MEDIUM AUDIOVISUAL: Founder Lembaga Film Biru Terong Initiative, Vivian Idris menilai, video dokumenter merupakan sarana penting bagi tercapainya perubahan sosial. Pada komunitas yang telah mempu mewujudkan perubahan secara nyata, kegiatannya mesti didokumentasikan menggunakan audiovisual.
“Audiovisual ini sudah sejak lama digadang-gadang oleh berbagai disiplin ilmu, terutama ilmu yang berhubungan dengan social behavior. Dari sisi praktis telah banyak bukti efektivitasnya. Di luar itu audiovisual memiliki jawaban atas pertanyaan mendasar “dari mana manusia mendapatkan informasi?,” kata Vivian pada acara Workshop virtual zoom yang diikuti peserta dari relawan Odesa Indonesia, Minggu 10 Oktober 2021.
Vivian menjelaskan, manusia mengolah informasi dari dua sumber, yaitu pendengaran (audiotori) dan pengelihatan (visual). Masing-masing memiliki keterbatasan. Sedangkan dengan medium audiovisual keduanya bisa lebih mudah dicapai. Di sinilah menurut Vivian kekuatan medium audiovisual sebagai alat (tool) yang memungkinkan manusia memperoleh informasi atau pengetahuan secara lebih efektif. Beberapa bukti efektivitas audiovisual antara lain, meningkatkan retensi informasi, meningkatkan keterikatan emosional, meningkatkan partisipasi, dan dalam pendidikan berperan meningkatkan interaksi antara fasilitator dan peserta didik.
“Audiovisual adalah alat, bukan tujuan. Gerakan sosial seperti yang dilakukan Odesa Indonesia itu penting didokumentasikan dalam bentuk video karena nantinya bisa secara efektif memberi dampak bagi informasi terkait dengan proses-proses perbaikan dan diharapkan memunculkan inspirasi bahkan duplikasi bagi banyak orang,” katanya.
Karena kekuatan dari medium audiovisual tersebut, Vivian menilai haram hukumnya jika medium ini hanya untuk tujuan entertainment saja. Menurutnya, hal itu terlalu mubazir. Sebab Indonesia memiliki banyak masalah yang perlu dijawab dengan tindakan. Selain itu Vivian menegaskan bahwa media audiovisual merupakan alat, bukan tujuan. Demikian juga dengan kegiatan workshop yang dilakukan untuk relawan Odesa juga tidak berhenti pada workshop itu sendiri, melainkan sebagai usaha meningkatkan kapasitas sumber daya manusia bagi para relawan sosial dan para petani.
“Dalam proses kerja produksi video dokumenter relawan dan petani tidak hanya jadi penonton, melainkan menjadi bagian yang terlibat sehingga mendapatkan pengalaman ,” paparnya.
Vivian menaruh perhatian pada kiprah Odesa Indonesia karena alasan organisasi ini mengambil isu ekologi, literasi dan sanitasi. Ketiga isu itu menurutnya sangat penting diperhatikan karena menjadi masalah mendasar negara Indonesia. Selain itu, Odesa dianggap oleh Vivian sebagai gerakan yang bagus karena memiliki komitmen pemberdayaan dan telah banyak memperlihatkan perbaikan-perbaikan di masyarakat.
Dokumentasi sebagai Wahana Pendidikan
“Odesa telah melakukan perubahan sosial yang bisa dibuktikan dari sisi before dan after-nya. Ada banyak kisah penting yang perlu diproduksi agar masyarakat mendapatkan inspirasi. Sebagai contoh kisah seorang anak petani yang tekun bertani pekarangan dan rajin menabung. Ada pula kisah pemuda tani yang cakap dalam menahkodai wirausaha pasca panen tanaman pangan dan herbal seperti Sorgum Hanjeli, Kelor, dan beberapa jenis tanaman lain. Ada juga kisah anak pemulung yang punya mimpi besar dan sekarang mendapatkan beasiswa dari Odesa,” papar Vivian.
Mengapa hal ini perlu disampaikan ke masyarakat luas? Menurut Vivian, karena ia melihat di banyak tempat terdapat gerakan serupa dengan apa yang dilakukan oleh Odesa. Dengan memproduksi video dokumenter tersebut ia bermaksud bisa menjadi jembatan penghubung antar kelompok pergerakan sosial.
“Beragam kisah di organisasi Odesa adalah inspirasi, contoh, atau template yang bisa diduplikasi di berbagai tempat untuk melakukan perubahan sosial yang sama. Perubahan macam apa? Dari yang tidak mengerti menjadi mengerti, dari yang tidak produktif menjadi produktif,” jelasnya.
Workshop Berkualitas
Pengurus Odesa, Andy Yoes Nugroho menyambut baik niatan Vivian Idris karena selain kesediaannya bekerja untuk urusan sosial juga rela menjadi fasilitator relawan muda. Menurut Andy, workshop dengan tujuan menghasilkan karya merupakan langkah baik. Pada praktiknya akan mendorong peningkatan kapasitas para relawan.
“Ini wokhsop berkualitas karena didasari cara pandang yang tepat dan tindakan praksis sesuai kebutuhan kaum muda. Kesadaran fasilitator untuk menyelenggarakan pendidikan sangat kuat. Tinggal kesadaran para peserta yang perlu kita pertanyakan. Mau benar-benar mendapatkan ilmu yang berguna atau tidak? Kalau iya, lakukan dengan sungguh-sungguh,” pesan Andy. [Hamid/Adit/Faiz]
Tentang Biru Terong Initiative
Filosofi warna. Biru Terong adalah istilah lokal di beberapa tempat di Indonesia untuk warna ungu. Ungu adalah warna yang identik dengan spiritualisme dan cinta kasih yang diambil sebagai semangat organisasi. Visi Biru Terong Initiative adalah Menggunakan medium audiovisual untuk menciptakan dampak.
Visi ini diturunkan dalam berbagai program-program dokumentasi indigenous knowledge, pengarsipan audiovisual untuk benda budaya dan aset budaya tak benda, menggunakan medium audiovisual untuk mengakselerasi program-program pemberdayaan, menggunakan medium audiovisual untuk pendidikan, menggunakan medium audiovisual untuk meningkatkan kesejahteraan; dan saat ini Biru Terong Initiative menggandeng Yayasan Odesa mengeksplorasi film sebagai tools untuk ketahanan pangan.
Melalui program-programnya Biru Terong Initiave juga menjalankan misi merayakan Indonesia. Manusianya, alamnya dan kebudayaannya.[]
Vivian Idris, Dokumentasi dan Gerakan Sosial Odesa
Komentar ditutup.