Tiga Program Utama Odesa Indonesia untuk Kawasan Bandung Utara

CIMENYAN. Jumat, 7 April 2017 Odesa Indonesia mengadakan rapat kerja. Rapat kali ini adalah sistematisasi program kegiatan. Setelah 8 bulan relawan rutin menjelajah kampung-kampung di Kawasan Bandung Utara (KBU), pengurus menilai perlu agenda kerja yang lebih sistematis untuk menjawab dua problem utama, yaitu kemiskinan dan keterbelakangan warga, terutama di Kecamatan Cimenyan.



Pertemuan di Pasir Impun, Desa Cikadut, Kecamatan Cimenyan itu, Budhiana Kartawjiaya yang bertugas mempresentasikan hasil laporan kerja mencetuskan tiga gagasan dasar gerakan, yaitu Pendidikan, Kesehatan dan Ekonomi.

Pada pendidikan beberapa target dicetuskan. Secara mendasar diperlukan gerakan peningkatan partisipasi Usia Wajib Sekolah. Hal ini karena fakta di desa-desa Kecamatan Cimenyan masih banyak anak usia Sekolah Dasar dan Anak Usia Sekolah Menengah yang putus sekolah. Untuk menjawab hal tersebut beberapa rekomendasi program kerja yang akan dilaksanakan adalah 1) Mendorong agar pemerintah membangun beberapa sekolah SMP dan SMK-Agribisnis di Cimenyan. 2) Mendorong kalangan Swasta untuk membantu sekolah yang sudah ada unttuk lebih maju, atau mendirikan sekolah unggulan yang digratiskan untuk warga miskin. 2) Mengerakkan kegiatan sekolah informal melalui program bimbingan belajar/kursus dengan literasi dan perpustakaan untuk meningkatkan kapasitas siswa sekolah formal agar lebih meningkat. 3) Meningkatkan kapasitas guru-guru sekolah.




Sementara pada bidang ekonomi dicetuskan gagasan dasar Peningkatan taraf ekonomi warga petani dan buruh tani. Kegiatan ekonomi bentuknya beragam sesuai dengan keadaan lingkungan, potensi dan kapasitas warga di setiap kampung. Program-program yang sudah dilaksanakan selama beberapa bulan akan dilanjutkan secara lebih massif dan berbasis tim-work yang lebih solid.

“Antara lain misalnya, peningkatan produksi pertanian kopi dan beragam jenis tanaman obat baik untuk lahan pertanian maupun lahan pekarangan, juga wirausaha” kata Budhiana Kartawijaya, Ketua Pembina Odesa Indonesia yang memimpin rapat tersebut.

Sementara pada bidang kesehatan sangat mendesak di antaranya ialah menyangkut layanan publik. Banyak warga Cimenyan yang memiliki Kartu Indonesia Sehat (KIS), tetapi tidak berguna karena banyak orang miskin tidak mampu secara ekonomi membiaya transportasi urusan ke rumah sakit. Juga minim informasi perihal cara mengurus anggota keluarga yang sakit. Negara harus menjamin layanan ini secara lebih baik dan kalangan swasta perlu sering turun ke desa-desa di Cimenyan dengan kegiatan penyuluhan, pemeriksaan, dan membantu advokasi orang sakit agar terlayani.




Tiga tema besar tersebut menjadi pokok dari kegiatan odesa pada tahun 2017. Selama 8 bulan berkiprah turun ke kampung-kampung pelosok Cimenyan, Odesa-Indonesia sampai bulan Maret 2017 menemukan 22 kampung yang dihuni keluarga tani dengan tingkat kemiskinan parah. Lebih dari 300 rumah tidak layak huni. Banyak orang lanjut usia yang kesulitan pangan dan pakaian. Banyak anak usia sekolah dasar yang tidak sekolah, jebol SMP, dan sulit bersekolah SMA. Dari sisi ekonomi keadaan buruh tani sangat miskin karena rata-rata pendapatan bulannnya hanya berkisar antara Rp 500-700 ribu dengan 3-4 anggota keluarga. Minim sarana MCK dan lemah dalam kegotong-royongan.

“Problem sosial ini harus kita temukan solusinya. Kita menggali persoalan dari lapangan dan menjawab problem dengan cara yang khusus di lapangan. Sebab banyak teori dari kalangan akademis yang tidak bisa beroperasi. Bahkan kebijakan publik pemerintah seperti bantuan Rumah Tidak Layak Huni banyak yang tidak cocok dan justru membebani warga,” jelas Budhiana Kartawijaya.




Kombinasi strategi gerakan

Sementara Ketua Odesa Indonesia, Faiz Manshur menekankan pentingnya kombinasi strategi dalam menjawab persoalan tersebut. Pada masa awal kegiatan Odesa Indonesia selalu fokus pemberdayaan atau pendampingan dari hulu ke hilir agar setiap usaha pemberdayaan berhasil. Tetapi menurut Faiz, kenyataan di lapangan membuktikan, tidak semua program bisa lancar dengan program pemberdayaan langsung. Ada kebutuhan untuk menjawab masalah kemiskinan melalui charity yang kemudian pada bulan September dicetuskan program Amal-Sosial.

“Amal sosial bukan pragmatis kegiatan derma. Tapi akan selalu berkait dengan pendampingan. Kita juga butuh penelitian dan kajian rutin karena setiap program merupakan lahan produksi. Kita mendorong petani kuat dalam produksi, maka para relawan juga harus produktif menghasilkan pengetahuan sosial dari galian-galian kerja di lapangan,” terangnya.-Agung Prihadi



Komentar ditutup.

Keranjang Belanja