Mungkin diantara kita, ada yang pernah mendengar istilah food waste?. Ya, food waste merupakan istilah lain dari pemborosan makanan atau disebut juga limbah makanan atau menunjuk juga kepada sampah makanan.
Seluruh pangan yang layak dikonsumsi, baik sisa makanan atau minuman berupa bahan mentah, setengah jadi atau siap konsumsi yang dihasilkan dari restoran, pengecer atau rumah tangga dan rumah makan; namun terbuang dengan sia-sia disebut sebagai pemborosan makanan.
Pemborosan Makanan: Masalah Besar yang Sering Diabaikan
FAO (2011) menyebutkan pemborosan makanan untuk Asia Selatan dan Tenggara, paling besar pemborosan makanan ada di kelompok pangan buah dan sayuran sebesar 52%, diikuti kelompok umbi sebesar 41% dan ikan serta makanan laut sebesar 29% (Ariani dkk., 2021). Lalu bagaimana dengan kondisi food waste di Indonesia?.
Dikutip dari situs resmi Universitas Airlangga, menyebutkan bahwa sampah makanan rumah tangga di Indonesia per tahun per penduduk yaitu 20.938.252 ton per tahun (UNEP, 2021). Menurut Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (2020), sampah terbesar berasal dari sampah makanan sebesar 40% dan sumbernya didominasi dari rumah tangga. Wah banyak juga ya.
Baca juga: 3 Cara Ubah Limbah Makanan Untuk Dukung Pertanian Berkelanjutan
Mengapa Pemborosan Makanan Terjadi?
Dikutip dari situs resmi PPM Manajemen, permasalahan sisa sampah ini memiliki beberapa penyebab, salah satunya yang utama adalah perilaku konsumen dan porsi makanan yang berlebihan.
- Perilaku Konsumen: Kebiasaan konsumen dalam membeli dan mengonsumsi makanan sangat memengaruhi tingkat pemborosan makanan. Banyak konsumen yang cenderung membeli makanan dalam jumlah besar tanpa mempertimbangkan kebutuhan sebenarnya. Sering kali, makanan dibeli secara impulsif atau karena terpengaruh promosi, yang akhirnya tidak dikonsumsi dan terbuang.
- Porsi Makanan yang Berlebihan: Di restoran dan rumah makan, maupun di dalam keluarga (rumah tangga), porsi makanan yang disajikan sering kali lebih besar dari yang dapat dihabiskan oleh konsumen. Akibatnya, banyak makanan yang tersisa di piring dan dibuang. Budaya “all you can eat“ juga mendorong konsumen untuk mengambil lebih banyak makanan daripada yang bisa mereka konsumsi, meningkatkan jumlah sisa makanan.. Hayo, siapa nih diantara kamu yang suka makan di restoran “all you can eat?” hehe
Baca juga: Konsep Pertanian Berkelanjutan yang Mesti Kita Pahami
Apa kaitannya Pemborosan Makanan dengan Pertanian Berkelanjutan?
Pemborosan makanan memiliki kaitan yang erat dengan pertanian berkelanjutan. Meskipun tampaknya tidak langsung terkait, mengurangi pemborosan makanan dapat memainkan peran penting dalam mencapai tujuan pertanian berkelanjutan.
Pertanian berkelanjutan berfokus pada penggunaan sumber daya alam seperti air, tanah, dan energi secara efisien. Pemborosan makanan berarti bahwa sumber daya yang digunakan untuk menanam, memanen, dan mendistribusikan makanan tersebut juga terbuang sia-sia.
Dengan mengurangi pemborosan makanan, kita dapat memastikan bahwa sumber daya tersebut digunakan dengan lebih efektif dan efisien, mendukung praktik pertanian yang lebih berkelanjutan. Selain itu, pertanian berkelanjutan bertujuan untuk memastikan ketahanan pangan bagi populasi global.
Pemborosan makanan menurunkan ketersediaan pangan dan menambah tekanan pada sistem pangan global. Dengan mengurangi pemborosan, kita dapat meningkatkan ketahanan pangan dan memastikan bahwa lebih banyak orang memiliki akses ke makanan yang cukup dan bergizi. Bagaimana dengan kesejahteraan para petani?.
Baca juga: Odesa Indonesia: Pertanian Berkelanjutan di Indonesia Menjawab Tantangan Masa Depan
Tentu saja, pemborosan makanan juga merugikan secara ekonomi bagi petani dan produsen. Dengan mengurangi pemborosan, pendapatan petani dapat meningkat karena lebih banyak hasil panen mereka yang dimanfaatkan dengan baik. Hal ini mendorong praktik pertanian yang lebih berkelanjutan dan menguntungkan secara ekonomi.
Penting untuk kita semua menyadari bahwa tidakan mengurangi pemborosan makanan sama dengan kita menjaga lingkungan dan mendukung pertanian berkelanjutan. Setiap kali kita membuang makanan, kita tidak hanya membuang nutrisi berharga, tetapi juga usaha para petani, sumber daya alam, dan energi yang telah digunakan untuk memproduksi makanan tersebut.
Ayo kita mulai dengan langkah kecil dan sederhana dalam mengurangi pemborosan makanan, seperti merencanakan belanja dengan bijak, budaya menghabiskan makanan, menyimpan makanan dengan benar sehingga bisa layak dikonsumsi untuk kemudian hari, dan lain-lainnya.
Melalui tindakan kecil dan kolektif ini, kita tidak hanya berkontribusi pada ketahanan pangan global tetapi juga mendukung sistem pertanian yang lebih efisien dan ramah lingkungan. Mari kita bersama-sama berhenti membuang makanan dan mulai mendukung masa depan yang lebih berkelanjutan.
Penulis: Ni Made Florentina
Admin: Alma Maulida