat, yaitu 1) hasrat, 2) waktu, 3) materi dan 4) ilmu. Keempatnya sangat erat bertalian dan keempatnya pula harus digerakkan secara bersama-sama. 

4 Komponen Pemberdayaan Masyarakat

1. Energi Sebagai Hasrat

Menurut Faiz Manshur, dalam pemberdayaan masyarakat yang paling mendasar adalah memahami energi dalam diri manusia, baik pelaku pemberdaya maupun pihak yang mendapatkan program pemberdayaan. Kapasitas energi ini akan menjadi penentu kualitas atau kuantitasnya sebuah kerja dalam pemberdayaan.

Menurut Faiz Manshur, yang dimaksud energi ini adalah hasrat diri dari manusia. Dengan memaknai energi sebagai hasrat diharapkan kita lebih mudah menerima maksud dari makna energi secara praktis dalam pembicaraan ini.

Jika manusia  tidak punya hasrat untuk kesuksesan dari program tersebut niscaya akan mengalami kegagalan. Kalaupun mereka terpaksa menjalani karena alasan sekadar menjalankan formalitas atau sebatas ikut-ikutan misalnya, biasanya target pemberdayaan hanya sebatas saat berlangsung acara dan tidak akan menjadi sebuah pelaksanaan yang berkelanjutan. 

“Saya sering menghadapi orang yang sekadar ikut-ikutan. Itu seringkali hasilnya buruk. Lain pada diri mereka yang kuat energi, hasrat atau keinginannya. Biasanya hasilnya akan bagus,,” kata Faiz.

Selain pentingnya melihat level-level hasrat dari pihak yang diajak untuk melakukan perubahan, Faiz Manshur juga menilai para pihak pendamping atau pelaku pemberdayaan juga harus kuat hasrat, sadar dan memiliki visi yang kuat dalam menjalankan misinya.

“Selain ditentukan hasrat dari pihak penerima program, hasrat dari pelaku pemberdayaan juga harus kuat. Hasrat itu sendiri adalah daya atau energi yang menentukan keberhasilan suatu usaha. Kalau kita mudah menyerah bisa jadi program yang bagus dan sudah mengeluarkan banyak biaya akan tetap gagal,” papar Faiz. 

Baca juga: Donasi untuk Petani Mengembangkan Kelor dan Pepaya

2. Waktu yang Efektif dan Mencukupi

pemberdayaan masyarakat odesa

Unsur kedua dari pemberdayaan adalah waktu. Urusan waktu menurut Faiz Manshur harus memperhitungkan keadaan objektif dan subjektif dari kedua belah pihak (pihak pelaksana pemberdayaan dan pihak yang diajak untuk berdaya). Dengan kerja yang efektif tetapi sekaligus berkelanjutan, maka hasilnya akan berbeda dengan yang dilakukan secara tergesa-gesa.

Ukuran durasi sangat variatif meliputi target program tertentu, kesempatan waktu dari pihak penerima program, dan juga perlunya waktu untuk pematangan proses supaya program tersebut berjalan setelah kegiatan formal diselesaikan.

“Jadi, dalam mengatur waktu mesti melihat ruang lingkup pekerjaan dan juga ketersediaan waktu antara pelaksana pemberdaya dan pihak yang ikut dalam program. Saya punya pengalaman melakukan hal itu dengan ragam program dan semuanya memiliki varian-varian khusus. Pemberdayaan sebatas pembibitan tanaman jelas berbeda dengan program pemberdayaan penanaman. Pemberdayaan wirausaha juga beragam waktu yang dibutuhkan,” terang Faiz.

Tidak ada yang instan dalam setiap proses usaha pemberdayaan karena esensi pemberdayaan masyarakat itu sendiri adalah menghasilkan tradisi atau kebiasaan baru. 

3. Materi yang Cukup untuk Bekal

Adapun unsur yang ketiga dari pemberdayaan adalah materi. Pemberdayaan masyarakat, apalagi kaitannya dengan masyarakat yang tak berdaya secara ekonomi harus menyertakan kekuatan material. 

“Tidak mungkin kita menjalankan pendidikan atau pemberdayaan untuk mengajarkan nilai-nilai baru tanpa mengorbankan materi di awal. Apalagi kebanyakan dari masyarakat tidak berdaya itu adalah miskin sehingga wajar jika urusan materi untuk kegiatan harus dicarikan. Tidak wajar kalau misalnya kita mau memberdayakan masyarakat dalam kecukupan sanitasi tetapi hanya ceramah soal kebersihan dan kesehatan sementara warga miskin itu butuh kehadiran air bersih yang lancar. Itu artinnya kita harus menyertakan program derma dengan membantu selang, penampung air, toilet, tempat pembuangan yang benar. Barulah di situ kita memasukkan semangat perubahan hidup agar lebih bersih dan sehat melalui edukasi,” kata Faiz.

Dalam hal materi Faiz Manshur menekankan prinsip agar para pegiat sosial mesti memegang teguh asas minimalis untuk setiap pengeluaran. Kalau pemberdayaan dilakukan dengan fasilitas yang serba wah dan boros hal tersebut justru bertentangan dengan usaha menumbuhkembangkan mental kewirausahaan atau mental produktif.

Jika diperlukan materi, usahakan yang pertama adalah memanfaatkan materi yang sudah ada. Pelaku pemberdayaan harus jeli melihat modal-modal material yang ada di masyarakat seperti tanah, kayu, bebatuan, atau apa saja yang sekiranya bisa berguna. Adapun elemen materi yang tidak dimiliki masyarakat, barulah diusahakan dibeli. Prinsip belanja hemat ini diterapkan di Odesa Indonesia sehingga banyak kegiatan yang dijalankan dan hasilnya bagus karena unsur materi yang dipakai biasanya banyak ditemukan di masyarakat lokal itu sendiri.

4. Ilmu sebagai Sentral Gerakan

gerakan pemberdayaan masyarakat
Pemberdayaan Masyarakat Odesa. Selalu mengalokasikan ilmu, waktu, energi dan materi.

Tiga unsur, yaitu hasrat, waktu dan materi tersebut menurut Faiz Manshur adalah pelengkap dari satu unsur utama yaitu ilmu pengetahuan. Manusia yang bisa berdaya menurut Faiz karena kekuatan ilmu pengetahuan.

Dan apa yang disebut ilmu untuk pemberdayaan tak lain adalah ilmu yang bermanfaat bagi pelakunya. Karena asas manfaat maka yang paling harus diseleksi dalam setiap kegiatan ialah nilai relevansinya. 

“Ilmu adalah informasi yang telah teruji kebenarannya. Adapun pengetahuan tak lain adalah informasi atau wawasan. Nah, dalam pemberdayaan ternyata tidak hanya cukup memasok ilmu dan pengetahuan karena sekalipun di dalamnya memuat kebenaran, tetapi belum tentu benar bagi pelakunya, apalagi pelaku baru. Ilmu pengetahuan yang relevan dengan problem hidup warga adalah kunci utama dalam pemberdayaan,” jelas Faiz.

Karena itu jenis ilmu pengetahuan dari pemberdayaan adalah ilmu produksi, yakni pengetahuan dari hasil kombinasi antara praktik pihak lain sekaligus bisa realistris untuk dipraktikkan oleh warga yang menerima program pemberdayaan.

Baca juga: Mari Berdonasi untuk Pemberdayaan Petani Desa

Komponen-Komponen lain dari Odesa untuk Pembangunan Peradaban

Dalam ruang lingkop kerja pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh Odesa Indonesia, terdapat rumus yang dibakukan. Prinsip pemberdayaan Odesa ini menurut Faiz Manshur bersandar dari realitas objektif kehidupan manusia dalam lingkungan hidupnya.

Keempat rumus itu adalah 1) Ilmu pengetahuan, 2) energi, 3) materi, 4) waktu. Dengan memperhatikan empat landasan ini Faiz Manshur menekankan agar para pelaku kegiatan pemberdayaan masyarakat menyeimbangkan keempatnya sebagai unsur kerja. Jika dari salahsatu ada yang tidak disertakan biasanya akan sulit mewujud. 

“Misalnya kita hanya mengandalkan modal materi sekaligus punya waktu dan energi. Tetapi ternyata kita lemah dalam alokasi waktu. Kemudian dilakukan secara serampangan dan tergesa-gesa.Itu akan melemahkan pemberdayaan menuju ke arah keberhasilan,” kata Faiz memberi contoh.

Selain memberikan empat rumus pemberdayaan masyarakat ini, Faiz Manshur juga menekankan agar para pemberdaya masyarakat memilki visi dalam membangun keadaban manusia dengan empat rumus juga.

Dikatakan oleh Faiz, pembangunan masyarakat yang ideal harus menuju peradaban dan terdapat empat kekuatan yang dibutuhkan, yaitu, 1) kekuatan pangan, 2) kekuatan satwa, 3) kekuatan literasi, 4) kekuatan teknologi.

“Adapun untuk mengukur keberhasilan dari usaha tersebut Faiz Manshur memberikan pedoman akan menilainya juga dengan empat nilai budaya, yaitu 1) nilai ekonomi, 2) nilai sains, 3) nilai moral, 4) nilai seni. [Abdul Wahid]

Penulis: Abdul Wahid

Admin: Fadhil Azzam

Saatnya Ikut Gerakan Pemberdayaan Masyarakat Desa Sekalipun Hanya dengan Berdonasi

Pemberdayaan Masyarakat Desa Menanam Pohon Buah untuk Gizi dan Konservasi

Odesa: 4 Kekuatan Dibutuhkan dalam Pemberdayaan Masyarakat

Membangun Organisasi Yang Solid dan Strategi Pemberdayaan Masyarakat Desa

Keranjang Belanja