Bantu Donasi Toilet Agar Warga Cisanggarung Hidup Sehat
Sutardi (73) sedang gundah. Jamban umum yang tidak jauh dari rumahnya sudah rusak. Hampir ambruk. Fasilitas Mandi, Cuci dan Kakus (MCK) umum yang berdiri 12 tahun silam dibangun dengan cara swadaya masyarakat.
Menggunakan kayu seadanya dan berdinding bilik bambu. Hanya bak penampungan air yang menggunakan tembok.
“Kami tidak punya dana untuk membuat jamban umum permanen. Akhirnya, dengan barang-barang seadanya kami membangun jamban tersebut,” tutur Mang Tardi -sapaan akrabnya- salah seorang yang dituakan di RT 01 RW 12 Cisanggarung Desa Mekarmanik Kec. Cimenyan, Kab. Bandung itu.
Warga setempat mayoritas petani penggarap lahan. Sebagian kecil jadi sopir truk dan tukang bangunan. Lama kelamaan kondisi bangunan itu tidak lagi layak untuk digunakan. Fisiknya sudah banyak yang lapuk. Pintunya tidak lagi berfungsi.
Padahal, kata Tardi, selama ini jamban umum sudah menolong warga dalam mengatasi urusan buang air besar (BAB). Sebelum ada sarana terebut warga melakukan aktivitas BAB-nya di kebun atau sungai.
Di sekitar lokasi itu terdapat lebih 15 keluarga dengan 70 jiwa warga yang bergantung pada air bersih. Jika benar-benar roboh, Tardi khawatir mereka kembali pada kebiasaan lama, BAB di sembarang tempat.
“Jangan sampai itu terjadi. Namanya kemunduran kalau sampai begitu lagi,” ujar petani beranak tiga itu.
Warga setempat cukup beruntung dalam soal air. Di sebelah utara perkampungan, terdapat sebuah seke (sumber air) yang tidak berhenti mengalir. Jaraknya haya sekitar 500 meter pemukiman.
Dari sumbernya, air disalurkan menggunakan pipa paralon ke bak penampunang. Melalui selang ke rumah masing-masing, warga memperoleh air atau mengambilnya menggunakan ember.
Kini bak penampungan berukuran 1 X 1,5 meter itu sudah kumuh. Dindingnya hampir ambrol. Air merembes, sehingga membuat becek sekitarnya. Sementara itu tutup bak yang terbuak dari kayu lapis tipis, tidak bisa lagi melindungi air dari kotoran.
Di kampung Cisanggarung Wetan ini juga terdapat mushola yang kini sedang diperbaiki karena sudah banyak dinding dan kayu yang rapuh. Yang memprihatinkan lagi adalah kondisi toilet musholanya yang juga kumuh seperti MCK warga.
Karenanya warga mengharapkan bak penampungan jangan lagi berupa kolam kecil, melainkan toren air supaya terjamin kebersihannya dan lebih awet. Jamban umum yang sekarang, berdiri di atas lahan milik salah seorang warga. Demikian juga perlunya perbaikan toilet Musala.
“Jadi, ketersediaan ar dan lahan untuk jamban umum dan toilet musala tidak ada masalah. Lagi pula jika jamban dan penampungan air kondisinya bagus, maka sangat bermanfaat juga untuk aktivitas musala yang letaknya berdekatan. Semoga keinginan warga kami terwujud,” kata Mang Tardi.
Bertemu dengan beberapa warga di Cisanggarung, pengurus Yayasan Odesa Indonesia bermaksud membantu perbaikan dua toilet tersebut.
Ujang Rusmana dari Yayasan Odesa yang bertugas menghitung kebutuhan biaya memberikan hitungan untuk Toilet Warga membutuhkan biaya Rp 22.000.000 (dua puluh dua juta rupiah). Sementara untuk Toilet Musala membutuhkan dana Rp 10.000.000 (sepuluh juta rupiah).
Biaya untuk kedua toilet tersebut tergolong murah karena sebagian penggarapan bersifat gotong-rotong. Jadi total untuk kebutuhan biaya pembangunan semuanya 32.000.000 .[Enton Supriyatna, Pendamping Amal Sosial Yayasan Odesa Indonesia].
Bagi yang ingin berdonasi, bisa menghubungi penanggungjawab pembangunan, Ibu Ninna Danny Natawidjaja Hp: 087821950952.
Berdonasi Toilet dan Air Bersih Melalui Kitabisacom
Video Kegiatan Pembangunan Toilet Odesa