Semangat Inem
Aku adalah Inem
Aktif bergiat literasi di luar pakem
Dari desa ke desa membangun manusia
Mengawal cita-cita anak semua bangsa
Aku adalah inem
Setiap akhir pekan mendampingi anak petani
Menyulam tradisi menumbuhkan budi pekerti
Aku adalah Inem
Millenial suka media sosial
Sadar tanggungjawab sosial
INEM: Indonesia-Empathize. Sayap Pergerakan Perempuan Odesa Indonesia.
Kamis, 2 Juli 2020, Sayap Pergerakan Perempuan Odesa Indonesia berdiri. Diberi nama Indonesia-Empathize dan disingkat INEM. Ketua gerakan adalah Harti, Mahasiswi Fakultas Adab dan Humaniora Jurusan Sastra Inggris Universitas Islam Negeri Bandung. Harti Tsaeni yang akrab dipanggil Inem juga merupakan Koordinator Relawan Literasi Sekolah Samin yang telah dijalankan selama hampir tiga tahun.
Inem harus tegak berdiri di era globalisasi. Inem harus mampu menyebarkan virus-virus empati ke setiap anak-anak petani, bukan saja di Cimenyan Kabupaten Bandung, melainkan menyebarkan banyak tempat lain. Dengan begitu Inem adalah spririt Millenial yang sadar pentingnya pendidikan.
Berada dalam kerja lembaga Odesa Institute yang dipimpin Ahmad Syauqy, gerakan sekolah informal berbasis empati harus berkembang berkelanjutan. Merekrut banyak relawan pendidikan yang sadar pentingnya pembangunan manusia di perdesaan; bersama warga desa, inem akan belajar tentang wirausaha pertanian, mempraktikkan pertanian ramah lingkungan, mendorong peningkatan gizi keluarga petani, dan juga harus mampu mengubah kesehatan dengan program sanitasi. Anak-anak muda terpelajar harus mengambil peran penting dalam pembangunan sumber daya manusia.
Inem adalah barisan perempuan muda. Generasi millennial yang punya kesadaran maju karena bukan sekadar mahir pamer hidung di medsos, melainkan bisa juga “memamerkan” gagasan dan tindakan nyata dalam masyarakat.
Pada kesadaran yang lebih maju, gerakan Inem tak berhenti pada urusan empati. Dunia ilmu pengetahuan memiliki ilmu bernama Design Thinking Models. Dari empati kemudian menerapkan prinsip define, Ideate, Prototype, dan Test.
Inem: berempati (empathize) berarti memahami, merasakan dan menyadari masalah untuk diselesaikan bersama. Dalam gerakan literasi Odesa Indonesia, tindakan ini diwujudkan dengan perhatian konkret pada anak-anak petani desa dengan segenap kekurangan dan kelebihan.
Selain praktik menegakkan literasi di Sekolah Samin (sabtu-minggu), Inem juga berempati pada masa depan anak-anak desa. Ia tekun mendampingi anak-anak petani diperhatikan masa depan sekolahnya. Lalu ia laporkan kepada senior-seniornya di Yayasan Odesa untuk direkomendasikan meraih beasiswa. Sampai tahun 2020 ini, Yayasan Odesa Indonesia telah memberikan beasiswa kepada 18 anak petani bersekolah SMP dan SMA, bahkan dua di antaranya mendapatkan beasiswa kuliah.
Inem bekerja tak minimalis. Kalau ada anak-anak desa itu kekurangan alat pembelajaran seperti buku tulis, buku gambar, pensil, bolpoint dan bacaan, Inem juga aktif menggalang dana bersama para pengurus Yayasan Odesa.
Kalau donasi kurang?
Inem tidak ngambek, tetapi usaha maksimal berjualan hasil tani yang diberdayakan Yayasan. Ada sejumlah tanaman pangan sehat bergizi yang dimiliki Yayasan Odesa dan hasil penjualannya selain meningkatkan penghasilkan petani juga berguna untuk membiayai kegiatan seperti Teh Kelor, Beras Sorgum, Beras Hanjeli, Bibit Kelor, Benih Sorgum, Benih Hanjeli.
BAGI YANG INGIN BERBAGI UNTUK GERAKAN INEM BISA BERKONTRIBUSI DI SINI
Para relawan pegiat literasi datang tidak sekadar mengajarkan pelajaran formal baca, tulis, melainkan menjadi kakak-kakak yang penuh kasih sayang memperhatikan adik-adiknya. Kakak-kakak mahasiswa menjadi teman bermain yang membawa obor pencerahan akalbudi secara menyenangkan. Pegang teguh literasi andragogi. Praktikkan Media Pembelajaran Aktif. [Faiz Manshur. Ketua Odesa Indonesia]