Menjadi Relawan, Belajar Menjadi Pemimpin

Sekalipun kata sukarelawan identik dengan pilihan yang bisa dilaksanakan atau tidak, tetapi bagi Syauqy Ridho justru dianggap sebagai kewajiban. Sebab menurut Syauqy, kegiatan kesukarelawanan yang dilakukan di Yayasan Odesa Indonesia tak terpisahkan dengan kegiatan belajar.

“Belajar itu wajib, dan memperluas jaringan sosial itu jelas sangat diperlukan. Kami ini menyatu dengan para senior di Odesa Indonesia. Di dalam solidaritas sosial itu kami mempraktikkan empati secara konkret untuk membantu keluarga pra-sejahtera,” kata Syauqy sudah dua tahun lebih aktif menggerakkan berbagai ragam kegiatan sosial kemanusiaan kepada test.odesa.id, Sabtu 6 November 2020.

Menurut Syauqy, Yayasan Odesa Indonesia memberikan satu tempat untuk menambah ilmu pengetahuan dan juga pengalaman yang tidak mungkin didapatkan dari sekolah formal seperti kampus. Menurutnya, di Odesa Indonesia, saban hari selalu ada kegiatan yang berwarna-warni yang semua arahnya adalah memberikan pelayanan terhadap masyarakat lapisan bawah.  Dengan cara itulah ia merasa cepat mendapatkan pengalaman.

“Ilmu sosial dapat. Dan praktik juga kami terapkan sehari-hari. Bahkan saya yang tadinya tidak pernah membayangkan urusan pertanian sekarang mendapat banyak ilmu pertanian karena setiap hari kegiatan kami berhubungan dengan anak petani, dengan para petani dan juga memahami perdagangan hasil pertanian,” papar Syauqy.

Sama seperti Syauqy, rekannya, Aditiya Pratama juga mengalami hal yang sama. Sejak ia bergabung dengan Odesa Institut dan banyak mendampingi anak-anak petani, ia bukan saja mendapatkan pengalaman urusan pendidikan. Lebih jauh ia merasakan lebih banyak keuntungannya dari hasil kegiatannya mengajar.

“Saya percaya kalau kita mengajar maka akan mendapatkan ilmu yang lebih banyak. Dan di Odesa ini dampak keilmuan itu nyata, setiap waktu meningkat karena interaksinya luar biasa banyak. Ada pertemuan dengan para wartawan senior sehingga saya bisa menulis. Ada pertemuan dengan Dosen ITB sehingga kami mengenal keilmuan lain. Dan yang lebih berharga adalah kita memiliki bekal menjawab problem masyarakat lapisan bawah,” terang Mahasiswa Pasca Sarjana Universitas Sunan Gunung Djati tersebut.

Sementara itu Harti Tsaeni, punya pengalaman yang lebih matang. Ia tergolong relawan paling awal masuk ke Odesa Indonesia, dan selama 4 tahun beraktivitas di Odesa Indonesia ia kenyang pengalaman berurusan dengan keluarga pra-sejahtera di Cimenyan Kabupaten Bandung. Tumbuh menjadi relawan muda sejak semester III, saat ini ia banyak memegang kendali urusan pendidikan anak-anak petani dengan sekolah Samin-nya. Bahkan dalam kelanjutannya ia sekarang menjadi koordinator gerakan perempuan yang mengusung empati dengan komunitas Inem, atau Indonesia Empathize. Bersama Ibu Nina Danny Hilman Natawidjaya ia menggerakkan semangat solidaritas kaum perempuan untuk amal sosial menyantuni  fakir miskin.

“Sejak awal saya bergiat di Odesa dan tetap semangat karena ilmu, pengalaman dan jaringan kami sangat luas. Saya bisa dengan mudah mengenal dunia pers, mudah mengenal kaum ilmuwan di kota Bandung bahkan Jakarta, karena senior-senior kami memfasilitasi. Di Odesa Indonesia bukan hanya menerapkan keterbukaan berpikir, melainkan juga keterbukaan dalam jaringan. Dan yang membuat saya semangat ternyata apa yang dilakukan di Odesa Indonesia itu banyak diminati oleh kalangan pejuang kemanusiaan karena menganjurkan semangat kemanusiaan yang universal,” terang cewek yang biasa dipanggil Inem tersebut.

Bagaimana jika ada teman muda lain menjadi relawan odesa Indonesia? Urusannya seputar apa?

Menurut Harti, sebaiknya-baiknya relawan adalah  belajar. Caranya ialah dengan praktik mengajar di sekolah samin. Setiap hari sabtu minggu kerelawanan diuji dengan meninggalkan kegemaran konvensional berhura-hura dengan mengganti kegiatan pelayanan terhadap anak-anak petani miskin di desa. Satu hal ini saja menurut Harti akan mengubah pola pikir dari cara pandang hidup yang mainstream ke arah cara pandang yang lain.

“Empat tahun saya tidak seperti kebanyakan teman yang sabtu minggunya liburan. Saya mengajar dan mencari ilmu di Odesa Indonesia. Ternyata enak juga berpikir dengan cara yang berbeda,” kata Harti.

Harti menyarankan agar kaum muda di Kota Bandung yang ingin memiliki banyak pengalaman dan minat belajar kepemimpinan untuk masuk ke Yayasan Odesa Indonesia. Sebab menurutnya, Odesa Indonesia itu sarana yang tepat untuk kaum muda dalam mengambil peluang berorganisasi, terutama belajar menjadi pemimpin. Karena itu sekalipun menjadi relawan dengan mengajar, jangan sampai datang ke Odesa Indonesia hanya mau mengajar. Ia menyarankan agar teman-teman muda untuk rajin berdiskusi, berdebat dan berlatih banyak hal di lapangan.

“Menjadi pemimpin itu bagaimana? Salahsatunya ialah berkesediaan melayani masyarakat lapisan bawah. Dan di situlah keikhlasan dan komitmen akan diuji,” terangnya.-test.odesa.id

Bagi Sahabat Muda yang ingin belajar berorganisasi dan bergabung bersama Odesa Institut bisa hubungi  Hamid 082117204059

Kisah Relawan Pendidikan di Bandung Utara

Gerakan Literasi Perdesaan

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Keranjang Belanja