Kawasan Bandung Utara, terutama di Kecamatan Cimenyan terus mengalami kerusakan lingkungan akibat pembangunan dan juga pertanian monokultur.
“Urusan makanan alias ekonomi adalah masalah mendasar yang harus mendapat perhatian agar keseimbangan alam terjaga. Jangan karena alasan ekonomi lingkungan menjadi rusak. Hamparan gurun pertanian ini merupakan cermin bahwa negara tidak hadir mengatasi persoalan masyarakat. Lingkungan jadi rusak seperti ini,”” kata Basuki saat kegiatan menemui para petani di daerah ladang Desa Cimenyan Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung, Sabtu, 02Oktober 2021.
Menurut pegawai Institut Teknologi Bandung tersebut, pemerintah harus menegakkan aturan yang sudah dibuat. Gubernur dan para Bupati yang punya kewenangan dalam urusan ini harus mampu memimpin agar perizinan-perizinan berjalan sesuai aturan.
“Harus diakui itu pembangunan masih terus berjalan massif dan tidak ada usaha konkret dan cepat dari pemerintah. Termasuk dalam urusan pertanian, aksi-aksi nyata memperbaiki lingkungan pertanian sangat minim,” kata Basuki.
Tanaman Buah sebagai Solusi
Di tengah kegiatan pengambilan video drone pada siang itu, Basuki Suhardiman teman-temannya dari Yayasan Odesa Indonesia juga menyempatkan berbincang-bincang dengan para petani yang meladang di sekitar Kampung Merak Dampit Desa Cimenyan.
Menurut Basuki, para petani tidak menolak bibit tanaman. Selama ini mereka malas dengan bibit dari pemerintah karena yang dikirim adalah bibit tanaman kayu.
“Para petani ini sudah kapok dengan tanaman kayu yang jenisnya biasanya mahoni, surian, manglid dan ekaliptus. Mereka memang tetap menerima. Dan bahkan karena rasa tidak enak tetap menanam.
Tetapi mereka malas mengurus bahkan mematikan tanamannya. Mengapa demikian? Karena pohon kayu seperti sudah terus-menerus digelontorkan dan tidak ada bukti menguntungkan. Yang kedua, memanam pohon kayu juga berarti mematikan pohon itu sendiri karena dalam 4-6 tahun ditebang lagi,” kata Basuki.
Melalui organisasinya, Odesa Indonesia, Basuki terus mengingatkan pemerintah agar lebih cerdas dan memahami persoalan di lapangan. Ia menilai pemerintah selama ini tidak membangun komunikasi yang tepat dengan para petani dan pekerjaan programnya bersifat top-down.
Sementara Yayasan Odesa Indonesia senantiasa bergerak dengan mempertimbangkan suara-suara dari bawah sehingga bibit-bibit tanaman buah yang disebarkan bisa lebih maksimal berkembang.
“Mengapa tanaman buah? Kami telah banyak bicara dengan ratusan bahkan ribuan petani sepanjang 5 tahun. Mereka mau menanam pohon buah-buahan karena mengerti manfaat lebih lanjut,” kata Basuki.
Pengalaman Odesa Indonesia berbagi bibit tanaman yang diminati petani membuat petani sampai saat ini selalu menunggu-nunggu datangkan bibit tanamam buah, bukan bibit pohon kayu yang seperti diprogramkan pemerintah.
“Para petani membutuhkan bibit durian, sirsak, nangka, cempedak, sukun, rambutan, papaya, beragam jenis jeruk, beragam jenis jambu, dan juga tanaman penghasil biji seperti, kopi, jengkol dan pete. Bahkan tanaman kelor pun butuh banyak karena mereka sudah mengerti manfaat dari kelor,” terang Basuki.
Dengan menanam jenis-jenis pohon penghasil panen buah, biji dan daun seperti itu menurut Basuki petani akan mendapatkan keuntungan banyak. Dari sisi gizi mereka akan membaik. Dari sisi penghasilan ekonomi akan rutin mendapatkan penghasilan dan selain itu lingkungan juga terjaga.
Pengalaman kerja Yayasan Odesa Indonesia berkegiatan agroekologi sejak tahun 2016 telah banyak memberi pelajaran tentang pentingnya kebersamaan antara petani dengan pendamping.
Basuki optimis petani bisa menjadi agen perubahan perbaikan lingkungan dan perbaikan gizi manakala mendapatkan modal pertanian secara tepat dengan bibit-bibit tanaman di atas.
“Kita harus serius dalam menyebarkan bibit tanaman seperti itu karena ini juga menyangkut ancaman perubahan iklim yang semakin memburuk. Dan yang sudah nyata terjadi adalah banjir lumpur dari perbukitan Cimenyan melanda Kota Bandung. Kerugian besar terus terjadi,” tegasnya. (test.odesa.id)
AKSI TAHUN 2020: Puluhan warga Kota Bandung mendatangi bukit gersang di Cimenyan Kabupaten Bandung. Di kawasan Area pertanian Kampung Merak Dampit Desa Cimenyan tersebut mereka membawa bibit-bibit tanaman buah. Kedatangan mereka pada Minggu siang 23 Pebruari 2020 tersebut dalam rangka kegiatan Aksi Tanam Pohon Agroforestry.
Megawati Santoso, seorang Dosen Institut Teknologi Bandung yang menjadi inisiator gerakan tersebut mengatakan, kehadirannya bersama puluhan teman-temannya dari ITB, Umat Wihara Kota Bandung, dan beberapa komunitas lain tujuannya untuk menjalankan amanat menyalurkan donasi bibit pertanian bagi petani. []
Mari Membantu Petani Di Kawasan Bandung Utara agar Menanam Pohon Buah-Buahan. Donasi bibit di sini
Puncak Bukit Cimenyan Erosi, Ribuan Bibit Dibagi kepada Petani
Lima Tulisan Kemiskinan Bandung Utara
Catatan Pendampingan Kemiskinan Odesa Indonesia di Bandung Utara