Perbaikan Gizi Keluarga, Warga Sekampung di Bandung Serempak Masak Kelor

Banyak hal yang bisa dilakukan untuk memperbaiki kualitas Sumber Daya Manusia di perdesaan. Salahsatunya adalah memperbaiki gizi. Banyak jenis tanaman bergizi untuk dikonsumsi, tetapi kelor patut mendapat perhatian khusus dan menjadi bahan pangan yang diutamakan.

Enton Supriyatna. Penggerak Petani Bandung Utara.

Hal tersebut disampaikan Enton Supriyatna, Pengurus Yayasan Odesa Indonesia yang pada hari Kamis, 9 April 2020 memimpin aksi kegiatan Aksi Masak Kelor Warga Cisanggarung, Desa Cikadut Kecamatan Cimenyan.

MARI BERBAGI UNTUK GERAKAN LITERASI, PERBAIKAN GIZI, DAN PERBAIKAN HIDUP ANAK PETANI

“ Para petani perlu diajak aksi, tidak sekadar sosialisasi. Dengan aksi bersama kita bisa memastikan setiap keluarga sudah memasak kelor sekaligus memastikan apakah masih ada warga yang belum menanam kelor karena kita sudah membagikan bibit rutin sejak tahun 2018. Karena ini situasi Corona masih berlangsung kegiatan tidak kumpul-kumpul. Tetap jaga jarak. Memasak di rumah masing-masing,” kata Enton.

Dari Cisanggarung, sebuah kampung perbukitan yang berada di sebelah utara 6 km dari Lapas Sukamiskin Kota Bandung itu terlihat, ibu-ibu yang sore itu sudah pulang bekerja dari ladang sibuk mencuci dan memasak daun kelor. Mayoritas sudah punya pengalaman memasak sehingga ibu-ibu punya kebebasan memilih jenis sayuran. Ada sayur lodeh, sayur bening, oseng-oseng,sup, ada pula yang membuat bala-bala dari daun kelor. Semua tujuan pertanian Yayasan Odesa Indonesia menurut Enton bertujuan untuk memperbaiki kualitas hidup warga perdesaan. Kelor menjadi sumber gizi yang penting untuk gizi, terutama untuk anak-anak, ibu hamil, ibu menyusui dan mereka yang lanjut usia.

“Kelor itu tanaman strategis karena memiliki tiga fungsi utama. Pertama, sumber gizi. Kedua penyelamat erosi tanah, dan ketiga berguna untuk peningkatan ekonomi petani. Kita juga mendorong petani agar memiliki tradisi bertani untuk konsumsi. Jangan semua hasil panen melulu urusan dijual sementara keluarga juga butuh sumber gizi harian. Tanam untuk makan adalah penting dilakukan. Dengan itu petani mendapatkan kemewahan gizi karena sebenarnya kelor ini harganya mahal kalau dijual. Sebelum berpikir dijual, harus punya tujuan untuk dikonsumsi. Dan kelor sangat menguntungkan karena bisa dipanen kapan saja,” jelas Wartawan Senior Pikiran Rakyat tersebut.

Menurut Enton, tiga fungsi utama kelor itu menjadi bagian penting dalam gerakan Yayasan Odesa Indonesia selain tetap mendorong kegiatan budidaya tanaman lain yang terkonsep dalam rumus agroforestry. Kegiatan budidaya pertanian kelor yang sudah berjalan sejak awal 2017 itu kini telah meluas ditanam oleh ribuan petani. Sebagian petani menanam di pekarangan, sebagian lagi menanam di pinggir-pinggir ladang, dan bahkan sebagian lagi menanam penuh di ladang-ladang perbukitan.

Enoh Supena (48) salahseorang Ibu rumah tangga yang hari itu memasak sayur bening daun kelor mengatakan kalau dirinya dan keluarganya sudah sering memasak sayur kelor. Anjuran Yayasan Odesa Indonesia agar ibu-ibu mengonsumsi kelor minimal 3 kali dalam seminggu dilakukan.

“Soal makan kelor sekarang sudah biasa. Dulunya kita tidak tahu manfaatnya. Tapi banyak yang sembuh dari sakit warga jadi ikut-ikutan,” kata Enoh.

Menurutnya, warga di Desa Cikadut sudah tidak asing lagi dengan kelor karena sudah lebih banyak yang menanam ketimbang yang belum. Kebanyakan warga juga mau memasak kelor, hanya saja kalau musim kemarau seringkali kehabisan daun karena jumlah tanamannya masih kurang mencukupi.

“Kalau tahun depan mungkin akan lebih rutin lagi karena musim penghujan ini sudah banyak yang menanam dan pohon lama sudah semakin banyak menghasilkan daun,” katanya. Odesa.id

Selain Sayuran, Kandungan Gizi Kelor juga bisa didapatkan dari Daun Kering (Tanpa Sinar Matahari) yang digunakan unttuk minuman harian.
Daun Kelor Kering untuk Minuman

Keranjang Belanja