Oleh FAIZ MANSHUR. Ketua Odesa Indonesia IG Faiz Manshur IG Odesa Indonesia
Kopi ekologi Sarkoni: sebuah cerita dari Gemawang Temanggung Jawa Tengah.
“Saya ini wong ndeso, pelosok, tidak sekolah. Sudah goblok miskin juga. Saya hanya punya tanah sejengkal dari orangtua. Bagaimana saya harus menjalani hidup lebih baik?. Saya mengolah kopi ini dari hasil renungan atas dua pilihan, lebih baik memilih pahitnya hidup atau memilih pahitnya kopi? Buat saya pahitnya kopi masih bisa dinikmati, tetapi pahitnya hidup tidak bisa. Makanya saya pilih kopi pahit,” kalimat ini meluncur dari seorang petani dan pengolah kopi, Sarkoni pada selasa, 22 Pebruari 2022.
Pria kelahiran 3 Januari 1964 punya pemikiran demikian karena ada latar belakang sosiologisnya. Berada di kecamatan pedalaman utara Kabupaten Temanggung, kehidupan Sarkoni, sebagaimana ratusan petani lainnya, lekat dengan problem rendahnya pendapatan ekonomi. Era 1980an bagi Sarkoni adalah tahun kehidupan dengan penuh kesengsaraan. Bahkan hingga tahun 1990an pun masih tergolong hidup dalam keterbelakangan.
Beruntung pada era 2000-an pembangunan mulai merambah desa sehingga akses perdagangan perlahan-lahan membaik. Sejalan dengan itu, usaha kopinya juga mulai menemukan perbaikan karena Sarkoni mulai bergaul dengan warga kota, mengikuti kegiatan pameran kopi dan berjejaring dengan penghobi kopi lainnya. Sekalipun di kampung halamannya akses internet sampai saat ini masih byar-pet, tetapi setidaknya bisa menjadi jembatan berhubungan dengan konsumen dan jembatan pertemanan dengan banyak pihak. Rumahnya pun kini tak pernah sepi dari tamu.
Sarkoni sekarang berbeda dengan Sarkoni 30 tahun lalu yang hanya bisa menanam kopi lalu menjualnya dalam bentuk mentahan tanpa kejelasan konsumen. Sarkoni sekarang adalah seorang kreator produk kopi dengan anekaragam kreativitas produk. Kegemarannya usil menciptakan produk-produk baru. Bukan saja mengolah pasca panen kopinya, melainkan juga mengolah tanah dan anekaragam tanaman di ladangnya. Sadar dirinya butuh teman untuk memperbaiki nasib, ia pun membangun organisasi dengan melibatkan 25 petani di sekitarnya untuk memperbaiki ekonominya dengan budidaya tani kopi organik.
“Saya mencoba organik karena jika harus memakai pupuk kimia kita akan menjadi bulan-bulanan. Bertani itu sudah berat, masih harus diperberat dengan belanja pupuk. Lari ke organik ternyata juga masih harus mahal karena pupuk organik pabrik itu juga harus mengeluarkan uang. Akhirnya saya berpikir harus mengambil cara sendiri, yaitu dengan mengolah pupuk dan juga memperhatikan lahan di sekitarnya,” papar Sarkoni.
Hasil olah kopi Sarkoni menurut saya baik, dalam artinya enak. Enak itu bukan semata urusan lidah, tetapi enak karena tanpa gula bisa dinikmati, tidak membuat kepala pusing, tidak menimbulkan reaksi negatif di perut, rasa bisa stabil dan yang terpenting adalah saya tidak merasa bosan dalam kurun waktu lama.
Urusan rasa kopi dengan Sarkoni buat saya adalah urusan yang tak terlalu penting karena toh di Temanggung ini banyak sekali pengolah kopi yang saya kenal. Saya mendatangi Sarkoni kali ini karena ia sangat berhasrat berkegiatan di Yayasan Odesa.
Seperti biasanya, saya selalu mengejar keseriusan orang berorganisasi, apa niatnya, apa targetnya, apa kontribusinya dan apa yang ingin didapatkannya. Karena Odesa ini bukan mengurusi kopi semata, saya bilang itu bisa kecewa kalau hanya ingin mendapat sesuatu hanya dari seputar urusan kopi. Siap tidak berbagi ilmu? Dan siap tidak menerima ilmu baru di luar pengetahuan kopi? Kalau hidup hanya urusan kopi itu nanti bisa celaka karena itu fanatisme.
Jawaban Pak Sarkoni sangat baik, ia ingin mendapatkan manfaat hidup dari banyaknya pertemanan. Menurutnya, soal jualbeli itu penting tetapi yang lebih diutamakan adalah luasnya pertemanan dan juga ingin memperbanyak ilmu pengetahuan, bahkan di luar urusan kopi seperti masalah lingkungan, pendidikan dan lain sebagainya.
Saya pun menjelaskan lebih rinci manakala harus berkegiatan di Odesa dengan beberapa hal yang harus diutamakan. Pertama kesediaan mengurus masyarakat. Itu sudah dijalankan Pak Sarkoni, tinggal dilanjutkan dan diperluas. Yang kedua, organisasi Odesa ini tempatnya belajar berproses memperbaiki keadaan masyarakat. Harus rela mengalokasikan energi, waktu dan bahkan materi untuk urusan organisasi. Pengurus yang tidak kuat memegang prinsip ini sebaiknya masuk liang kubur.
Yang ketiga, mengatasi kemiskinan karena hal inilah yang menjadi biangkerok rendahnya kualitas hidup bangsa Indonesia dan hanya sedikit organisasi yang serius mengatasi kemiskinan. Kalau masih miskin ya belajar bersama untuk mengatasi kemiskinannya. Pengurus atau relawan yang tidak miskin harus punya empati, punya sikap welas-asih untuk bersama memproses lepas dari kemiskinan dan itu yang diutamakan adalah belajar melakukan perbaikan pemikiran.
Dan yang keempat adalah mengatasi krisis lingkungan hidup. Pak Sarkoni sudah punya modal besar karena saat hidup miskin bisa mencari cara dengan mengubah pola-pikir. Di Indonesia ini kerusakan lingkungan dan kemiskin telah menjadi satu paket problem. Pak Sarkoni punya jiwa kreatif. Etos kerjanya juga bagus dan ini yang harus dikembangkan.
Odesa Temanggung: Memajukan Desa Butuh Strategi Baru
Bagi saya, di Temanggung, urusan hasil olahkopi bisa dilakukan banyak orang, tetapi mengolah kepribadian melepaskan jerat kemiskinan adalah pengalaman penting yang harus ditularkan. Dengan kata lain nanti Pak Sarkoni jangan hanya mengajarkan cara mengolah kopi. Ajarkan kepada banyak orang soal cara survive, cara bertahan dan kemudian mengembangkan hidup agar lebih baik, lebih sejahtera dan tentu saja lebih bahagia.
Dari pembicaraan panjang lebih tiga jam ini apa yang paling penting untuk memberi manfaat bagi banyak orang? Saya bilang jadilah pemimpin, dan pemimpin yang baik itu ukurannya hanya satu, yakni manakala berhasil melahirkan pemimpin. Ingat pemimpin, bukan pejabat, bukan ketua, bukan manajer. Kepemimpinan itu hakikatnya adalah melayani orang lain dengan atau tanpa jabatan.
Apa yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin? Ada banyak, tetapi yang paling mendasar adalah kemampuan menunjukkan jalan (memiliki visi-arah) sekaligus menapaki jalan baru (praktik bersama) untuk perbaikan dan peningkatan (misi) dengan bersedia menanggung resikonya. Lalu apa yang didapatkan dari pemimpin? Ialah kesenangan, kepuasan dan kebahagiaan manakala rancang bangun pemikiran “untuk mewujudkan manfaat” itu terealisasikan dan mengembang seluas mungkin.
Odesa ini didirikan untuk melahirkan pemimpin, maka setiap kerja adalah proses membangun kapasitas, dan akan menjadi jawaban penting bagi masyarakat desa yang sampai sekarang tertimpa problem pembangunan tidak jelas arahnya. Mengapa? Karena tidak setiap kades adalah pemimpin, tidak setiap bupati adalah pemimpin, tidak setiap anggota DPR adalah pemimpin. Anggaran seberapapun sering tidak memberi manfaat yang tepat karena kita miskin kepemimpinan. Itulah mengapa desa butuh banyak pemimpin. Punya jabatan atau tidak tidak jadi soal karena kaidah di atas telah menjelaskan.
Kopi di Temanggung telah marak. Ada banyak masalah yang sering dibicarakan. Tetapi ada satu masalah yang belum dipikirkan banyak orang, dan saya berpikir bagaimana gerakan budidaya kopi ini juga terintegrasi dengan gerakan ekologi, bukan ekonomisme semata. Juga bagaimana perdagangan kopi itu menjadi bagian dari baling-baling gerakan sosial yang lebih luas. Dan untuk memberi manfaat lebih luas, kopi tidak bisa berdiri sendiri karena habitat tanaman seperti juga manusia, selalu membutuhkan keterkaitan dan keterhubungan dengan yang lain. Bagaimana gerakan kopi mesti bermanfaat lebih luas? Nanti Andy Yoes akan menjelaskan dengan tulisan khusus soal ini.[test.odesa.id]
Komentar ditutup.