Kini, Air Tak Hanya untuk Sapi

“Sapi lebih cukup air daripada warga di sini,” kata Dedi (46) menjawab pertanyaan kesulitan air bersih untuk warga di kampungnya. Peternak sapi perah di Kampung Cikoneng Satu Cileunyi itu sering kekurangan air untuk kebutuhan rumah tangganya.

Ia mengalami dilema karena 4 sapinya butuh air berlipat-lipat ketimbang kebutuhan rumah tangganya. Keterbatasan membuat Dedi dan puluhan tetangganya serba sulit urusan air.

“Kita memilih mengalah untuk sapi,” katanya saat ditemui di Kampung Cikoneng Satu, Cibiru Wetan, Cileunyi, Kabupaten Bandung, Kamis (17/9/2020).

Menurut Dedi, keempat sapinya bisa menghabiskan 2.000 liter setiap hari. Air sebanyak itu digunakan untuk memandikan sapi dan kebutuhan minumnya. Terlebih pada musim kemarau, kekurangan air bersih sangat menyiksa warga. Seringkali peternak memanfaatkan air dari kandang sapi yang kurang bersih itu untuk mencuci dan mandi keluarga peternak. Meski air itu sudah berada di bak air kandang sapi, mereka tak merasa jijik.

“Ya, kalau sangat kekurangan terpaksa kita ambil air dari kandang,” lanjut pria kelahiran 1974 itu.

Kurangnya Sarana Toilet

Awal September 2020 lalu, warga di kampung Cikoneng Satu bergotong-royong membangun sanitasi baru dengan pendirian tolilet komunal. Bantuan dana dari para donatur yang digalang oleh Yayasan Odesa Indonesia melalui kitabisa.com.

Sebelumnya, Yayasan Odesa Indonesia melalui relawan Rizky Alifza pada pertengahan tahun 2019 menemukan kampung ini dan mendapatkan informasi tentang keadaan warga yang mengalami kekurangan air bersih. Setelah menunggu satu tahun, barulah pembangunan dijalankan dan selesai pada minggu kedua.

Kemiskinan Itu Kekal Karena Masalah Air

Menurut keterangan warga, sebelum era 2000 warga tergolong cukup air. Namun semakin lama dengan pertambahan penduduk disertai maraknya usaha ternak sapi warga mulai mengalami kesulitan air. Pembangunan sanitasi di rumah tangga masing-masing juga tidak berjalan karena keadaan ekonomi tak menguntungkan mereka.

Dari pengamatan Odesa Indonesia selama masa pendampingan kegiatan sanitasi masih ada peluang air yang selama ini mengalir ke warga. Hanya saja ketersediannya sangat terbatas.

“Air dari gunung kami manfaatkan untuk minum saja,” kata Damilah, salah seorang warga kepada test.odesa.id.

Damilah, seperti tetangga lainnya memang memiliki akses air tetapi tak punya fasilitas toilet. Toilet yang dimiliki warga kebanyakan jauh dari standar kesehatan, terbuat dari kayu, tidak ada bak air yang layak, tanpa septic tank, dan menimbulkan bau. Seperti toilet pribadi yang dimiliki Jumrah (65), fasilitas pribadi dindingnya bukan berupa tembok melainkan bilik, langit-langitnya hanya menggunakan atap seng, diikuti dengan sirkulasi udara yang buruk.

Menurut Ketua Pembina Yayasan Odesa Indonesia, Budhiana Kartawijaya, keadaan toilet warga masih jauh dari kelayakan. Karena alasan tersebut, Budhiana menetapkan Cikoneng sebagai darurat sanitasi dan September 2020 dilaksanakan satu pembangunan toilet komunal cukup luas, 6×2 meter dengan tiga pintu. Di latar depan toilet tersebut juga ada fasilitas mencuci.

“Masih ada beberapa lokasi yang membutukan toilet. Toilet Komunal tidak masalah yang penting memperbaiki keadaan. Sebab jika satu rumah tangga dibangun satu toilet akan menelan biaya besar,” Kata Budhiana.

Dengan adanya toilet komunal itu, warga Cikoneng Satu sekarang bisa menikmati sanitasi yang layak, sebagaimana sapi-sapinya. (Abdul Hamid/test.odesa.id)

Mari Berdonasi untuk Air Bersih dan Toilet Sehat Keluarga Pra-Sejahtera

Keranjang Belanja