Media tanam hidroponik

Memulai Pertanian Tanpa Tanah, Apa Media Tanam yang Tepat?

Mengulas Misteri Siklus Alam

Gabriella Chandrakirana Oleh Gabriella Chandrakirana
Asisten Peneliti

Beberapa dekade terakhir ini masyarakat sedang dihadapkan pada kenyataan bahwa tidak banyak lahan yang bisa ditanami. Untungnya, pertanian modern dapat dilakukan tanpa menggunakan tanah, contohnya hidroponik. Tanaman dapat tumbuh dan berbuah apabila ditumbuhkan pada media tanam hidroponik yang cocok.

Hidroponik sebagai Metode Pertanian Tanpa Tanah

Hidroponik dan aeroponik dikenal sebagai metode pertanian modern yang dapat dilakukan tanpa memerlukan area yang luas. Metode ini dimulai sejak akhir 1920 yang mulanya digunakan untuk memproduksi tanaman pangan di era krisis ekonomi. Selama perang dunia kedua, tentara Amerika Serikat menggunakan metode hidroponik untuk memproduksi tomat dan selada sebagai bahan pangan.

Pada tahun 1947, Eastwood menjelaskan mengenai penggunaan hidroponik secara komersial dan kepentingan militer. Namun metode hidroponik tidak lagi digunakan karena membutuhkan biaya operasional yang banyak. Petani juga kesulitan mengendalikan penyakit akar akibat penanaman hidroponik.

Berbeda dengan yang dulu, saat ini metode hidroponik sudah banyak berkembang. Metode hidroponik ini tidak hanya dilakukan oleh petani, tetapi juga sebagai hobi. Berbagai tanaman mulai dari selada, stroberi, hingga tanaman herbal ditanam dengan metode hidroponik. Selain kondisi lingkungan dan teknik bercocok tanam, media tanam adalah salah satu aspek yang perlu diperhatikan pada hidroponik.

Baca juga: 4 Cara Menerapkan Sustainable Home Farming

Media Tanam untuk Pertanian Hidroponik

Dalam menumbuhkan tanaman dengan metode hidroponik, dibutuhkan substrat atau media tanam yang tepat berupa substrat organik maupun anorganik. Dasar-dasar pemilihan substrat meliputi tingkat kelembaman, karakteristik biologis, kapasitas penyerapan air, drainase, karakteristik aerasi, berat volume, kapasitas pertukaran kation, kapasitas buffer, dan struktur interselular.

Memilih media tanam juga tidak bisa dilakukan sembarangan karena beberapa media berpotensi menyebabkan toksisitas bagi tanaman. Pada akhirnya, media tanam menentukan keberlangsungan pertanian hidroponik sehingga kita perlu memilih dengan baik.

Tahan lama dan Praktis Menanam Hidroponik dengan Media Anorganik

Seperti namanya, media anorganik adalah media tanam yang terbuat dari material anorganik. Beberapa contoh materialnya adalah batuan, bola keramik, hingga pasir. Kita mulai mengenal dari rockwool yang terbuat dari batuan basalt proses pembuatan rockwool yaitu dengan pemanasan hingga batu meleleh, lalu dicetak menyerupai serat.

Rockwool khas dengan kemampuan penyerapan air yang tinggi hingga 80% serta kemampuan aerasi yang baik. Selain itu, rockwool juga bersih, tidak toksik, dan dapat digunakan kembali. Penggunaan rockwool sebagai media hidroponik akan sangat menghemat biaya karena rockwool mensupport akar agar tanaman dapat melangsungkan germinasi serta tumbuh dalam jangka panjang.

Kedua, ada vermikulit yang terbuat dari mineral alami setelah proses pemanasan hingga mengembang seperti popcorn. Mirip dengan rockwool, vermikulit juga memiliki kemampuan penyimpanan air dan nutrisi yang baik. Strukturnya yang berpori menyerupai spons menjadikan vermikulit banyak digunakan untuk menghemat biaya pertanian hidroponik. Namun, struktur yang menyerupai spons ini membuat vermikulit mudah tergenang air.

Selain vermikulit, ada pula perlite yang mengandung silika. Materialnya dari batuan vulkanik yang dipanaskan hingga mengembang seperti busa. Mirip seperti rockwool dan vermikulit, perlite juga sangat ringan dan memiliki kemampuan drainase yang baik. Apabila dicampur dengan vermikulit, perlite dapat memicu germinasi. Saat ini, perlite juga ada yang mengandung nutrisi berupa NPK sehingga sangat praktis digunakan. Namun kita juga perlu hati-hati ketika menggunakan perlite karena debunya menyebabkan iritasi saluran pernapasan.

Menanam Hidroponik yang Ramah Lingkungan dengan Media Organik

Berbeda dari media anorganik, media tanam organik terbuat dari bahan alami. Misalnya dari serat kelapa, kulit batang, hingga peat. Kita mengenal serat kelapa atau kokos coir yang banyak dimanfaatkan untuk pertanian hidroponik. Kokos coir mampu menyerap air dan nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman. Cara penggunaannya juga mudah, cukup dengan memotong sesuai ukuran yang kita inginkan.

Kita yang masih awam dengan pertanian pasti tidak menyangka apabila kulit batang dapat digunakan sebagai media tanam. Biasanya, kulit batang dijadikan substrat bagi peat. Namun kulit batang perlu diproses menjadi kompos untuk mengurangi material toksik seperti mangan (Mn) yang dapat mengganggu status N pada tanaman.

Kemudian ada peat yang banyak digunakan untuk menumbuhkan biji. Biasanya peat digunakan sebagai campuran untuk media yang lain, seperti yang sudah disebutkan yaitu kulit batang. Mencampurkan peat dengan media organik lainnya dapat menambah potensi peat sebagai media tanam yang baik.

Kelebihan dan Kekurangan Media Tanam

Secara umum, media anorganik cenderung lebih praktis. Media anorganik memiliki aerasi dan drainase yang bagus. Kita juga tidak perlu khawatir dengan penyakit, karena media anorganik cenderung steril dan bebas dari patogen penyebab penyakit. Kita tidak perlu terlalu sering mengganti media, maka itu lebih hemat.

Namun sayangnya, media anorganik kurang mampu menyimpan nutrisi. Maka kita perlu memberikan larutan nutrisi dengan rutin. Media ini juga kurang ramah lingkungan, sehingga kita juga perlu mempertimbangkan dampak penggunaan media anorganik bagi kehidupan sekitar.

Apabila kita melihat dari sisi kekayaan nutrisi dan sifat ramah lingkungan, media tanam organik adalah juaranya. Penggunaan media tanam organik cenderung dapat menjaga harmonisasi alam. Media organik menjadi habitat bagi mikroorganisme dan mengandung unsur hara yang berguna bagi pertumbuhan tanaman.

Selain itu, sebagian besar media organik bersumber dari limbah alam yang masih dapat digunakan. Limbah tersebut masih kaya nutrisi, sehingga tanaman dapat menggunakan nutrisi tersebut untuk pertumbuhannya.

Sayangnya, pertanian hidroponik dengan media organik memerlukan perawatan ekstra. Karena bersumber dari material organik, maka media organik mudah terdekomposisi. Kita perlu mengganti secara rutin agar media tetap memberikan nutrisi bagi tanaman.

Tanaman yang tumbuh menggunakan media tanam organik lebih berpotensi terkena penyakit maupun hama. Itu karena media organik sejatinya adalah habitat bagi organisme, sehingga wajar jika mikroorganisme maupun hama juga tertarik untuk hidup di situ.

Setiap media tanam memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Kita sebagai pengguna dapat memilih dengan bebas, menyesuaikan dengan kondisi pertanian dan keuangan. Kita juga dapat memaksimalkan pertumbuhan tanaman dengan mencampurkan media anorganik dan organik.

Eksperimen tersebut tentu sangat menarik, karena memanfaatkan bahkan alam sekaligus meningkatkan ketahanannya. Jadi, selamat mencoba!

Baca juga: Pentingnya Literasi Pertanian Untuk Generasi Muda

Penulis: Gabriella Chandrakirana

Admin: Fadhil Azzam

Keranjang Belanja
  • Your cart is empty.